"Mbak, aku mau beli mainan, boleeeh?"
Seorang pria dewasa yang ditemukannya terbangun dan tiba-tiba merengek sepeti seorang anak kecil. Luaticia atau Lulu sungguh bingung dibuatnya.
Selama sebulan merawat pria itu, akhirnya dia mendapat informasi bahwa sebuah keluarga mencari keberadaan putra mereka yang ciri-ciri nya sama persis dengan pria yang dia temukan.
"Ngaak mau, aku nggak mau di sini. Aku mau pulang sama Mbak aja!" pekik pria itu lantang sambil menggenggam erat baju Lulu.
"Nak, maafkan kami. Tapi Nak, kami mohon, jadilah pengasuhnya."
Jeeeeng
Sampai kapan Lulu akan mengasuh tuan muda tersebut?
Akankah sang Tuan Muda segera kembali normal dan apa misteri dibalik hilang ingatan sang Tuan Muda?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Belajar? 17
"Iya kami minta tolong sama kamu, Lu. Kami minta tolong agar kamu bisa ngajarin Didit kayak Ditrian yang seharusnya,"ucap Vindra menegaskan apa yang tengah mereka rencanakan ini.
Rencana Vindra adalah membuat Ditrian bersikap seperti dirinya yang dulu. Tidak mudah memang, tapi ini harus dicoba dan dilakukan demi menjaga kondisi Ditrian yang sekarang ini.
"Tapi, apa saya bisa melakukannya. Ah bukan saya, tapi Didit. Apa Didit bisa?" tanya Luaticia dengan pikiran yang tidak karuan.
Dia secara cepat membandingkan antara Ditrian dan Didit, satu orang dengan dua kepribadian yang berbeda. Rasanya sungguh seperti bumi dan langit. Rasanya sungguh seperti air dan minyak, bagaimana Luaticia bisa membuat seorang Didit menjadi Ditrian.
"Bisa atau enggaknya kita nggak ada yang tahu, Lu. Kita harus coba lebih dulu untuk tahu hasilnya,"ucap Drake, dia tahu bahwa ini adalah sebuah pekerjaan berat untuk gadis itu.
"Kami mohon, saat ini cuma Lulu yang dekat dan dipercaya sama Ditrian. Kami sungguh minta bantuan dari mu, Nak,"imbuh Dhea dengan nada bicara memelas. Saat ini hanya Luaticia satu-satunya yang bisa menggerakkan seorang Ditrian.
Luaticia terdiam, dia tengah berpikir keras atas permintaan tersebut. Awalnya gadis itu ingin menolak, namun melihat wajah-wajah penuh harap itu membuat hatinya melemah.
"Saya akan mencoba, tapi saya tidak janji tentang hasilnya,"jawab Luaticia. Pada akhirnya dia setuju dengan permintaan keluarga Ditrain.
"Aaah syukurlah, terimakasih Nak. Terimakasih sayang karena sudah mau membantu kami,"balas Dhea sembari menggenggam tangan Luaticia. Dia benar-benar bersyukur mendapat bantuan dari gadis ini. Entah harus dengan cara apa dia membalasnya, akan tetapi Dhea sudah bertekad akan memberi bayaran yang sangat pantas atas semua bantuan Luaticia.
Malam itu, Dhea, Virya dan Vindra memperlihatkan semua hal tentang Ditrian. Mulai dari kebiasaan Ditrian, apa yang disuka dan apa yang tidak di suka oleh Ditrian juga dijelaskan.
Cara Ditrian menghadapi orang dan bahkan cara Ditrian menatap lawan bicara juga sikapnya, semua diberitahukan kepada Luaticia.
Bukan hanya Ditrian yang saat ini menjadi Didit yang harus diperhatikan, akan tetapi Luaticia sendiri juga. Luaticia juga harus mempersiapkan dirinya yang akan berdiri di sisi Ditrian.
Gadis itu nantinya akan menjadi tangan kanan Ditrian, atau lebih tepatnya 'dalang' yang akan menggerakkan 'wayang Didit', maka dari itu Luaticia pun harus belajar.
Malam itu Luaticia bahkan tidur saat sudah pukul 03.00, dan pada jam 05.00 dia sudah bangun.
Setelah menyiapkan segala sesuatu untuk Nek Asih, Luaticia langsung menemui Dhea dan juga Vindra yang ada di ruang kerja Drake. Di sana, Lulu mulai belajar tentang banyak hal.
"Kamu ternyata anak yang pintar ya, baru sehari lho tapi udah bisa nguasai banyak hal,"puji Vindra. Dia takjub dengan kemampuan berlajar Luaticia yang sangat cepat.
"Sebenarnya saya memang suka belajar. Tapi rejeki saya cuma sampai SMA saja. Orang tua saya sudah sejak lama meninggal, jadi saya punya kewajiban untuk merawat Nenek,"sahut Luaticia dengan senyum simpulnya.
Degh!
