Terpaksa Menikahi Suami Sahabatku

Kanaya mencoba menetralkan perasaannya. Gadis itu meraih gelas berisi minuman yang dipesannya saat Sandra dan suaminya belum datang beberapa saat lalu.

Saat Kanaya sampai di restoran, gadis cantik itu merasa gugup dan gelisah. Kanaya resah memikirkan bagaimana sikapnya nanti saat bertemu dengan Sandra dan Sean, suaminya. Laki-laki yang dipersiapkan oleh sahabat baiknya itu untuk menjadi suaminya juga.

Rasanya, Kanaya seperti sedang bermimpi. Bagaimana mungkin, ia menikah dengan laki-laki yang menjadi suami sahabatnya sendiri?

Perempuan itu kemudian menyedot sedikit demi sedikit orange juice dalam gelas itu. Netranya tidak lepas pada sepasang suami istri di depannya yang kini sedang bertatapan masing-masing.

"Apa tidak terlalu cepat, San? Kita bahkan baru saling mengenal," ucap Sean. Laki-laki itu menatap wajah sang istri tercinta yang saat ini sedang menatapnya.

"Lebih cepat lebih baik, Sayang ... aku ingin kalian segera menikah karena sebentar lagi aku akan ke luar negeri. Kamu tidak lupa bukan, kalau aku sudah menandatangani beberapa kontrak untuk menjadi ambassador beberapa rumah mode di sana?"

Sean menghela napas panjang. Pria itu ingat, kalau beberapa waktu lalu, Sandra pernah meminta izin padanya untuk menandatangani beberapa kontrak yang mengharuskan perempuan itu tinggal di luar negeri.

Itulah kesukaan Sean. Istrinya itu selalu berdiskusi dulu dengannya tentang pekerjaannya. Sandra akan mengikuti sarannya sebagai seorang suami saat ingin melakukan pekerjaan. Saat Sean tidak mengizinkan, Sandra pun tidak akan menandatangani pekerjaan yang ditawarkan padanya.

Bagi Sandra, Sean adalah orang yang paling berjasa dalam karirnya. Tanpa pria itu, mungkin dirinya tidak akan terkenal seperti sekarang. Sean adalah suami yang sangat mendukungnya selama ini. Dari awal dirinya jatuh bangun meniti karir di dunia modelling, hingga akhirnya saat ini Sandra sampai berada di puncak teratas.

"Maksudmu, Setelah aku menikah dengan dia, kita akan membawanya serta bersama kita?"

"Tentu saja, Sayang ... dengan begitu, saat Naya hamil dan melahirkan, keluargamu tidak akan ada yang tahu. Mereka juga tidak akan curiga seandainya nanti aku membawa dan mengakui anak yang Naya lahirkan sebagai anakku, darah daging dari kamu."

"Maksud kamu, setelah aku menikah dengan su–suamimu aku akan tinggal di luar negeri bersama kalian?" Kanaya tampak terkejut.

Kalau aku tinggal di luar negeri, bagaimana nasib ibu dan adik-adikku?

"Iya, Naya. Aku tidak mau pernikahan rahasia kalian sampai diketahui oleh mertuaku." Sandra menatap Kanaya dengan rasa bersalah.

Model cantik itu belum memberitahukan pada Kanaya tentang rencananya.

"Tapi, Sandra, seandainya aku keluar negeri, bagaimana dengan keluargaku? Ibu dan adik-adikku, mereka adalah tanggung jawabku sekarang. Aku tidak mungkin meninggalkan mereka begitu saja," protes Kanaya tidak setuju dengan keputusan Sandra.

Semenjak Sandra mengatakan meminta tolong padanya untuk menikah dengan sang suami untuk mendapatkan keturunan, perempuan cantik itu tidak membahas tentang kepergiannya ke luar negeri.

Sandra hanya mengatakan padanya kalau ia harus menikah dengan Sean, suaminya, karena sang mertua terus menerus menagih agar Sandra segera mempunyai anak dan keluar dari pekerjaannya sebagai model.

Kanaya menatap pria tampan di depannya itu dengan seksama. Memastikan, kalau memang pria itulah, sosok yang pernah singgah di di hatinya.

Sean Ibrahim. Benarkah itu dia?

Sorot mata Sean tajam melirik Kanaya. Raut tidak suka tergambar di wajah tampannya.

"Naya, kamu tenang saja. Aku akan menyuruh orang untuk menjaga keluargamu. Aku juga akan mempekerjakan asisten rumah tangga untuk keluargamu. Bukan itu saja, aku akan mencukupi kebutuhan keluargamu saat kamu pergi bersamaku ke luar negeri," jelas Sandra panjang lebar.

Sepertinya, perempuan itu sudah sangat yakin dan sudah memikirkan dengan matang semua rencananya. Sandra seolah sudah memikirkannya jauh-jauh hari tentang rencana pernikahan itu.

