wisopati adalah seorang pendekar hebat yang tewas melawan musuh terkuatnya, siapa sangka setelah tewas jiwanya berpindah ke tubuh seorang lelaki pecundang yang bekerja sebagai penyapu jalanan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abdul Rizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
jamet kabupaten
Waktu berjalan dengan sangat cepat, siapa sangka dini hari tiba begitu saja. Seperti biasa para penyapu jalanan terlihat berkumpul di tengah perempatan di daerah bumiayu untuk memulai kerja mereka.
Setelah berkumpul sebentar semua orang kemudian berjalan menuju titik lokasi tugas mereka.
Sebelum semua orang yang ada di tempat ini berpencar, pak mandor terlihat memanggil wisopati.
"Aji!"
"Ah, ya pak?"
"Besok sore ngangkut sampah di dekat sukun, apakah bisa? Kebetulan orang yang biasanya bertugas sedang sakit." Ucap mandor itu.
"Besok sore? Tentu." Jawab wisopati tenang.
***
Waktu berjalan dengan sangat cepat, sore harinya wisopati bertugas di sekitar sukun. Terlihat di pinggir jalan tepatnya di samping warung ayam geprek nampak nining kaget melihat Aji.
"Aji!" Ucap nining, wanita yang mirip dengan deskripsi bidadari kesleo itu.
"Ada apa cantikku?" Siapa sangka pada saat ini tiwul, pacarnya nining yang baru bertanya.
Tiwul adalah seorang pria dengan rambut dekil, dan rambut kusam.
Kalau nining adalah wanita yang sabgat sempurna untuk menggambarkan lagu bidadari kesleo, maka tiwul sangat sempurna untuk menggambarkan jamet kabupaten.
"Sayang.." nining langsung menoleh ke arah tiwul, "apakah kamu bisa menghajar orang itu, itu adalah mantanku!"
"Kemarin dia mencoba berbuat senonoh kepadaku, namun aku menolak dan dia langsung menamparku!" Ucap nining sambil menujukan bekas tamparan yang belum pulih sepenuhnya.
"Untung aku bisa kabur dengan cepat, kalau tidak aku tidak tahu akan bernasib seperti apa." Ucap nining yang langsung memasang wajah memelas dan bersandar di bahu tiwul.
Tiwul mengeluarkan rokok surya miliknya kemudian menyalakannya. Dia meniup asap rokok itu dengan ekspresi dingin.
"Oh, jadi orang itu yang membuat kamu menderita, mari kita hajar saja dia." Ucap tiwul dengan dingin.
Kemudian tiwul menggerak-gerakan tubuhnya yang kurus, seolah hendak pemanasan, "ayo sayang, kita hajar dia."
Sementara itu wisopati masih mengangkati sampah-sampah di depan rumah orang-orang yang ada di wilayah sukun ini untuk dia suntak ke gerobak sampah yang dia bawa.
Siapa sangka ketika saat ini wisopati hendak mengangkat salah satu gerobak sampah, sebuah kaki tiba-tiba menghentikannya. Kaki itu menginjak tempat sampah sehingga membuat wisopati tidak bisa mengangkatnya.
Wisopati tidak panik sama sekali, dia mengamati kaki yang berisi dengan bentol borok, dan terselimuti kain jeans yang usang.
"Hei, lihat sini bodoh!"
Barulah saat ini wisopati berdiri dengan tenang sambil memandangi pemilik kaki itu.
Wisopati tidak kenal dengan jamet kabupaten ini, namun yang pasti dia kenal dengan orang yang menempel di sampingnya yaitu nining.
"Ada apa kalian mencariku?" Tanya wisopati dengan wajah datar.
Tanpa basa-basi lagi tiwul langsung meraih kerah baju wisopati dan berucap, "hei bajingan, kamu apakan pacarku kemarin? Kamu mau aneh-aneh ya? Kamu harus aku hajar!" Ucapnya sambil memandangi wajah wisopati.
"Aneh-aneh?" Tanya wisopati bingung.
"Kamu kemarin memaksaku membuka baju, tapi aku lawan. Terus kamu menamparku, untung aku bisa kabur!" Sahut nining.
"Hahahaha!!!" Seketika wisopati tertawa dengan sangat puas, "drama macam apa ini, nining?" Tanya wisopati.
"Aji, beraninya kamu masih bisa tertawa di saat seperti ini. Apakah kamu tidak tahu, kamu mau di hajar sekarang?!" Tanya nining dengan geram.
"Mati? Meskipun jumlah kalian ada satu triliun itu tidak akan bisa membunuhku!" Ucap wisopati.
"Berikan kami semua uangmu! Nanti kami akan melepaskanmu!" Ucap nining.
