Seraphine Grey meminta ibu dari Damien Knox untuk menjodohkan mereka berdua karena ia tahu Damien tidak bisa menolak permintaan ibunya. Dari dulu Sera sudah mencintai Damien, namun bahkan hingga tiga tahun pernikahan mereka perasaannya tidak terbalas sedikitpun.
Damien hanya mencintai satu wanita. Saat wanita itu kembali, Damien dengan tega membawanya ke dalam rumah pernikahan mereka. Sera meninggal tragis saat mencoba menjauhkan wanita itu dari Damien.
Tuhan memberinya kesempatan kedua. Sera kembali ke malam pertama pernikahan mereka. Rasa sakit yang Sera dapatkan selama menikah dengan Damien membuat Sera tidak lagi mengemis cintanya. Sera ingin secepatnya pergi namun fakta baru yang didapatkan tentang benang kusut antara Sera, Damien, dan mantan kekasih Damien yang tak pernah terurai membuatnya ragu. Apakah Sera akan tetap pergi atau mengurai misteri yang ada bersama Damien?
✯
Cerita ini murni ide penulis, kesamaan nama tokoh dan tempat hanyalah karangan belaka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mapple_Aurora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Rumah orang tua Sera tidak terlalu jauh, hanya butuh sepuluh menit untuk sampai kesana jika menggunakan mobil. Sera turun lebih dulu untuk membukakan gerbang agar mobil Damien bisa masuk.
Setelah memarkir mobil di halaman, Damien dan Sera masuk ke rumah tersebut.
“Kamu nggak pernah datang sejak mereka nggak ada?” Tanya Damien.
“Pernah, tapi nggak sering.” Jawab Sera sambil memutar knop pintu.
Saat pintu terbuka ruangan yang familiar terlihat, ia menghela nafas lalu masuk sambil berharap orang tuanya muncul dari dapur untuk menyambutnya. Namun, rumah ini benar-benar kosong dan tidak ada sambutan hangat untuk kepulangannya.
“Mana berkasnya?” Damien menyodorkan tangannya, meminta Sera segera menyerahkan berkas penyelidikan kematian ayahnya.
“Ada di kamar orang tuaku, aku ambilkan sekarang.” Sera dengan cepat naik ke lantai dua, dan tidak lama kemudian turun kembali membawa laptop ibunya.
Damien sedang berdiri di dekat lorong menuju halaman belakang, memperhatikan foto keluarga Sera yang masih terpasang di dinding. Damien pun cukup mengenal kedua orang tua Sera, karena ibu mereka bersahabat sejak remaja.
“Damie,” panggil Sera.
“Ya?” Damien menoleh, mendapati Sera berjalan ke arahnya, di tangannya memegang laptop yang sudah agak usang.
“Ini, kamu bisa membacanya di berkas paling bawah.” kata Sera.
Damien mengambilnya, membawanya duduk di sofa lalu fokus membaca berkas penyelidikan ayahnya. Sera duduk di kursi seberang, hanya diam melihat Damien fokus menatap laptop, seolah setiap huruf lebih penting dari kehadirannya di ruangan.
“Kurasa memang ada hubungannya dengan mereka, Aurel juga pernah bilang kalau ayahnya sangat ambisius.” Kata Damien setengah jam kemudian, setelah ia selesai membaca dan mempelajari semuanya.
“Oh, jadi Aurel pernah cerita?”
“Ya, tidak banyak.” Mata biru Damien menatap Sera tajam. “Kalau kamu pikir dengan menunjukkan informasi ini akan membuatku membenci Aurel, itu tidak mungkin. Apa yang dilakukan oleh ayahnya tidak ada hubungannya dengan Aurel.”
'Siapa juga yang berharap begitu. Aku hanya berharap kamu tidak membunuhku.’ batin Sera, namun tetap saja kesal mendengar kata-kata yang Damien lontarkan. Lihat betapa besarnya cintanya untuk Aurel, keputusan Sera untuk cepat-cepat pergi adalah yang terbaik.
“Aku nggak berharap seperti itu, aku hanya berharap jika suatu hari nanti Aurel kembali kamu bisa menceraikan aku tanpa membunuhku.” Kata Sera lirih.
Tatapan Sera tidak lagi lembut. Ada kekosongan di sana, membuat Damien sadar bahwa ada yang telah berubah darinya. Ia juga bisa melihat ketakutan yang berusaha untuk Sera sembunyikan.
Tanpa berkata apa pun, Damien mendekat. Tubuhnya condong sedikit ke depan, dan sorot matanya membuat Sera mundur selangkah.
