Amira terperangkap dalam pernikahan yang menyakitkan dengan Nakula, suami kasar yang merusak fisik dan mentalnya. Puncaknya, di pesta perusahaan, Nakula mempermalukannya dengan berselingkuh terang-terangan dengan sahabatnya, Isabel, lalu menceraikannya dalam keadaan mabuk. Hancur, Amira melarikan diri dan secara tak terduga bertemu Bastian—CEO perusahaan dan atasan Nakula yang terkena obat perangsang .
Pertemuan di tengah keputusasaan itu membawa Amira ke dalam hubungan yang mengubah hidupnya.
Sebastian mengatakan kalau ia mandul dan tidak bisa membuat Amira hamil.
Tetapi tiga bulan kemudian, ia mendapati dirinya hamil anak Bastian, sebuah takdir baru yang jauh dari penderitaannya yang lalu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Keesokan paginya dimana Amira baru saja bangun tidur.
Ia melihat perawat yang masuk dan akan memeriksa keadaannya.
Perawat melihat Sebastian yang masih nyetir pulas.
"Anda sangat beruntung karena calon suami anda sangat perhatian," ucap perawat.
"Bukan dia yang beruntung, Sus. Tapi aku yang beruntung memiliki dia." ujar Amira.
Perawat menulis tekanan darah Amira yang pagi ini semuanya normal.
"Setelah ini anda harus sarapan dan jangan lupa minum vitamin."
Amira menganggukkan kepalanya dan mengucapkan terima kasih kepada perawat.
Perawat keluar dari ruang perawatan dan perawatan lain masuk membawa nampan berisi bubur ayam, susu kedelai.
Sebastian membuka matanya saat mencium aroma bubuk ayam.
Ia melihat Amira yang sedang menatap wajahnya.
"Selamat pagi, Bas. Tidurmu sangat nyenyak sekali."
Sebastian tersenyum tipis dan ia mencium perut Amira.
"Selamat pagi anakku,"
"Selamat pagi, Papa," ucap Amira sambil menirukan suara anak kecil.
Sebastian mencium kening Amira dan setelah itu ia masuk ke kamar mandi.
Setelah mencuci wajahnya, Sebastian keluar dan kembali duduk disamping tempat tidur Amira.
"Aku suapin, ya. Kamu harus makan yang banyak."
Amira mengangguk kecil sambil melihat bubur ayam yang ada di mangkuk.
Sebastian mulai menyuapi Amira dengan bubur ayam.
"Enak?" tanya Sebastian
"Nggak ada rasanya, Bas." jawab Amira sambil menutup mulutnya.
Sebastian kembali menyuapi Amira, sampai tiba-tiba terdengar suara notifikasi pesannya berbunyi.
Sebastian mengambil ponselnya dan ia melihat Nakula yang mengirimkannya pesan.
Amira melihat raut wajah Sebastian yang tidak senang saat melihat ponselnya.
"Siapa, Bas? Klien penting?" tanya Amira.
Sebastian memberikan ponselnya dan meminta Amira untuk membacanya.
Undangan Pertunangan:
Dengan hormat,
Kami mengundang Bapak Sebastian Vettel Vanderkus untuk menghadiri acara pertunangan kami:
Nakula Sadewa & Isabel Clarissa
Yang akan diselenggarakan pada malam nanti pukul tujuh malam.
Amira menaruh ponsel Sebastian sambil tersenyum tipis.
"Apakah kamu mau datang ke acara mereka?" tanya Sebastian yang mengajak Amira.
Amira langsung menggelengkan kepalanya saat mendengar perkataan dari suaminya.
"Aku tidak mau mereka menganggap ku kalau aku masih mencintai Nakula. Dan, apakah kamu akan datang, Bas?"
"Aku tidak datang, Mir. Karena malam ini kita Kan berangkat ke Korea."
"Korea? Malam ini?"
Sebastian mengangguk dan mengatakan kalau dokter sudah menunggu kedatangan mereka.
"Dua hari lagi kamu akan melakukan operasi plastik dan aku tidak mau jika kamu terganggu dengan undangan pertunangan dua badut."
Mendengar nama dua badut yang disebut oleh Sebastian.
Amira langsung tertawa terbahak-bahak sampai tidak menyadari jika ada seseorang yang membuka pintu.