"Kamu hanya perlu ikut bersama kami. Setelah semua tugasmu selesai, kamu boleh pulang kembali ke keluargamu dan masalah kita selesai." Sandra menatap Kanaya dan Sean dengan kedua mata berbinar. Seolah apa yang baru saja ia katakan adalah sebuah ide yang sangat brilian.

Sean menatap istrinya tak percaya. Begitupun Kanaya yang akhirnya hanya bisa menghela napas panjang saat rasa sakit menjalar hingga ke ruang hatinya yang paling dalam.

Apakah Sandra tidak tahu kalau semua ucapan yang keluar dari mulutnya itu tanpa sengaja telah melukai hatiku?

"Bagaimana, Sayang, kamu setuju bukan? Lagipula, bukankah kamu bilang, kamu juga sedang ada pekerjaan di tempat yang sama denganku?"

Sean mengangguk pelan. Saat sang istri meminta pendapat untuk menandatangani kontrak pekerjaannya, Sean memang sudah ada rencana tinggal di tempat yang sama dengan Sandra karena ada beberapa pekerjaan yang mengharuskan dirinya tinggal di sana.

Sean menatap wajah cantik sang istri yang terlihat masih menunggu jawaban darinya.

"Kita akan pergi bersama-sama ke sana." Jawaban Sean membuat kedua mata Sandra berbinar. Perempuan itu memeluk tubuh sang suami di depan Kanaya. Sandra sungguh sangat senang mendengar jawaban Sean.

"Kamu memang yang terbaik, Sayang ... aku mencintaimu."

"Aku juga mencintaimu. Aku akan melakukan apa pun untukmu, termasuk keinginan kamu untuk menikahkan aku dengan wanita itu." Sean melirik Kanaya yang saat ini juga sedang menatapnya.

Wajah cantik itu terlihat sendu. Sean sungguh penasaran kenapa Kanaya menyetujui permintaan Sandra untuk menikah dengannya.

Secara fisik, gadis itu sangat cantik. Tidak ada kekurangan, bahkan hampir sempurna. Tidak kalah cantik dengan Sandra.

Heh! Apa sekarang kau sedang memujinya, Sean?

Sean kembali mengalihkan pandangannya.

"Aku akan menuruti dan mengikuti semua rencanamu. Pastikan semua berjalan lancar karena aku tidak mau berlama-lama menjalin hubungan dengan perempuan lain selain kamu." Sean menatap tajam wajah cantik istrinya.

"Aku sangat mencintaimu, Sandra. Kalau bukan karena kamu memaksaku untuk menikah lagi, meski dalam mimpi pun, aku tidak akan pernah melakukannya."

"Sayang ...."

Sandra sungguh terharu mendengar ucapan Sean. Model cantik itu kembali memeluk sang suami dan menghadiahkan beberapa ciuman di wajah tampannya.

"Jangan menggodaku, kalau tidak, aku akan memakanmu sekarang juga," bisik Sean. membuat Sandra kembali tertawa.

"Kita akan melakukannya setelah ini." Sandra mengerlingkan kedua matanya dengan genit.

Sementara itu, Kanaya hanya menggeleng pelan. Tidak mengerti dengan jalan pikiran sang sahabat. Melihat kemesraan mereka, Kanaya sangat yakin kalau kedua orang itu saling mencintai.

Akan tetapi, kenapa Sandra justru dengan mudah menyuruh suaminya menikah lagi? Bukan hanya Sandra saja yang aneh. Suaminya juga aneh. Kenapa dia tidak tegas pada Sandra dan malah menuruti keinginan istrinya?

Kanaya menghela napas panjang.

"Aku akan menikah setelah ayahku membaik. Walau bagaimanapun, aku tetap membutuhkan ayahku untuk menjadi wali meskipun pernikahan itu hanya pernikahan sirih."

"Ayahku baru saja menjalani operasi, aku tidak mau kesehatannya terganggu saat mendengar kalau aku akan menikah dengan tiba-tiba," lanjut Kanaya.

"Selama ini, keluargaku sangat tahu kalau aku tidak pernah dekat dengan pria manapun. Aku butuh waktu untuk meyakinkan mereka. Kamu sangat tahu bukan, kalau saat ini aku adalah tulang punggung keluargaku?"

BERSAMBUNG ....

Baca juga karya punya temen Author yang nggak kalah menarik yuk!

Blurb:

Cinta Sendiri

Blurb :

Mencintai tanpa dicintai... Kedekatannya selama ini dengan sahabat abangnya hanya dianggap sebagai adik, tidak lebih.

Anggita Nur Anggraini, biasa disapa Gita telah jatuh cinta pada sahabat almarhum abangnya. Akan tetapi, cintanya bertepuk sebelah tangan. Bahkan dia sampai merelakan kehormatannya, sayangnya lelaki itu tetap tidak melihatnya.

Apakah cintanya akan berbalas?