NovelToon NovelToon
The Thousand Faces Of The Demon Sage

The Thousand Faces Of The Demon Sage

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Action / Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Budidaya dan Peningkatan
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Demon Heart Sage

Shen Wuyan lahir dengan ribuan wajah di dalam jiwanya, masing-masing menyimpan ingatan, kekuatan, dan dosa. Dunia mengejarnya, menyebutnya iblis yang harus dihancurkan — tapi Wuyan punya rahasia yang lebih gelap: ia tidak hanya satu entitas, melainkan ribuan jiwa yang terperangkap dalam satu tubuh.
Jika ia menolak salah satu wajah, sisi itu bisa memberontak dan mencabik jiwanya dari dalam. Tapi jika ia menerima semuanya … ia bisa menjadi musuh terbesar dunia.
Kini Wuyan harus bertarung bukan hanya untuk hidupnya, tapi untuk mendamaikan semua sisi dirinya yang paling menakutkan — sebelum wajah-wajah itu membunuhnya dari dalam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Demon Heart Sage, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5 — Hujan di Gunung Jingluo

Hujan turun seperti tirai perak yang tak pernah berhenti, membasahi seluruh Gunung Jingluo. Kabut menempel di lereng, menutupi jalan setapak dan menambah kesan suram pada Sekte Langit Tenang. Guntur bergema dari lembah, memantul di tebing batu, seolah menandai datangnya sesuatu yang tak diundang. Angin menyisir atap bambu, mengoyakkan daun, sementara percikan air jatuh ke tanah, membentuk irama kacau yang mengganggu ketenangan.

Shen Wuyan berdiri di halaman utama, tubuh basah kuyup, jantungnya berdetak cepat. Setiap napas terasa berat, udara dingin menusuk paru-paru, menimbulkan rasa cemas yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Bayangan yang selalu mengikutinya muncul di samping, seolah lebih nyata dari biasanya, menatapnya dengan senyum tipis yang menimbulkan ketakutan sekaligus rasa penasaran.

Di antara riuh hujan, Liang Yu berlari mendekat. Pakaian murid itu compang-camping, rambut basah menempel di wajah, tetapi matanya tetap menatap Wuyan dengan tekad membara.

“Wuyan!” teriaknya, nyaris tertelan gemuruh guntur. “Tetap di belakangku! Jangan bergerak ke pagar sekte!”

Wuyan menatap temannya dengan cemas, tapi sebelum sempat menolak, Liang Yu sudah melompat ke depan, menghadang makhluk bayangan yang muncul dari kabut. Tubuh binatang spiritual itu besar, hitam pekat, mata merah menyala, cakarnya mengeluarkan hawa dingin yang membuat embun membeku di rerumputan.

Serangan pertama datang cepat. Liang Yu menangkis dengan tangan kosong, tubuhnya terhuyung, darah mengalir dari lengan. Wuyan menjerit dalam hati, rasa panik dan bersalah menembus kesadarannya. Ia tahu, jika ikut bertarung tanpa kontrol, ia bisa membahayakan diri sendiri atau menarik energi jiwa yang tak terkendali.

Bayangan di sisinya tetap diam, menatap dengan senyum dingin. Seolah memberi peringatan, sekaligus mengawasi bagaimana Wuyan bereaksi.

Wuyan menunduk, menenangkan diri. Ia menyalurkan Hun–Po Refinement, merasakan energi jiwa mengalir dari jantung ke seluruh tubuh. Hun-nya menenangkan pikiran, menahan rasa panik. Po-nya mengalir liar, mengincar energi binatang spiritual yang menyerang, tetapi Wuyan menahannya, membiarkan sebagian Po melekat pada dirinya, seolah menarik sebagian energi ke dalam tubuh.

Ia tahu risikonya. Hun dan Po harus seimbang, jika tidak, ia bisa kehilangan kontrol atas jiwanya sendiri. Fokusnya tertuju pada Liang Yu, merasakan denyut energi hidup temannya, menyalurkan Po dengan lembut, menenangkan luka dan trauma yang terasa.

Namun energi itu terasa aneh. Sedikit demi sedikit, Po Wuyan seakan terserap sebagian ke dalam lapisan energi teman dekatnya. Hatinya mencelos. Ia menyadari konsekuensi pertamanya: fragmentasi jiwa, mulai terjadi.

Liang Yu tersungkur di tanah, darah mengalir deras. Wuyan berlari ke sisinya, hujan mencucinya, membasahi wajah dan pakaian, tapi ia tidak peduli. Ia memusatkan energi lebih dalam, mencoba mengimbangi fragmentasi, menyalurkan Hun–Po dengan ketelitian maksimal, sementara bayangan di samping tetap diam, menonton, tersenyum samar.

Rasa bersalah meluap di dada Wuyan, menekan paru-paru, membuat napasnya tercekat. Ia berbisik dalam hati, hampir menangis di tengah hujan deras:

“Maafkan aku… Liang Yu. Aku tidak boleh… aku tidak boleh membiarkanmu terluka.”