“Apa yang kamu sembunyikan, Seraphine? Kamu berubah.” Damien duduk di sebelah Sera, menurunkan suaranya hingga hampir berbisik, membuat ucapan sederhana pun terdengar seperti ancaman tersirat.
“A–aku nggak sembunyikan apa-apa.” Jawab Sera gugup, aroma cologne maskulin Damien menyapu indera penciumannya. Sialnya, meskipun sudah berusaha semaksimal mungkin menahan perasaan, berada sedekat ini dengannya tetap membuat Sera kembali pada harapan yang sempat ia padamkan.
“Gestur tubuhmu tidak bisa berbohong, kamu sedang gugup sekarang.”
Sera mengalihkan pandangan ke arah lain, pura-pura sibuk mencari sesuatu hanya agar tidak perlu menanggapi pertanyaan itu.
“Kenapa dari kemarin kamu bersikap aneh? Kamu takut padaku sejak sadar dari pingsan, padahal sebelumnya dengan tidak tahu malu menggodaku.” kata Damien menempelkan tangannya di pipi Sera, memaksanya menoleh. Mata mereka bertemu, dan tidak ada ruang untuk menghindar.
Sera bungkam. Jika ia mengatakan bahwa ia baru saja kembali dari masa depan, Damien akan menganggapnya gila. Ia tidak bisa menceritakan kalau di masa depan, ia akan mati tragis oleh Damien. Perasaan sakit dan kecewa memenuhi rongga dadanya, membuat sesak.
“Aku hanya lelah. Kamu bisa menyimpan berkas itu lalu kita bisa pulang. Hari sudah sore.” Sera menarik kepalanya ke belakang, lalu berdiri.
“Ya.” Balas Damien dingin.
......
Malamnya, Sera makan sendirian. Damien pergi keluar untuk bertemu teman-temannya. Tidak banyak yang berubah, semua ini terasa seperti pengulangan. Hanya saja ketika Sera tahu akhirnya, ia selalu ingin pergi secepat mungkin.
Drrrtt…drrrtt…
Nada getar memecah keheningan. Ia terlonjak kecil, lalu buru-buru meraih ponsel yang tergeletak di meja. Ia cepat mengusap layar dan menekan ikon panggilan masuk. “Ya, aku dengar,” gumamnya sambil menahan napas
“Sera, aku ada berita besar.” Suara Laura, sahabatnya, terdengar dari seberang telepon.
“Berita apa?” Sera meninggalkan meja makan, pergi ke ruang keluarga dan menyibak tirai jendela. Ia memperhatikan taman belakang yang dipenuhi bunga.
“Aurelia… aku tadi melihatnya di rumah sakit.”
Sera terdiam. Dulu, Laura juga menelponnya tetapi Sera mengabaikan karena menganggap sahabatnya mengganggu usahanya dalam meluluhkan hati Damien. Telepon yang dulu tidak pernah ia jawab, sekarang ia jawab dan Laura mengatakan sesuatu tentang Aurel.
“... Dia datang bersama seorang pria, perutnya agak membesar. Karena penasaran aku mengikutinya, dia menemui dokter kandungan. Dia hamil, Sera. Dia baru putus dari Damien beberapa hari lalu dan bagaimana mungkin kehamilannya sudah memasuki usia tiga bulan.”
Mata Sera membesar, tangannya menggenggam kuat ponselnya. Matanya memerah menahan tangis. “Maksudmu dia hamil anak Damien?”
“Bisa jadi, dan bisa juga nggak.”
“Maksudmu?”
“Maksudku dia bersama seorang pria, bisa saja pria itu ayah dari bayinya.”
Sera tiba-tiba ingat pernah melihat Aurel berciuman dengan pria lain satu bulan menjelang ia dan Damien menikah. Jangan-jangan Aurel memang telah selingkuh dari Damien.
“Kamu tahu siapa pria itu?”
“Aku nggak kenal dia,” jawab Laura.
“Baiklah, Lau. Terima kasih sudah memberitahuku, aku akan menyelidikinya. Jika anak yang dia kandung itu anak Damien, aku akan secepatnya melepaskan Damien.”
“Siapa yang hamil?”
Suara berat terdengar dari belakangnya. Sera hampir menjatuhkan ponselnya saat melihat Damien berdiri di ambang pintu. Entah sudah berapa lama dia berdiri disana, Sera tidak mendengar suara kakinya karena terlalu fokus mendengarkan Laura.
...✯✯✯...
...Like, komen dan vote 💗...
kyanya Sera dijebak..😩
jangan lupa mampir juga keceritaku PENJELAJAH WAKTU HIDUP DIZAMAN AJAIB