“Menikahlah denganku, Kang!”
“Apa untungnya untukku?”
“Kegadisanku, aku dengar Kang Saga suka 'perawan' kan? Akang bisa dapatkan itu, tapi syaratnya kita nikah dulu.”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim99, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Marahnya Abah Ali
“Enggak waras.” Satu kalimat yang diucapkan Saga sebelum dia benar-benar pergi meninggalkan Naura.
“Hei, Kang Saga, Akang!” pekik Naura sambil mengejar pria itu, kenapa dia dibilang tidak waras padahal dia sangat pintar. Kalau dia tidak waras, dia tidak mungkin bisa menolong Saga sampai pria itu bisa selamat dan bisa kembali berjalan seperti saat ini. “Akang! Akang!” Naura masih memekik. “Sagaraaaaa!” teriaknya sambil melamparkan pantofel yang dia kenakan, dan sialnya, sandal itu tepat mengenai kepala Sagara.
Lorong rumah sakit mendadak menjadi sangat sunyi, para perawat, ada dokter dan juga pasien serta walinya menatap aneh ke arah Naura. Bagi mereka yang tahu siapa Sagara, mereka saling berbisik-bisik membicarakannya.
“Lah, kenapa harus kena kepalanya sih.” Dia buru-buru berjalan mengambil sandalnya. Lalu pergi lebih dulu karena takut dimarahi.
Sedangkan Sagara, Ekspresi wajahnya sudah tidak bisa dijelaskan lagi. Hari ini terlalu banyak yang terjadi, ditambah dengan gadis aneh itu dan semuanya benar-benar menjadi sangat kacau.
** **
Keesokan paginya, pagi-pagi sekali Naura sudah bangun, dia berkutat lama di dapur, tidak beres-beres rumah atau joging malah sibuk membuat bubur ayam.
“Teh, kamu lagi apa sih?” tanya Bu Windi. “Kamu belum jawab lho, kenapa kamu malah minta batalin pertemuan sama keluarganya Pak Mustafa. Mereka kecewa kalau kita undur-undur terus.”
Bu Windi mengeomel tapi tetap saja membantu Naura memasukan kerupuk ke dalam sebuah kotak bekal. Di sisi lain, Naura juga memasukan bubur yang baru matang.
“Nak, rencana pernikahan kalian itu udah deket, kalian udah lama loh punya hubungan, jangan sampe mereka kecewa sama kita, Teh.”
“Bu.” Naura menoleh ke arah ibunya, Menatap sang ibu lama tanpa mengatakan apa-apa.
“Kamu mau yang kaya gimana lagi, heum? Satya itu baik, dia soleh, suka berbagi, malah shalatnya juga rajin.” Naura malah menahan senyum mendengar ocehan ibunya. “Dia juga enggak suka neko-neko, anaknya pinter, keluarganya jangan ditanya, kamu tahu kan kalau keluarga Pak Mustafa itu keluarga berada di kampung kita.”
“Ibu ....” Naura menyentuh kedua lengan sang ibu. “Ibu tenang aja, ya. Aku pasti enggak bakal ngecewain Ibu, aku enggak bakal bikin ibu malu. Sekarang, aku mau siap-siap dulu, mau ke rumahnya Om Ganteng.”
“Ke mana?” tanya Bu Windi pada anaknya yang sudah ngeloyor.
“Om Ganteng, Bu.” Ia memekik. “Bilang sama Raka, si Mocha sama si Mochi jangan lupa susuin.”
"Eh, mau ke mana kamu teh? Om ganteng siapa sih?"
"Ade deh."
"Astaghfirullah." Bu Windi menepuk kening. "Punya dua yang begitu, kayaknya langsung botak ini kepala."
** **
Perempuan itu kini sudah ada di halaman depan rumah Sagara, pria kaya raya yang dia kenal dari gosip tetangga. Dia turun dari sepeda, memarkirkan sepedanya lalu membawa kotak bekal yang dia bawa mendekati pintu.