Tetapi dunia tak peduli pada rasa bersalah manusia. Liang Yu hanya bisa tersenyum samar, menatap Wuyan dengan tatapan lembut, lalu tubuhnya lemas. Wuyan merasakan energi hidup temannya memudar, melepaskan napas terakhir ke udara basah yang dipenuhi hujan dan kabut.

Bayangan mencondongkan kepala, menyaksikan dengan senyum yang tetap tak bisa dibaca. Wuyan merasakan getaran aneh, seolah Po-nya kini bercampur dengan sisa energi Liang Yu. Tubuhnya gemetar, tapi ia tetap memusatkan Hun, mencoba menahan kepanikan agar tidak meledak.

Suasana Gunung Jingluo kacau. Gemuruh binatang spiritual terdengar semakin dekat, pagar sekte retak, air hujan membanjiri tanah, dan murid-murid lain berlarian mencari perlindungan. Wuyan berdiri, basah kuyup, wajah pucat, hati hancur, namun bayangan tetap berada di sisinya, seolah menegaskan satu hal: ia harus menghadapinya sendiri.

Malam menjelang, hujan mereda sedikit. Liang Yu telah tiada. Wuyan duduk di tepi pagoda batu, menatap tanah basah, mencoba menenangkan diri. Bayangan bergerak mendekat, menatapnya dengan intensitas yang belum pernah Wuyan rasakan sebelumnya.

“Segalanya… akan berbeda sekarang,” bisik bayangan, tanpa bergerak. “Kau telah kehilangan sebagian, dan kau akan belajar melihat dunia dengan mata baru.”

Wuyan menunduk, menahan air mata. Hun–Po Refinement terasa berat, energi jiwa seperti disedot oleh kehampaan yang ditinggalkan Liang Yu. Ia sadar, ini adalah awal perjalanan panjang yang akan menguji batin, jiwa, dan hubungannya dengan bayangan.

Saat ia tertidur di batu basah, wajah Liang Yu muncul dalam mimpinya. Laut perak terbentang di sekeliling, tak bertepi, hanya cahaya dan kabut yang menenangkan sekaligus menakutkan. Liang Yu tersenyum, menatap Wuyan dengan mata penuh kedamaian, lalu menghilang perlahan ke dalam ombak perak.

Wuyan terbangun dengan napas terengah, tubuh basah kuyup, dan rasa kehilangan yang menusuk. Bayangan mencondongkan kepala, menatapnya dengan senyum dingin dan tenang. Ia tahu, kehilangan teman adalah pembelajaran pertama dalam menghadapi fragmentasi jiwa.

Hujan telah berubah menjadi gerimis tipis. Suasana Gunung Jingluo sunyi, hanya terdengar gemerisik daun basah. Wuyan menutup mata, memusatkan Hun–Po lebih dalam. Hun menahan kepanikan, Po menyalurkan naluri untuk memahami fragmentasi baru yang terjadi. Getaran energi Liang Yu masih tersisa, samar, seperti gema menempel pada Hun–Po Wuyan.

Bayangan mencondongkan kepala, menatap tajam.

“Kau takut… tapi kau ingin tahu,” bisiknya dalam batin Wuyan. “Itulah awal fragmentasi.”

Wuyan membuka mata, menatap bayangan yang tampak lebih nyata dari sebelumnya. Energi jiwanya terasa renggang, seolah ada sesuatu menunggu di celah antara Hun dan Po. Ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri, tetapi rasa kehilangan terus mengganggu fokusnya.

Ia teringat nasihat Elder Ming Zhao: “Jangan menatap bayangan terlalu dalam, atau kau akan kehilangan batas antara dirimu dan bayanganmu sendiri.”

Namun rasa penasaran lebih kuat daripada takut. Wuyan menghembuskan napas, membiarkan Po dan Hun berpadu secara sadar. Ia merasakan aliran energi hidup Liang Yu, rasa takut dan duka yang tertahan, perlahan mengalir ke dalam dirinya, membentuk sensasi asing namun memikat.

Bayangan tersenyum lebih lebar.

“Inilah yang kau sebut ‘kehilangan’,” bisiknya. “Dan inilah awal pembelajaranmu. Fragmentasi tidak selalu berarti kehancuran. Kadang ia membuka mata untuk melihat dunia lain.”

Wuyan menggeleng, terguncang.

“Tapi… aku takut. Jika terus seperti ini, aku… bisa kehilangan diriku sendiri.”

Bayangan menggerakkan kepala pelan, menatapnya tanpa kata. Wuyan menyadari satu hal: bayangan itu bukan hanya pengamat. Ia adalah cerminan Po-nya sendiri, sisi gelap yang ingin ia pahami tetapi belum siap ia hadapi sepenuhnya.