"Selamat pagi, Sebastian." sapa Mama Casandra.
Sebastian bangkit dari duduknya dan berjalan menghampirinya.
"Ma, ini perkenalkan Amira Lestari. Dan saat ini dia sedang hamil cucu mama." ucap Sebastian.
Amira langsung mencium tangan Casandra dan meminta maaf tidak bisa menyambut kedatangan Casandra.
"Ini calon mantu, Mama?" tanya Casandra.
Sebastian mengangguk kecil ke arah Mama Casandra.
"Terima kasih, Amira. Kamu sudah menolong putra mama malam itu." ucap Casandra sambil membelai pipi Amira.
Tidak ada rasa jijik sama sekali saat Casandra membelai pipi Amira yang penuh dengan luka.
"Ma, malam nanti kita mau ke Korea untuk operasi plastik wajah Amira." ucap Sebastian.
Mama menganggukkan kepalanya dan mengatakan kalau ia sudah tahu dari Diko yang menjemputnya tadi.
"Bas, lebih baik sebelum kalian pergi ke Korea. Kalian berdua menikah dulu. Mama tidak mau jika ada seseorang atau klien kamu mengusik Amira.
Sebastian dan Amira saling menatap saat mendengar perkataan dari Mama
Wajah Amira langsung memerah, sementara Sebastian justru tersenyum tipis seolah sudah menyiapkan jawaban itu sejak lama.
“Mama. Aku memang berencana menikahinya secara resmi. Tapi aku ingin izin Amira dulu.”
Amira langsung menundukkan kepalanya karena malu
“B-Bas, kamu serius?”
Sebastian meraih tangan Amira dan menggenggamnya erat.
“Aku tidak ingin hanya menjadi ayah dari anakmu. Aku ingin menjadi suamimu secara sah. Aku ingin kita mulai hidup baru tanpa bayangan masa lalu,” ucap Sebastian pelan namun penuh keyakinan.
Casandra tersenyum haru sambil menepuk pelan bahu putranya.
“Kalau begitu, Mama akan urus semuanya hari ini juga. Kalian cukup tanda tangan, dan malam ini kalian berangkat ke Korea sebagai suami-istri.”
Amira tercekat. Air matanya jatuh tanpa bisa ditahan.
“Kenapa kamu baik sekali sama aku?” bisiknya lirih.
Sebastian mengusap air matanya dengan ibu jarinya.
“Karena kamu layak dicintai. Kamu pantas bahagia. Dan aku akan pastikan itu terjadi, mulai dari hari ini.”
Casandra ikut duduk di tepi ranjang dan memeluk Amira dengan lembut.
“Mulai sekarang, kamu tidak sendirian lagi, Nak.”
Suasana menjadi hangat dan haru. Tapi tiba-tiba perut Amira berbunyi keras.
Kruuukkk~
Sebastian dan Casandra sontak menoleh dan Amira langsung menutup wajahnya karena malu.
“Mama, calon menantu Mama lapar.”
“Cepat suapi dia, Bas. Kasihan cucu Mama ikut protes.”
Amira tak bisa menahan senyum dan untuk pertama kalinya dalam hidupnya ia merasakan sarapan dengan tawa, bukan dengan air mata.
Sebastian kembali menyuapi istrinya yang sedang lapar.
Mama bangkit dari duduknya dan memanggil Diko.
"Dik, tolong panggilkan penghulu kesini. Kalau bisa secepatnya."
Diko yang dari tadi berdiri di depan pintu sambil makan gorengan langsung terkejut ketika mendengar perkataan dari Casandra.
"Penghulu? Sekarang?"
"Iya. Sekarang! Anakku mau menikah, Dik." jawab Casandra.
Diko menganggukkan kepalanya dan langsung mencari penghulu langganan keluarga besar Sebastian.
Sementara itu Casandra mengambil ponselnya dan menghubungkan penata rias, butik langganan dan Romo perhiasan untuk datang ke rumah sakit.
Tak sampai satu jam setelah Casandra menelepon, suasana ruang rawat inap berubah drastis.
Pintu terbuka, dan masuklah dua orang penata rias membawa koper besar berisi perlengkapan makeup.
Di belakang mereka, dua staf butik menenteng kotak panjang berisi gaun.
