Ye Fan, pemuda 15 tahun dari Klan Ye—klan kelas tiga di Kota Pelangi—dikenal sebagai anak ajaib dalam seni pedang. Namun hidupnya hancur ketika klannya diserang oleh puluhan pendekar tingkat ahli yang mengincar pusaka mereka, Pedang Giok Langit.
Seluruh klan terbantai. Hanya Ye Fan yang selamat.
Dengan luka di jiwanya dan kemarahan yang membakar hatinya, ia bersumpah untuk menjadi lebih kuat, merebut kembali Pedang Giok Langit, dan membalaskan dendam Klan Ye yang telah musnah.
Ikuti perjalanan Ye Fan di PENDEKAR PEDANG Halilintar!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DANTE-KUN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24: Pedang Ini Milikku
Setelah pendakian yang penuh sesak dan berbahaya, Ye Fan dan timnya akhirnya mencapai puncak gunung. Udara di puncak sangat tipis dan dipenuhi oleh energi spiritual yang bergemuruh.
Di tengah-tengah dataran puncak, pemandangan itu membuat semua Pendekar terengah-engah: Pedang Pusaka Legendaris itu tertancap tegak di atas alas batu. Pedang itu berwarna biru pekat dengan corak petir berwarna putih yang terus-menerus berdenyut.
Seketika, orang-orang yang mengenali pedang itu berseru histeris:
"Itu Pedang Petir Fenglei! Pusaka Legendaris!" "Aku dengar pedang itu diciptakan dari petir dewa dan di dalamnya tersimpan kekuatan Harimau Putih (Baihu), makhluk legendaris!"
Pusaka Legendaris! Kata-kata itu memicu kegilaan instan. Puluhan Pendekar yang tersisa di puncak, mengabaikan bahaya dan akal sehat, langsung berhamburan menuju pedang.
"Pedang itu milikku!"
"Tidak! Aku yang pertama melihatnya!"
"Minggir! Akulah pemilik barunya!"
Ye Fan menarik napas dalam-dalam. "Tahan," bisiknya kepada Liu Fang, Lu Xueqi, dan Ma Yue. "Jangan gegabah. Amati dulu."
Keputusan Ye Fan untuk menahan diri ternyata menyelamatkan nyawa mereka.
Setiap Pendekar yang berhasil mencapai dan menyentuh gagang Pedang Petir Fenglei langsung ditusuk, dibakar, atau dipenggal oleh Pendekar lain yang marah. Pertarungan itu brutal, tanpa aturan, dan mematikan. Darah segera mewarnai batu di puncak gunung.
Peristiwa mengerikan ini terus berlanjut, mengurangi jumlah Pendekar secara drastis, hingga hanya menyisakan sekitar dua puluh orang yang bersembunyi di bebatuan.
Tepat ketika kekacauan mencapai puncaknya, sebuah kehadiran terorganisir tiba-tiba merayap naik ke puncak.
Sepuluh sosok berpakaian jubah biru tua muncul bersamaan. Di dada setiap jubah terdapat lambang: pedang tegak dengan semburat petir biru yang familier.
"Mereka ... mereka adalah orang-orang dari Sekte Pedang Guntur," bisik Lu Xueqi, matanya melebar.
Kelompok ini memancarkan aura dingin dan seragam. Sepuluh Pendekar itu semuanya berada di Ranah Emas Puncak. Yang lebih mengancam, mereka semua menguasai Elemen Petir dan teknik pedang tajam yang terasah sempurna—mirip dengan Ye Fan, tetapi dilakukan secara massal dan terorganisir.
"Berhenti. Pusaka ini telah ditandai oleh Sekte Pedang Guntur," perintah pemimpin mereka dengan suara datar.
Pendekar yang tersisa di puncak, yang sudah kelelahan dan ketakutan, ragu-ragu.
Sekte Pedang Guntur tidak menunggu.
ZZZRRTTT!
Dengan gerakan yang disinkronkan, sepuluh bilah pedang melepaskan gelombang Petir, menyapu bersih sisa kelompok yang kacau itu. Dalam beberapa detik, para Pendekar yang tersisa tewas atau lumpuh.
Sekte Pedang Guntur berhasil membabat habis semua pesaing dan kini berdiri sebagai satu-satunya kelompok yang menghalangi Pedang Petir Fenglei. Mereka selangkah lagi menjadi pemilik pusaka tersebut, dan mereka mengincar pedang yang memiliki elemen yang sama dengan teknik mereka.
Ye Fan, Liu Fang, Lu Xueqi, dan Ma Yue bersembunyi di balik tumpukan batu, menyaksikan kekuatan yang terorganisir dan efisien ini. Mereka menghadapi musuh baru yang sangat berbahaya, yang memiliki elemen sama persis dengan Ye Fan, tetapi dengan keunggulan jumlah dan Ranah yang setara.
