NovelToon NovelToon
Bukan Yang Pertama Untuk Cinta Pertama

Bukan Yang Pertama Untuk Cinta Pertama

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Selingkuh / Dijodohkan Orang Tua / Nikah Kontrak / Cintapertama
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Pertiwi1208

"Jadi kamu melangsungkan pernikahan di belakangku? Saat aku masih berada di kota lain karena urusan pekerjaan?"

"Teganya kamu mengambil keputusan sepihak!" ucap seorang wanita yang saat ini berada di depan aula, sembari melihat kekasih hatinya yang telah melangsungkan pernikahan dengan wanita lain. Bahkan dia berbicara sembari menggertakkan gigi, karena menahan amarah yang menyelimuti pikirannya saat ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pertiwi1208, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8

"Ada apa? Kenapa kamu melamun?" tanya Gavin yang melihat bahwa Arya tidak fokus.

Saat ini Arya tengah berada di ruangan Gavin, karena berkas yang dia kerjakan membutuhkan tanda tangan Kakak keponakan sekaligus pemilik perusahaan tersebut.

"Gavin, kenapa kotak bekal yang ada di belakangmu itu tidak asing bagiku?" tanya Arya dengan terus memperhatikan kotak bekal yang ada di rak buku belakang Gavin.

"Memang kotak itu dari Mery," jawab Gavin dengan singkat dan menoleh sejenak, kemudian dia segera fokus lagi pada berkas yang ada di atas meja.

"Mery kesini?" Arya terkejut.

"Hmb." Gavin hanya mengangguk tipis.

"Pantas saja tadi kamu tidak menggangguku saat hendak makan siang," ucap Arya sembari menyunggingkan sudut bibirnya ke atas. Arya pun berjalan ke arah rak buku yang ada di belakang Gavin.

"Pasti Gavin tidak memakan makanan dari Mery kan?" batin Arya sembari menahan tawa, tapi rupanya kenyataan berkata lain, saat Arya mengangkat kotak bekal tersebut, kotaknya terasa sangat ringan, Arya menggoyangkan kotak tersebut dan tidak berbunyi sama sekali.

"Apa sebenarnya yang sedang kamu lakukan?" tanya Gavin dengan keheranan. Arya tidak menanggapi ucapan Gavin, dia segera membuka kotak bekal bersusun tersebut dan memang benar kotak itu sudah kosong.

"Apa kamu memakannya?" tanya Arya dengan terkejut.

"Tentu saja, aku menghabiskan semua makanannya," jawab Gavin dengan bangga, Arya pun mengerutkan keningnya dengan heran.

"Kamu harus bersyukur Arya, karena sudah mendapatkan istri seperti Mery yang sangat sempurna. Dia cantik, mudah bergaul, pintar, berprestasi, dan juga pandai memasak. Kukira dia pasti juga pandai merawat rumah dan mengurusimu, kan?" jelas Gavin yang semakin membuat Arya hampir muntah.

Memang benar bahwa dia sangat cantik, mudah bergaul, pintar, dan berprestasi. Karena seluruh dunia pun juga sudah tahu bagaimana gigihnya dia dalam bekerja. Namun untuk masalah memasak dan mengurus rumah, sepertinya itu bukan bagian dari poin yang Mery kuasai. "Apa... aku tidak salah dengar Gavin? Kamu bilang dia pandai memasak?" tanya Arya.

"Hmb, kamu pasti sangat senang dia setiap hari memasak untukmu kan?" tanya Gavin.

Seketika Arya membayangkan tatkala Mery mengobrak abrik dapurnya hingga membuatnya lelah karena harus membereskan kekacauan.

"Kalau boleh tahu, memang apa bekal makan siang yang baru saja istriku bawakan? Sehingga membuatmu seakan jatuh cinta pada masakannya?" tanya Arya dengan tatapan penuh menyelidik.

"Ya pasti samalah seperti bekal makan siangmu," jawab Gavin.

"Nih sudah aku tandatangani, cepat kerja sana, pekerjaanmu akan terus bertambah jika kamu buang waktumu hanya untuk menanyakan hal yang sudah menjadi fakta." Gavin segera mengusir Arya dari ruangannya.

Arya mendengus kesal, dia meletakkan kembali kotak bekal dengan sedikit kasar, lalu berjalan ke arah meja Gavin dan mengambil map yang ada di sana dengan kasar juga.

BRAAK.

Tidak lupa, Arya juga menutup pintu ruangan Gavin dengan kasar dan segera berlalu dari sana. 

"Ada apa dengan dia sebenarnya? Bukankah yang aku katakan semua itu benar," gumam Gavin yang segera fokus lagi dengan pekerjaannya.

***

"Apa aku tidak salah dengar dengan semua yang dikatakan Gavin tadi?" Sementara itu Arya berjalan ke ruangannya sembari bergumam dan berpikir. 

Karena baru saja berseteru sedikit dengan Gavin, Arya pun tidak bisa langsung fokus kembali bekerja, dia mengambil ponselnya yang ada di sebelah laptop. Arya melihat bahwa pesan yang dikirim pada Hany belum juga dibaca sampai detik ini.

