NovelToon NovelToon
Dibuang Mokondo Diambil Pria Kaya

Dibuang Mokondo Diambil Pria Kaya

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Selingkuh / Percintaan Konglomerat / Anak Lelaki/Pria Miskin / Playboy
Popularitas:917
Nilai: 5
Nama Author: manda80

"Sella jatuh hati pada seorang pria yang tampak royal dan memesona. Namun, seiring berjalannya waktu, ia menyadari bahwa kekayaan pria itu hanyalah kepalsuan. Andra, pria yang pernah dicintainya, ternyata tidak memiliki apa-apa selain penampilan. Dan yang lebih menyakitkan, dia yang akhirnya dibuang oleh Andra. Tapi, hidup Sella tidak berakhir di situ. Kemudian dirinya bertemu dengan Edo, seorang pria yang tidak hanya tampan dan baik hati, tapi juga memiliki kekayaan. Apakah Sella bisa move on dari luka hatinya dan menemukan cinta sejati dengan Edo?"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon manda80, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kenapa Seperti Ini?

Pintu lift membentang, membuka jalan menuju sebuah lantai eksekutif yang khusus didedikasikan untuk kebutuhan personal Edo. Bukan ruangan kerja, melainkan sebuah butik mewah dan salon mini. Lampu kristal memancarkan cahaya lembut pada deretan gaun yang tergantung, rak sepatu hak tinggi yang berkilauan, dan meja rias profesional yang dilengkapi kosmetik kelas atas.

Maya melangkah keluar tanpa memedulikan kekaguman Sella. Ia berhenti di depan deretan gaun hitam klasik dan membalikkan badan, menatap Sella dari atas ke bawah.

“Baik, Nyonya Sella,” kata Maya, suaranya tajam seperti ujung gunting. “Waktu kita terbatas. Tiga puluh menit untuk mengubahmu dari korban mokondo menjadi calon istri seorang CEO. Jangan buang waktuku.”

Sella tergagap, masih mencoba memproses pemandangan kemewahan ini. “Tapi… apakah ini tidak terlalu berlebihan? Kita hanya akan bertemu pemegang saham, bukan red carpet.”

Maya menyeringai kecil, senyuman yang lebih menakutkan daripada kemarahan. “Di dunia Bapak Edo, setiap pertemuan adalah karpet merah. Sekarang, tanggalkan pakaian kusammu. Aku sudah meminta tim penata rias datang, tetapi kita harus memutuskan gaun dan aksesori lebih dulu.”

Maya meraih dua gaun panjang, satu biru safir, satu merah anggur, lalu melemparkannya ke tangan Sella. “Pilih salah satu. Warna yang kuat, memancarkan kepercayaan diri. Tidak ada warna krem atau abu-abu, kita tidak sedang melayat.”

Sella memegang kain gaun itu. Rasanya dingin, halus, dan mahal. Jauh berbeda dari bahan murah yang selalu dibelikannya untuk Andra.

“Aku lebih suka yang biru,” putus Sella cepat. Biru terasa lebih aman.

“Pilihan yang aman, khas orang yang baru trauma,” komentari Maya sinis. “Bagus, tapi kita akan memperbaikinya.”

Ketika Sella memasuki ruang ganti, dua penata rias dan satu penata rambut profesional sudah menunggunya. Sesi pelatihan kilat dimulai sebelum Sella sempat memprotes. Ini bukan perawatan memanjakan, ini adalah operasi cepat yang bertujuan menghilangkan semua jejak Sella yang lama.

“Rambut Anda, Nyonya. Sedikit sentuhan modern,” kata penata rambut, sementara tangan lain sudah mulai mengecat kukunya dengan warna merah pekat.

Maya berdiri di samping, memantau dengan cermat seperti mandor. Ia tidak menyentuh Sella, tetapi kehadirannya memberikan tekanan psikologis yang luar biasa.

“Aku dengar dari Edo, kamu perlu kursus kilat makan malam,” ujar Maya, beralih pada topik penting lainnya sambil memeriksa kerah gaun biru Sella. “Tim kami sudah menyiapkan simulator meja. Hanya 15 menit, Nyonya. Jangan pernah, aku ulangi, jangan pernah menyentuh hidangan penutup sebelum Tuan rumah memulainya. Jangan bicara dengan mulut penuh. Dan ingat, garpu terkecil di luar adalah untuk salad, garpu terbesar di dalam untuk hidangan utama. Jangan terbalik, Sella.”

Sella, yang saat itu sedang dicatok rambutnya, nyaris terbakar. “Ya Tuhan, kenapa serumit ini? Andra bahkan tidak pernah peduli aku makan dengan garpu atau pakai tangan!”

“Karena Andra tidak bernilai apa-apa,” balas Maya tegas, nadanya tidak meninggalkan ruang untuk diskusi. “Kamu bukan lagi pacar pria mokondo. Kamu adalah representasi investasi bernilai triliunan. Garpu bukan sekadar alat makan, Sella. Itu adalah simbol. Simbol perbedaan antara kelasmu sekarang dan masa lalumu yang menyedihkan.”

Sella terdiam. Kritik Maya terasa brutal, tetapi ada kebenaran yang dingin di dalamnya. Ia mulai menyadari bahwa berlian di jarinya bukan hanya perjanjian finansial, tetapi juga sebuah seragam yang membutuhkan kepatuhan mutlak.

“Angkat dagumu,” perintah Maya. “Tatapan mata harus tegak. Bayangkan dirimu adalah orang yang paling penting di ruangan itu, bukan karena kecantikanmu, tetapi karena siapa yang mendampingimu. Coba berjalan menuju cermin itu.”

