NovelToon NovelToon
Rahim Perjanjian

Rahim Perjanjian

Status: tamat
Genre:Tamat / Ibu Pengganti / Cerai / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Beda Usia / Cinta pada Pandangan Pertama / Keluarga
Popularitas:81.6k
Nilai: 5
Nama Author: LapCuk

"May, kalau nanti kita dewasa, terus aku gak bisa menjadi wanita sempurna. Apa yang bakal kamu lakukan?"

"Hila, dali masih dalam pelut Bunda, kita sudah saling belbagi makanan dan kasih sayang. Jadi ketika nanti kita udah besal, gak ada alasan untuk gak saling belbagi. Aku akan menjadi pelengkap kekulanganmu, Mahila," dengan aksen yang masih cadel, Maysarah menjawab pertanyaan yang diajukan Mahira. Matanya memandang penuh kasih adik kembarnya itu.

Percakapan dua anak kembar yang masih berumur 7 tahun itu benar-benar menjadi kenyataan sekaligus ujian bagi ikatan persaudaraan mereka.

Cobaan kehidupan datang menghampiri salah satu dari mereka, menjadikan dirinya egois layaknya pemeran Antagonis. Lantaran perlakuan manis orang-orang di sekitarnya.

Demi menutupi Luka hatinya yang kian menganga. Maysarah melakukan pengorbanan besar, ia bertekad untuk menepati serta melunasi janji masa kecilnya.

Ayo, ikuti kisahnya...💚

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LapCuk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

RP bab 23

Boleh tidak Author meminta ulasan Bintang 5 nya 💚. Terimakasih 💜

       Lanjut membaca ya ♥️

...----------------...

"Dek... Buka pintunya sedikit! ini pesananmu tadi."

Maysarah membuka sedikit pintunya, mengambil sebuah paper bag yang disodorkan si penolong.

"Terimakasih." Ucapnya, tanpa berani menatap si pemberi. Kemudian menutup dan mengunci kembali pintu.

"Mas... tolong jaga diluar, ya! jangan biarkan orang masuk!" Serunya tanpa menyadari situasi sepi sedari tadi.

"Iya."

Jawab si laki-laki sembari bersandar pada wastafel. Dirinya senyum-senyum tidak jelas, merasa seperti seekor kerbau yang dicucuk hidungnya. Mau-mau saja disuruh membeli benda keramat yang sebelumnya tidak pernah ada dalam bayangannya, tadi bukan hanya pembalut yang dibelinya, melainkan benda lainnya.

"Tuh Lakik, udah punya binik kali, ya? kok bisa dia sedetail ini membeli barang kebutuhan cewek. Mana celana dalamnya pas lagi, atau jangan-jangan dia tadi memperhatikan badanku." Alisnya mengerut, otaknya tengah berpikir keras. Pemuda yang baru saja ditemuinya tadi, bukan cuma belik pembalut, Dia juga memberikan gaun terusan lengan panjang berwarna baby blue, dan celana dalam berwarna senada. May yang memang sudah sangat tidak nyaman, tidak mau berpikir panjang. Dipakainya segera baju dan dalaman pemberian orang asing tadi.

Begitu mendengar suara kunci diputar, laki-laki yang sedari tadi setia menunggu sambil bersandar pada dinding tembok, segera menegakkan tubuhnya. Ia melihat gadis remaja itu mengenakan baju yang tadi dibeli olehnya.

"Mas... terimakasih, hmm, tapi ini gak aku pakai, gak guna juga! soalnya kebesaran." Tanpa menatap lawan bicaranya, May menyerahkan Beha biru muda tanpa bungkus itu.

"Eh... buat kamu aja! aku juga gak pantes mengenakan benda itu." Dikembalikan benda penutup gunung kepada gadis dihadapannya yang hanya berjarak satu langkah.

"Tapi ini bukan ukuranku, cup nya kegedean!" Ujarnya ngotot. "Lagian yang kotor itu cuma celana saja, kenapa akal-akalan belik BH jugak!" May melotot melihat si pemuda, niat hati ingin mengintimidasi, malah jadi menggemaskan di mata si laki-laki.