Huft.

Arya hanya bisa menghembuskan nafas kasar. Dia memainkan ponselnya sejenak untuk menghilangkan kejenuhan. Tidak sengaja dia melihat story Gavin tengah memasang foto bekal makan siang. Di kotak bekal tersebut, ada telur gulung dengan gulungan yang bagus dan warna kuning yang sempurna, ada ayam bakar dan juga tumisan. "Apa benar tadi isi kotak bekalnya seperti ini?" gumam Arya dengan keheranan. 

Seketika dia teringat bahwa isi kotak bekalnya hanya nugget dan sosis goreng saja, seperti biasa juga, mereka digoreng dengan sedikit aroma smoky.

***

Sore hari.

"Apa kamu sudah pulang?" tanya Mery yang baru saja menuruni tangga. Dia mendengar suara mobil dan segera turun ke lantai bawah.

"Hmb," jawab Arya singkat.

Setelah melepas sepatu dan kaos kakinya, Arya segera berjalan ke arah dapur sembari membawa satu kantong kresek. Arya pun segera menyiapkan semua makanan yang baru saja dibelinya, sementara Mery menunggu di meja makan.

Sampai di meja makan. Benar saja Arya melihat ada telur gulung 1 porsi dan ayam bakar satu potong. "Apa kamu tadi belajar memasak lagi?" tanya Arya. Mery segera beranjak dan membawa telur serta ayam tersebut, kemudian dia masukkan ke dalam microwave.

"Iya, aku tadi belajar memasak, nanti kamu coba ya," jawab Mery. Arya tidak menjawab, dia beberapa kali bolak-balik ke dapur dan meja makan, karena mengambil makanan yang sudah dikeluarkan dari bungkusan.

"Ayo makan," ajak Mery setelah telur dan ayam bakarnya sudah siap dan dia bawa sekalian ke meja makan. Mery segera makan dengan lahap, seakan tidak ada hal yang ingin dia bicarakan pada Arya.

"Tadi katanya suruh aku cicipi masakannya, tapi malah dia makan sendiri," monolog Arya dalam hati, tatkala dia melihat Mery makan telur dan ayam bakarnya.

"Aku tadi sudah pergi ke klinik, sesuai dengan arahan kamu, aku menghabiskan waktuku untuk melakukan perawatan, bagaimana? Apa ada yang berbeda pada diriku?" tanya Mery dengan terus menikmati makanannya.

"Baguslah, pergunakan sebaik-baiknya waktumu untuk bersantai, selagi kamu masih cuti kerja," jawab Arya.

Mery segera bercerita semua aktivitasnya seharian bersama dengan Kayla sahabatnya, sesuai dengan kontrak pernikahan yang mereka sepakati, bahwa Arya harus senantiasa mendengarkan semua cerita dan keluh kesah Mery. Arya pun menikmati cerita Mery hingga dia lupa bahwa ingin menanyakan perihal kotak bekal yang ada di ruangan Gavin tadi.

***

Glek.

Arya terkejut, saat dia sudah selesai mandi, dia mendapati Mery yang bersantai di atas ranjang dengan hanya mengenakan lingerie transparan berwarna hitam, terlihat dengan jelas bra dan juga kain segitiga berwarna pink bunga-bunga yang dia kenakan.

Arya menelan saliva melihat pemandangan tersebut. Mery beranjak dari ranjang dan menghampiri Arya. "Apa kamu sudah selesai mandi?" tanya Mery tepat di ambang pintu kamar mandi, dimana Arya tengah berdiri mematung. Jantung Arya semakin berdegup tidak karuan tatkala Mery sangat dekat dengannya.

"Apa kamu ingin terus berdiri di sini?" tanya Mery.

"Eh." Arya segera menyadarkan dirinya.

"Minggirlah, aku mau gosok gigi," pinta Mery.

Terlihat sangat jelas dari jakunnya, bahwa Arya saat ini tengah beberapa kali menelan saliva. Membuat Mery juga semakin bersemangat, terlebih saat ini Arya juga sedang bertelanjang dada dengan buliran air bekas mandi yang belum dia seka. Rambut acak-acakan setelah keramas juga semakin membuat Arya nampak menggoda.

Mery melangkah satu langkah lebih dekat. "Minggirlah Arya," bisik Mery sembari jari telunjuknya bermain di dada Arya, juga setelah berbicara dia sengaja menggigit bibir bawahnya.

Glek.

Lagi-lagi Arya menelan salivanya, tapi kali ini dia segera bergeser dan juga mendorong Mery ke dalam kamar mandi, serta segera menutup pintu. Mery pun mengulas senyum melihat tingkah Arya yang sangat menggemaskan. Sementara Arya masih tetap berada di depan pintu kamar mandi sembari memegang handle pintunya. Arya mencoba secepat mungkin mengatur nafasnya. Dia juga segera berganti baju dan turun ke lantai bawah. Arya berbaring di atas sofa dan melihat juniornya yang mulai menegang. "Kenapa dia sangat berani sekali," gumam Arya yang kepalanya mulai pusing.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!