Senyuman itu terlihat tulus tapi entah mengapa membuat Vindra merasa sakit. Dan Dhea merasakan apa yang Vindra rasakan.
Senyuman tulus Luaticia itu menyimpan banyak rasa sakit dan juga perjuangannya selama ini.
"Kamu hebat, Nak. Kamu hebat sayang sudah bertahan dan berjuang sampai detik ini. Aku yakin pasti orang tua mu yang ada di atas sana bangga melihatmu tumbuh dengan baik,"ucap Dhea. Dia merengkuh tubuh Luaticia ke dalam pelukannya.
"Terimakasih Bu, terimakasih sudah mengatakan itu kepada saya. Jujur, tidak ada selama ini yang berkata demikian kepada saya, hehehe,"ucap Luaticia.
Seketika hati Dhea menjadi trenyuh mendengar ucapan gadis itu. Ia yakin sudah banyak hal berat yang dilalui oleh gadis itu selama ini. Dhea yang dulunya adalah yatim piatu tentu paham betul rasanya hidup sendiri.
Tapi mungkin rasa sakit Luaticia lebih besar karena dirinya melihat kepergian kedua orangtuanya. Sedangkan dirinya sudah sejak lahir tidak tahu siapa orang tuanya.
Namun yang pasti, Dhea paham apa yang dirasakan oleh anak ini. Dia paham betul bagaimana rasanya tidak memiliki orang tua.
Dugh dugh dugh
"Mbaaaak!! Mbak Lulu!!!!"
Suara Ditrian begitu kencang ketika memanggil Luaticia dari luar ruang kerja Drake. Bukan hanya itu, dia juga mengetuk pintu dengan keras juga.
"Astaga anak itu,"keluh Vindra sambil mengusap wajahnya kasar.
"Oh Kak, bisakah membiarkan masuk Didit,"ucap Luaticia.
"Tapi dia bisa mengacau nanti,"sahut Vindra cepat.
"Tidak akan, saya punya sebuah ide,"ujar Luaticia sambil tersenyum penuh arti.
Vindra mengerutkan alisnya, dia tidak paham dengan maksud Luaticia. Tapi Vindra tetap mengikuti keinginan gadis itu.
Cekleek
"Mbaaak, kemana aja sih. Dari tadi Didit cariin Mbak Lulu tapi nggak ada. Ternyata malah di sini,"keluh Ditrian sambil mengerucutkan bibirnya.
"Maaf ya, Mbak dari tadi di sini kok nggak kemana-mana. Ehmm sebenernya Mbak sih lagi belajar. Tapi Mbak ngerasa sulit banget. Apa Didit bisa bantu Mbak dalam belajar. Didit kan pinter. Mau nggak bantuin Mbak," ucap Luaticia, matanya melirik ke arah Vindra.
Aaah
Vindra kini mengerti maksud Luaticia yang membiarkan Ditrian masuk. Dia tersenyum lebar, "Jadi kayak gini caranya. Pinter juga kamu ya,"ucap Vindra lirih.
"Tapi, aku kan masih kecil Mbak,"kilah Ditrian. Agaknya dia enggan disuruh belajar.
"Yaah ternyata Didit nggak mau bantuin Mbak Lulu. Hmmm Mbak sedih deh Didit nggak mau bantu Mbak,"sahut Luaticia, dia membuat ekspresi sedih hampir menangis.
Eh?
Ditrian nampak terkejut. Dia pun lansung mendekati Luatica dan memeluk gadis itu.
Semua orang terkejut, Dhea dan Vindra terkejut melihat aksi spontan Ditrian yang memeluk Luaticia. Bukan hanya mereka, tapi Luaticia pun terkejut saat tubuh besar Didit merengkuhnya.
"Mbak jangan sedih, Didit mau kok bantu Mbak Lulu belajar,"ucap Ditrian dengan masih memeluk Luaticia.
"O-oke, kalau begitu sekarang kita belajar bersama ya,"jawab Luaticia sambil berusaha melerai pelukan Ditrian. Tapi ternyata itu tidak mudah karena Ditrian sangat kuat dalam memeluknya.
Dhea yang melihat adegan itu bisa melihat bahwa Luaticia kesulitan. Ia pun mendekat ke arah Ditrian dan menarik tubuh putranya yang lebih besar darinya juga.
"Ditrian, jangan begitu. Kasihan Mbak lulunya engap,"ucap Dhea tanpa basa-basi.
"Ck, nggak ya Ma. Mbak Lulu enggak engap kok, "sahut Ditrian dengan ekspresi tidak suka.
Dhea hanya menghela nafasnya panjang melihat ulah sang putra.
"Ya sudah, jadi kita mulai ya berlajarnya sekarang. Setuju?" ucap Luaticia mengalihkan pembahasan.
Ditrian mengangguk, dan mereka pun memulai rencana menjadikan Didit seperti Ditrian. Meski mentalnya belum kembali, tapi Ditrian memang harus bisa menjadi dirinya agar tidak timbul masalah yang lebih besar nantinya.
TBC