"Ya udah deh... kalau kamu menolak pemberianku. Nanti tinggal aku buang aja di tong sampah!"

"Eh... jangan, famali buang-buang barang. Sini biar aku simpan aja, nanti kalau udah pas, baru tak pakai." Direbutnya lagi beha yang tadi sempat dia berikan kepada pemiliknya.

Tanpa May sadari, pemuda tampan nan baik hati itu tersenyum lebar. 'Cantik dan Lucu.' Batinnya memuji gadis bermata indah dan memiliki senyum menawan itu.

"Ini semua habis berapa, Mas?" Tanyanya, tangannya sudah sibuk membuka tasnya mencari keberadaan dompet.

"Aku ikhlas memberikannya, tak perlu dibayar."

"Gak boleh gitu. Aku gak suka memiliki hutang Budi apalagi ngutang uang." May tetap memaksa ingin melunasi hutangnya. Dia tipe yang gak suka dibebani dengan hutang.

"Kamu bisa membayarnya dengan cara lain." Si pemuda memberikan usul.

                 ***

Disinilah mereka, duduk saling berhadapan terpisah meja yang menjadi penghalang. Akhirnya keinginan Maysarah untuk membayar hutang terlaksana dengan cara mentraktir si pemuda makan dessert dan minum kopi di salah satu kafe yang masih dalam naungan bangunan Mall.

"Kamu penyuka warna coklat, ya?" Rasa penasarannya tidak dapat dia kondisikan, melihat menu yang dipilih gadis ber pashmina cream itu, memilih hidangan yang semuanya berwarna dan berbahan coklat.

"Iya, sama seperti warna rambutku!" Serunya, sambil menyeruput minumannya.

Kekehan kecil terlontar dari bibir pemuda itu, kala melihat bagaimana antusiasnya lawan bicaranya mengunyah.

"Ngomong-ngomong kita belum kenalan loh? nama kamu siapa, Mas?" Menghentikan sebentar menyantap kuenya, menunggu pemuda dihadapannya menjawab pertanyaan.

"Muntaz Abraham... Kamu, Mahira Rahardian, kan?" kalimat pemberitahuan serta pertanyaan itu, menyadarkan seorang remaja tanggung bahwa dirinya tengah menyamar menjadi adik kembarnya.

"Iya." Jawab singkat May, tanpa berselera lagi menghabiskan minuman dan kuenya yang tinggal separuh.

"Apa aku salah bertanya atau berbicara?" Muntaz merasa janggal melihat raut tak semangat Maysarah yang dia kira Mahira, sesuai nama yang tertera pada kertas nametag yang dikenakan gadis itu.

"Bukan... hanya saja perutku sedikit gak enak, efek datang bulan." Alibinya sambil memaksakan diri mengunyah lagi.

"Kamu biasanya ada minum obat atau makan sesuatu gak, untuk meredakan nyerinya? biar aku carikan sebentar." Muntaz sudah berdiri, bersiap menerima titah lagi.

Muntaz merasa aneh pada dirinya sendiri. Tidak seperti biasanya dia berlaku manis serta siap sedia seperti ini, terlebih pada seorang gadis asing yang dia taksir umurnya pasti masih belia.

"Tidak perlu, Mas. Nanti akan sembuh sendiri." Maysarah tersenyum menyakinkan, kalau dia baik-baik saja.

Awal pertemuan singkat itu begitu membekas bagi ke-duanya. Maysarah lebih banyak mendominasi obrolan, bertanya tentang keseharian Muntaz yang masih menjadi seorang mahasiswa disalah satu universitas ternama. May tidak memberikan kesempatan pemuda berusia 20 tahun itu, mengulik kehidupan pribadinya, sampai laki-laki yang sudah terlanjur terpesona pada kepribadian dan kecantikan Maysarah, lupa meminta nomor ponsel si gadis.

\*\*\*

2024 ~ Masa kini

Maysarah mengusap lelehan air matanya, semua kenangan kebersamaan dirinya dengan Muntaz Abraham masih tersimpan baik dalam memory otaknya. Apalagi pertemuan ke-dua mereka yang melibatkan Ibu dari laki-laki itu.