Sementara itu, seorang staf perhiasan membawa nampan berlapis beludru, penuh dengan cincin dan aksesoris berkilau.
Amira yang sedang menikmati suapan bubur dari Sebastian langsung terbatuk kaget.
“Ehhh, apa ini...?” Amira terperanjat.
Casandra tersenyum puas sambil melipat tangan di dada.
“Ini persiapan akad nikah kamu, Mir."
Amira masih sedikit terkejut dengan kedatangan mereka.
Salah satu penata rias mendekat sambil tersenyum hangat.
“Nona Amira, kami di sini untuk merias wajah Anda. Jangan khawatir, kami akan gunakan produk khusus kulit sensitif. Bekas lukanya tidak akan terasa perih.”
Amira tidak menyangka saat para penata rias itu memperlakukannya dengan hormat.
Biasanya banyak sekali orang yang jijik dengan wajahnya.
Dua staf butik mulai membentangkan tiga gaun sederhana namun elegan
Gaun putih satin model A-line tanpa banyak ornamen.
Gaun dusty pink dengan lengan renda transparan.
Gaun biru pucat dengan potongan klasik dan selendang panjang.
“Pilih yang kamu suka. Ini pernikahanmu, kamu yang tentukan.”
Amira menelan ludah pelan, lalu menunjuk gaun putih satin.
“Yang ini saja, aku suka dengan model gaunnya yang sederhana tapi cantik.”
Staf butik tersenyum dan langsung menggantungkan gaun itu di dekat cermin
Saat ini Sebastian sudah berganti pakaian mengenakan kemeja putih bersih dan celana panjang hitam, rambutnya disisir rapi, hanya menyisakan satu kancing terbuka di leher yang membuatnya terlihat santai namun elegan.
Amira terkejut sedikit ketika melihat suaminya yang sudah siap.
Penata rias dengan cepat merias wajah Amira dengan sangat hati-hati.
Setelah hampir satu jam, akhirnya Amira telah selesai dan ia juga sudah memakai gaun pengantin pilihannya.
Kemudian Sebastian mengajak istrinya untuk memilih cincin pernikahannya.
Staf perhiasan mendekat sambil membuka sebuah kotak yang berisi deretan cincin pernikahan.
Sebastian juga ikut mendekat ke arah staf perhiasan.
"Amira, ayo pilih cincinnya.”
Ada berbagai model cincin pernikahan disana dan Amira melihat cincin platinum dengan ukiran nama di dalamnya.
“Aku mau in, tapi bolehkah nama yang diukir tidak hanya nama kami?”
Sebastian mengernyitkan keningnya saat mendengar perkataan dari Amira.
“Maksudnya bagaimana sayang?" tanya Sebastian.
“Bagian dalamnya di tulis: Takdir Kedua.”
Sebastian terdiam sesaat, lalu matanya melembut seolah seluruh rasa sakit masa lalu Amira terbalas hanya dengan dua kata itu.
“Baik, sayang. Aku akan mengukirnya dengan tulisan Takdir Kedua milik kita.”
“Duh, Mama belum pernah melihat laki-laki seserius ini.” ucap Casandra dan menyeka air matanya.
Setelah memilih cincin pernikahan, Casandra meminta Sebastian untuk bersiap-siap karena Diko sudah datang bersama dengan penghulu.
Sebelum Sebastian membopong tubuh calon istrinya.
Ia melihat Amira yang tiba-tiba raut wajahnya berubah.
"Mir, ada apa? Apa kamu masih ragu untuk menikah dengan aku?" tanya Sebastian.
Amira menggelengkan kepalanya dan ia meminta Sebastian untuk duduk sebentar.
"Bas, aku nggak ragu untuk menikah dengan kamu. Tapi, apakah kamu mau merahasiakan pernikahan kita dulu? Aku tidak ingin pernikahan ini jadi bahan pembicaraan mereka, seolah aku menikah cepat karena dendam atau pelarian.” jawab Amira.
Sebastian yang mendengarnya langsung menganggukkan kepalanya dan ia akan merahasiakan pernikahan mereka sampai operasi plastik di Korea berhasil.
Kemudian Sebastian yang sudah tidak sabar langsung membopong tubuh Amira dan membawanya ke depan ruang perawatan VVIP.
karna bastian mandul