"Pertama, aku tidak tertarik dengan dirimu. Kamu terlalu jelek dan lemah, bahkan menjadi pelayanku saja kamu tidak layak... mengapa aku harus memaksamu?
Kedua kamu hanya ingin uangku bukan? Kalian tidak akan punya nyali untuk membunuhku!" Ucap wisopati.
Wajah datar wisopati benar-benar membuat tiwul marah, "bajingan!" Teriak tiwul yang langsung mengarahkan tinjunya ke muka wisopati, "beraninya kamu menghina pacarku.."
Namun sayang sekali, dari bawah kaki tieul entah mengapa ia merasa ada yang menarik. Membuatnya langsung terpeleset.
Wisopati tersenyum tipis, "karena kamu hanyalah orang biasa, maka aku akan memaafkanmu untuk satu kali ini saja. Setelah ini apabila kamu menggangguk maka jangan salahkan aku apabila kamu tidak bisa berjalan lagi."
"Sayang, kamu tidak apa-apa?" Tanya nining pada tiwul.
"Sial aku terpeleset!" Ucap tiwul dia benar-benar tidak mengetahui bagaimana tubuhnya bisa terpeleset di hadapan pecundang ini.
Wisopati masih memasang wajah tanpa ekspresi, kemudian dia berucap, "pergilah, jangan sia-siakan kesempatan yang telah aku berikan kepada kalian."
Sebelum tiwul dan nining menjawab, tiba-tiba datang tiga orang dengan pakaian mewah di belakang wisopati. Di pimpin oleh wanita yang sangat cantik mengenakan kacamata hitam.
"Bodoh, minggirlah! Apakah kamu tidak lihat kakak itu mau lewat!" Ucap nining pada Aji.
Wisopati menoleh ke samping, dia melihat wanita labil kemarin yang tidak jadi bunuh diri. Dia mengenakan pakaian mewah dan kacamata hitam di matanya.
Namun sekali lagi, wisopati tidak merubah ekspresinya.
Malay wisopati berucap, "kalau mau lewat ya lewat saja, toh trotar masih lebar."
Nining dan tiwul menegang, meskipun mereka terkadang nekat namun mereka tidak bodoh.
Bisa-bisanya seorang pemungut sampah mengatakan hal kasar terhadap orang kaya yang mau lewat.
"Hei bodoh, apakah kamu tidak punya otak? Cepat menyingkir kakak itu mau lewat."
Namun siapa sangka wanita berjaca mata hitam itu mengabaikan nining dan malah pada saat ini membuka kaca matanya, kemudian memandangi wisopati dengan wajah kesal.
"Mengapa kamu kemarin pergi begitu saja?" Tanyanya.
"Aku tidak mengenalmu, kalau kamu ingin lewat segeralah lewat!" Jawab wisopati dengan wajah datar.
"Ihh..." terlihat vivi gemas karena wisopati ini tidak perduli dengan dirinya.
Penjaga wanita di belakang vivi langsung berbisik, "non tidak baik seperti ini..."
Namun vivi langsung menjawab, "tidak apa, dia adalah orang yang menyelamatkanku di jembatan..."
Sontak saja jawaban vivi membuat penjaga wanita dan penjaga pria di belakangnya kaget.
Mereka berdua langsung memandangi petugas sampah ini dengan seksama.
Sementara nining terkejut dengan apa yang terjadi, mengapa wanita cantik nan kaya berbicara dengab Aji seolah mereka ini saling kenal.
"Kakak, anda pasti salah orang. Tidak mungkin pecundang seperti Aji adalah teman anda... si pecundang ini kerjanya cuma memungut sampah." Ucap nining.
"Diam kamu!" Bentak vivi mana mungkin vivi tidak mengingat wajah menyebalkan sari pria di depannya ini.
"Oh jadi namamu adalah Aji! Aku vivi." Ucapnya sambil memperkenalkan diri.
Namun respon wisopati hanya cuek saja dan kembali mengangkati sampah yang ada di sekitar situ.
"Ka..kamu!" Jelas pada saat ini vivi menjadi gregetan.
"Nona, mari segera ke mobil. Tidak baik di lihat oleh banyak orang."
Dua penjaga di belakang vivi segera mendesak vivi untuk pergi dan masuk ke mobil.
Vivi hanya bisa menggertakan giginya dengan geram sambil melirik Aji yang tidak meliriknya sama sekali.
Vivi kemudian kembali berjalan menuju mobil.
Apa yang tidak di ketahui vivi, penjaga wanita berbisik pada penjaga pria yang merupakan rekannya, "selidiki tukang sampah yang bernama Aji ini, sepertinya dia mencurigakan!" Ucapnya.
sangat layak untuk di nanti setiap apdetnya