Tok! Tok! Tok!
Beberapa kali dia mengetuk pintu, akkhirnya seseorang keluar dari sana.
“Loh, Neng Nana?” tanya Bi Marni. Mereka adalah tetangga dan ... Naura kenal anaknya Bi Marni yang suka bergosip tentang siapa itu Sagara.
“Iya, Bi. Ada siapa di rumah?” tanya Naura.
“Ada Den Saga sama Bah Ali,” jawab Bibi. “Masuk atuh, Neng.”
Naura menurut, dia memasuki rumah itu dengan sangat hati-hati. Dia harus meminta pertanggungjawaban pria itu.
Bi Marni ikut memindahkan bubur ayam ke mangkuk, segala ornamennya, kecuali kerupuk juga dia tata di atas bubur tersebut, kemudian dia letakan di nampan.
“Neng Nana teh perhatian banget, alhamdulillah ada jatah buat Abah Ali.”
Ia kemudian membawa nampan itu ke kamar Pak Ali yang sedang kurang enak badan dan lebih banyak mengurung dirinya di kamar. Setelah mengetuk pintu kamar, Bi Marni masuk dan meletakan bubur di atas nakas di samping ranjang.
“Apa itu, Bi?”
“Bubur ayam, Bah.”
“Bawa aja, saya enggak selera makan.”
Bi Marni tampak menghela napas kecil, bayi tua ini sudah tidak makan sejak semalam dan kalau sekarang juga tidak mau sarapan, Sagara pasti akan marah.
“Bah, ini bubur buatan Neng Nana, beneran enggak mau di makan?” Pria itu menggeleng tapi detik berikutnya dia melotot ke arah Bibi.
“Nana?” tanyanya sambil tersenyum. “Dia yang anter?” Kali ini bibi yang mengangguk. “Dia di mana?”
“Kayaknya di kamar Den Saga, Bah. Kan den Saga juga lagi sakit.”
Tanpa menaruh curiga, Bah Ali tersenyum dan buru-buru beranjak, Bibi juga bingung tapi tak banyak bertanya. Dia malah tersenyum melihat betapa antusias majikan pertamanya setelah mendengar nama Nana disebut. Dia berjalan ke arah kamar Sagara, setelah sampai di depan pintu, tanpa mengetuk, ia membuka pintu dan masuk ke sana .... Namun, ketika sampai, senyum di wajahnya mendadak hilang, digantikan dengan ekspresi terkejut luar biasa saat melihat Sagara yang menarik kemeja bagian belakang Naura sampai koyak dan memperlihatkan sesuatu yang tidak seharusnya.
“SAGARAAAAA!!!!!!!!” pekik Abah Ali murka.
Orang yang diteriaki tampak sangat terkejut. Sagara buru-buru berpaling, sedangkan Naura dengan cepat menghampiri Abah Ali.
"Abah." Ia tiba-tiba terisak, membuat Sagara agak curiga. "Abah liat, Kang Saga Abah, aku bilang aku enggak mau, tapi Kang Saga maksa."
"Apa?" kaget Sagara dan Bah Ali bersamaan. Keduanya saling menatap dengan tatapan berbeda dan detik berikutnya, tongkat Bah Ali sudah terangkat ke udara.
"Kurang ajar kamu, Sagaraaaa! Abah bilang Abah enggak mau kamu jadi kayak bajingan itu, ke sini. Ke sini kamu!"
"Abah, aku enggak salah, aku cuma ...." Dia mengerutkan kening tat kala melihat Naura menatapnya lalu menjulurkan lidah. "Nauraaaa," geramnya dengan kedua tangan terkepal.
lanjut lah kak othor,,💪🥰
resiko anak cantik ya Nau JD gerak dikit JD tontonan...
😄😄😄🤭
Nanda kah... entah lah hanya emk yg tau ..
teman apa lawan 🤔