Sella berusaha, tetapi ia merasa canggung dengan gaun panjang dan sepatu hak setinggi 12 cm. Setiap langkah terasa tidak wajar. Ia mencoba meniru gerakan model di majalah yang pernah ia baca.

“Terlalu tegang!” kritik Maya. “Bernapas. Anggap saja ini sandiwara terhebat yang pernah kamu mainkan, dengan hadiah 300 juta yang dipertaruhkan. Ingat kenapa kamu ada di sini? Bukan karena Edo tertarik, Sella. Kamu di sini untuk mendapatkan kembali kekuatan yang diambil Andra. Gunakan rasa sakit itu sebagai bahan bakar.”

Setelah empat puluh menit penuh tekanan, dengan rambut ditata elegan, riasan wajah yang menyembunyikan kelelahan, dan gaun biru safir yang membalut tubuhnya dengan sempurna Sella nyaris tidak mengenali dirinya sendiri di cermin.

Maya maju dan memperbaiki rantai berlian mungil di leher Sella. “Sempurna. Berlian di tanganmu terlihat pas, tidak norak. Jangan lupakan, Edo ingin kamu menjadi ‘sepotong berlian’ yang berharga, bukan barang imitasi Andra.”

Saat Sella berdiri, tiba-tiba pintu ruangan terbuka, dan Edo masuk. Ia mengenakan tuksedo gelap yang memancarkan kekuasaan absolut. Matanya menyapu penampilan Sella, berhenti sebentar pada berlian di jarinya, dan akhirnya mendarat di mata Sella.

Keheningan menggantung di udara. Maya dan para penata rias langsung menyingkir, membiarkan dua ‘mitra’ kontrak itu saling berhadapan.

Edo maju satu langkah, bibirnya melengkung sedikit, senyum langka yang terlihat berbahaya. “Maya sudah bekerja dengan baik.”

“Aku… aku sudah mencoba sebaik mungkin,” kata Sella, suaranya lebih percaya diri daripada beberapa jam yang lalu, meskipun ia masih gugup di bawah tatapan intens Edo.

“Bagus. Malam ini kita akan bertemu Pak Hartono dan keluarga,” jelas Edo. “Mereka adalah orang-orang lama. Mereka pasti akan mencari kelemahanmu. Mereka akan bertanya tentang keluargamu, masa lalumu, bahkan caramu bertemu denganku.”

Sella menelan ludah. “Aku harus jawab apa?”

Edo menyentuh lengan Sella, sentuhan profesional yang membakar. “Jawab sesuai skenario: kita bertemu secara tak terduga, jatuh cinta karena kepribadian, dan segera bertunangan. Katakan kamu berasal dari keluarga yang terhormat, tapi kamu ingin memulai dari bawah, makanya kita merahasiakan pertunangan ini dari media selama ini.”

Ia menarik tangannya, mengambil jeda yang menegangkan. “Tapi ingat satu hal yang paling penting, Sella. Jika ada yang menyebutkan Andra, atau ruko yang kamu jual, atau apapun tentang masa lalu finansialmu… matikan topik itu segera. Jangan pernah mengakui pernah dibuang. Sekarang kamu adalah milikku. Masa lalu itu sudah mati.”

Edo menawarkan lengannya. “Mari. Pemegang saham sudah menunggu.”

Sella menggandeng lengan Edo, merasa aura kekuasaan Edo merasukinya. Mereka berjalan menuju lift eksekutif yang akan membawa mereka langsung ke tempat parkir.

Namun, saat pintu lift akan tertutup, ponsel Edo berdering keras. Edo melirik ke layar dan ekspresinya langsung mengeras. Ia tidak mengangkat panggilan itu, tetapi memasukkannya ke dalam saku.

“Ada apa, Edo?” tanya Sella.

Edo memandang Sella, matanya berkilat antara kekhawatiran dan amarah. “Itu dari kantor legal perusahaan properti. Ternyata, setelah manajer properti tadi pagi melihatmu di lobi, dia langsung melapor pada seseorang. Rupanya, orang itu bukan hanya sekadar rekan bisnis Andra, Sella. Orang itu adalah salah satu kreditor utamanya.”

Sella terkesiap. “Kreditor? Jadi Andra tidak hanya menipu aku, tapi juga orang lain?”

“Lebih buruk,” balas Edo dingin, sambil menahan pintu lift agar tetap terbuka. “Kreditor itu mencari keberadaanmu karena mereka percaya bahwa aset terakhir yang dimiliki Andra, termasuk beberapa properti yang kamu serahkan padanya, sekarang secara ilegal kamu pindahkan ke dalam asetku. Mereka curiga aku menikahimu bukan karena cinta, melainkan untuk mencuci uang hasil penipuan Andra. Dan tebak siapa kreditor utamanya?”

Edo melihat ke kejauhan, ke arah mobil yang menunggu di bawah. Ia membungkuk, berbisik tepat di telinga Sella, dan kata-katanya membuat darah Sella membeku.

“Orang itu, yang baru saja menelepon, adalah pemilik saham terbesar yang akan kita temui malam ini. Tuan Hartono tahu segalanya tentang masa lalumu, Sella. Sandiwara kita harus sangat meyakinkan. Ini bukan lagi soal citra, tapi kelangsungan hidupku di perusahaan.”

1
Titi Dewi Wati
Jgn percaya sepenuhx dgn laki2, kita sebagai perempuan harus berani tegas
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!