"Ya Allah... kuatkan lah hamba, dalam menjalani cobaan yang Engkau berikan." Pintanya dengan sungguh-sungguh. Lantas May turun dari ranjang, dirinya yang memang lelah fisik serta mental, hampir kehilangan keseimbangan. Untung saja wanita hamil besar itu cepat berpegangan pada kepala ranjang.

Dengan berpegangan pada dinding tembok, tertatih Maysarah berjalan ingin masuk kamar mandi, ia ingin mengambil wudhu, lalu sholat sembari merayu sang Al-Khaliq, agar mempermudah setiap langka yang akan diambilnya nanti. May mendengar suara adzan subuh yang dikumandangkan salah satu pekerja kawasan rumah danau buatan.

Namun, pandangan May mulai mengabur, kepalanya terasa berat, badannya seperti tidak berpijak pada tanah. Insting seorang ibu muncul begitu saja, sebelum tubuhnya menghantam lantai keras. Maysarah memeluk erat perutnya dengan tangan kanan. Mengorbankan tangan kirinya untuk menahan beban bobot tubuhnya sebelum menyentuh lantai.

Bugh

masih dapat dia dengar suara dentuman tubuhnya roboh. Sakit! sangat amat sakit dirinya rasakan pada pergelangan tangan, bokong, dan perut bagian samping.

'Ya Allah, jika ini akhir dari sebuah kehidupan di dunia, maka ambillah nyawaku! Tolong biarkan ANAKKU merasakan indahnya dunia, sebab banyak orang yang menanti kehadirannya.'

Lalu, semuanya gelap, wanita berhati malaikat itu sedikitpun tidak mengeluarkan airmata apalagi merintih sakit.

~ Bersambung ~

Terimakasih sudah membaca 💜

Mohon tinggalkan jejaknya ya + permintaan update 🥳

1
Tanz>⁠.⁠<
gak kerasa Udah end aja. gak ada niatan mau lanjut kehidupan may sama Muntaz apa Thor 😭😭
Tanz>⁠.⁠<
semoga kalian bahagia ya dengan tempat tinggal yang baru. ingat Muntaz jaga baik baik istri berhati malaikat mu itu
Tanz>⁠.⁠<
seperti rumah ku dulu. nyaman banget walau terlihat sederhana 🤗
Tanz>⁠.⁠<
kok aku mewek ya baca nya 😭
Tanz>⁠.⁠<
siappppp /Scream/
Tanz>⁠.⁠<
demi kesembuhan may, senja. tolong mengerti lah
Tanz>⁠.⁠<
ayo taz semangat /Determined//Determined/
Tanz>⁠.⁠<
apa alasan mu untuk bohong, Dania?.
Tanz>⁠.⁠<
pabrik mu may
Tanz>⁠.⁠<
semoga aja sifat nya juga kembar 😆
Tanz>⁠.⁠<
kasian juga liat Hira 🥺

semoga may cepat sadar 🤲🏻
Tanz>⁠.⁠<
turut berduka dan bersuka cita Hira 😌
Tanz>⁠.⁠<
Dania bisa aja nih 🤭
Tanz>⁠.⁠<
suka kesel kalo lagi ada kecelakaan, malah sibuk nge videoin nge foto foto. bukan nya ngebantu, malah mencari kesempatan dalam kesempitan 😤
Tanz>⁠.⁠<
plz aku ngakak bagian ini, sakit perut ku ngetawain ini aja 🤣🤣🤣🤣
Tanz>⁠.⁠<
heisss kenapa gak sekali kubur suami mu senja. biar sekalian, gak repot repot lagi nanti /Facepalm/
Jumli
mawar-mawar untuk maysarah. kenapa harus secepat ini berakhir.
Jumli
lah.... kok tamat😭
secepat ini kak😭😭😭
Jumli
di bagian ini aku tidak bisa menahan tangis🥺
walau kesal sama saga, tapi setidaknya dia menyesal🥲
Tanz>⁠.⁠<
terus kan Dania buat keluarga satu ini kena mental 😆
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!