Hujan berhenti sepenuhnya. Kabut tebal menyelimuti lereng gunung, mengubah Sekte Langit Tenang menjadi dunia abu-abu dan perak. Wuyan menatap pagoda dan rumah murid, semuanya basah kuyup dan hening. Dalam keheningan itu, ia mendengar detak jantungnya sendiri, perlahan namun stabil, pengingat bahwa hidup tetap berjalan, meski teman-temannya pergi atau terluka.

Ia duduk bersila, menutup mata, dan memulai meditasi lagi. Kali ini bukan sekadar menenangkan diri, tetapi memahami bayangan yang selalu menemaninya. Hun–Po Refinement berjalan lambat, setiap aliran energi ditelusuri, setiap fragmen jiwa diperhatikan. Po-nya bergetar, tersentuh oleh sisa energi Liang Yu, Hun-nya menjaga logika dan kesadaran tetap utuh.

Bayangan perlahan bergerak mendekat, mencondongkan tubuh ke arah Wuyan. Hawa yang ditimbulkan Po bercampur energi bayangan, menciptakan sensasi aneh: takut, penasaran, dan sedikit tergoda. Wuyan menelan ludah, jantung berdebar kencang.

“Apakah aku… gila?” bisiknya, lebih pada diri sendiri.

Bayangan tersenyum, tanpa kata. Dalam mata Wuyan, seolah ada jawaban: gila atau tidak, bukan soal benar atau salah. Ini adalah proses. Ia harus menerima sisi gelapnya, dan melalui itu, ia akan memahami diri sendiri lebih dalam.

Malam semakin larut. Di tepi jurang dekat sekte, angin menerbangkan kabut tipis, membentuk siluet samar. Wuyan berdiri, menyeimbangkan Po dan Hun dalam satu gerakan penuh kesadaran. Retakan pertama dalam kontrol emosinya muncul—rasa sakit, bersalah, dan kehilangan mengalir bersamaan, memunculkan fragmen baru dalam jiwanya.

Bayangan bergerak lebih dekat lagi, menatapnya dengan tatapan menantang sekaligus menenangkan.

“Apakah kau siap melihat yang lain?”

Wuyan menatapnya, napas memburu, namun ada tekad di matanya.

“Aku… aku harus tahu.”

Sekejap, bayangan melompat ke permukaan genangan hujan. Refleksi Wuyan bergetar, retak sedikit di permukaan air, dan di sela retakan muncul bayangan lain—lebih gelap, lebih dalam, dengan senyum yang sama namun penuh misteri.

Wuyan tersentak, hawa asing menembus kesadarannya. Hun–Po bergerak liar, mencoba menyeimbangkan aliran, tetapi energi dari bayangan kedua begitu kuat, seolah ingin menguasai seluruh tubuh dan pikirannya.

Ia jatuh berlutut, menatap pantulan itu.

“Siapa… siapa kau?”

Bayangan menjawab dalam bisikan yang hanya terdengar oleh batinnya:

“Kau sudah lupa wajahmu sendiri.”

Rasa dingin menusuk tulang belakangnya. Ia sadar, ini bukan sekadar kehilangan teman atau Po dan Hun yang tidak seimbang. Ini adalah panggilan untuk menghadapi sisi gelap jiwanya sebelum fragmentasi menjadi tak terkendali.

Wuyan menunduk, menahan air mata. Malam ini adalah awal perubahan besar dalam hidupnya, awal ujian batin yang akan menentukan jalan kultivasinya. Bayangan tetap diam di sisinya, tersenyum samar, menjadi saksi proses internal yang tak seorang pun bisa mengerti sepenuhnya.

Hujan malam itu berhenti sepenuhnya. Kabut tetap tebal, menutupi Gunung Jingluo. Wuyan berdiri, menatap pagoda dan rumah murid, wajah basah oleh hujan dan air mata, namun matanya penuh tekad. Fragmentasi telah dimulai, kehilangan telah mengajarinya sesuatu, dan malam ini bayangan menegaskan satu hal: perjalanan Wuyan baru saja dimulai.

Mimpi terakhirnya malam itu membawa wajah Liang Yu kembali, muncul di laut perak tak berdasar, tersenyum lembut dan menghilang ke dalam kabut. Wuyan terbangun dengan napas terengah, jantung berdegup kencang, tapi satu hal jelas: ia tidak akan mundur. Bayangan tersenyum di sisinya, menunggu langkah berikutnya. Dalam hati Wuyan, rasa ingin tahu, takut, dan tekad berpadu, menandai awal babak baru kehidupannya sebagai murid Langit Tenang yang harus menghadapi sisi gelap dan fragmentasi jiwanya sendiri.

1
Ikhlas M
Keren thor suka banget sama ceritanya
Felixnxx: thanks
total 1 replies
Kyle
Mantap Lanjutkan
knovitriana
update Thor, jangan lupa mampir like,sub, comment, nih aku kasih gift karena nih hari Jumat berkah 💪👍😍
knovitriana
update Thor, jangan lupa mampir
knovitriana
keren Thor, jangan lupa mampir 🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!