Kelompok Sekte Pedang Guntur yang berjumlah sepuluh Pendekar Emas Puncak kini berdiri mengelilingi Pedang Petir Fenglei. Mereka mengamati sekeliling untuk memastikan tidak ada ancaman yang tersisa sebelum pemimpin mereka mengambil langkah.
Ye Fan, tersembunyi di balik bayang-bayang bebatuan, berkonsentrasi penuh. Matanya seperti monitor yang menghitung mundur. Ia mengabaikan keunggulan jumlah lawan. Yang ia lihat hanyalah target: Pedang Pusaka Fenglei dan peluang untuk memperkuat Elemen Petirnya yang sudah disempurnakan.
"Kalian bertiga, tetap di sini," perintah Ye Fan dengan suara yang begitu rendah hingga nyaris tak terdengar. "Apa pun yang terjadi, jangan keluar. Aku akan menyelesaikan ini sendiri."
Liu Fang, Lu Xueqi, dan Ma Yue hanya bisa mengangguk, terkejut dengan tekad Ye Fan. Mereka menyaksikan Ye Fan, seperti predator Petir, merayap menuju garis pertempuran.
Satu detik. Itu yang kubutuhkan. Dengan kualitas Tulang Emas dan Elemen Petirku, aku tak terkalahkan di Ranah ini!
Momen yang ditunggu Ye Fan akhirnya tiba.
Tetua Sekte Pedang Guntur memberi isyarat kepada salah satu muridnya yang paling berbakat untuk mendekati pusaka. Murid itu maju dengan langkah hati-hati, pandangannya tertuju pada gagang pedang yang memancarkan Petir.
Saat tangan murid itu baru menyentuh gagang pedang—momen di mana perhatian sembilan Pendekar lainnya sedikit teralihkan karena antisipasi—Ye Fan bergerak.
Jurus Pedang Halilintar: Kilatan Kematian.
ZZZZRRRT!
Ye Fan menjadi kilatan biru yang nyaris tidak bisa dideteksi oleh mata telanjang. Ia tidak menggunakan kekuatan untuk menangkis, melainkan untuk membunuh dengan presisi tertinggi.
Bilah Pedang Pusaka-nya melesat, dan sebelum murid Sekte Pedang Guntur itu sempat merasakan sakit, kepalanya sudah terlepas dari bahunya. Ye Fan membunuh target pertamanya seketika.
Bersamaan dengan serangan yang mematikan itu, tangan kiri Ye Fan mencengkeram gagang Pedang Petir Fenglei yang ditinggalkan oleh korbannya.
Sembilan Pendekar Sekte Pedang Guntur lainnya berteriak marah dan terkejut, segera mengarahkan pedang Petir mereka ke arah penyusup.
Namun, sesuatu yang luar biasa terjadi.
Begitu Ye Fan mencengkeram gagang Pedang Petir Fenglei, pedang itu melepaskan badai Petir yang jauh lebih kuat daripada yang pernah ia rasakan. Petir dari pedang itu tidak menyakitinya; sebaliknya, Petir itu mengalir ke dalam tubuh Ye Fan melalui tangannya.
Pedang Pusaka Fenglei seolah-olah beresonansi dengan Elemen Petir Murni Ye Fan dan kualitas Tulang Emasnya. Pedang itu menerimanya.
Di momen itu juga, Ye Fan merasakan Pedang Petir Fenglei tidak hanya sebagai senjata, tetapi sebagai perpanjangan jiwanya. Pedang itu, yang konon mengandung kekuatan Harimau Putih Baihu, mengirimkan gelombang informasi dan kekuatan ke dalam benak Ye Fan.
Perasaan itu sungguh luar biasa—kepercayaan dirinya meroket drastis. Ia tidak hanya mencuri pusaka, tetapi pusaka itu sendiri telah memilihnya!
Ye Fan berdiri tegak, memegang Pedang Petir Fenglei di tangan kanannya dan Pedang Pusaka aslinya di tangan kirinya. Aura Petir murni dari Pedang Fenglei kini berpadu dengan Petir di tubuhnya, menciptakan badai biru-putih.
Seringai yang mematikan dan haus darah terukir di wajah Ye Fan.
"Pedang ini milikku," katanya dingin, menatap sembilan Pendekar Emas Puncak yang tercengang di depannya. "Dan sekarang, kalian semua adalah rintangan yang harus kubersihkan."
Ye Fan, dengan dua Pedang Pusaka di tangannya, siap membantai sisa-sisa Sekte Pedang Guntur.