Dikhianati. Dituduh berkhianat. Dibunuh oleh orang yang dicintainya sendiri.
Putri Arvenia Velmora seharusnya sudah mati malam itu.
Namun takdir memberinya satu kesempatan—hidup kembali sebagai Lyra, gadis biasa dari kalangan rakyat.
Dengan ingatan masa lalu yang perlahan kembali, Lyra bersumpah akan merebut kembali takhta yang dirampas darinya.
Tapi segalanya menjadi rumit ketika ia bertemu Pangeran Kael…
Sang pewaris baru kerajaan—dan reinkarnasi dari pria yang dulu menghabisi nyawanya.
Antara cinta dan dendam, takhta dan kehancuran…
Lyra harus memilih: menebus masa lalu, atau menghancurkan segalanya sekali lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adrina salsabila Alkhadafi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 6-Jejak Darah di Arsip Kuno
Setelah meninggalkan Ruang Kerja Kael, Lyra bergegas kembali ke gubuknya. Otaknya berputar, mencoba memproses informasi yang baru didapat: Valerius mati. Dibunuh karena menolak takhta setelah dipaksa mengkhianati Arvenia.
Jika itu benar, dendam Lyra kehilangan target utamanya. Namun, Kael menjadi masalah baru yang jauh lebih besar.
Aku adalah Aerion.
Klaim itu mengerikan. Jika Kael benar-benar Pangeran Aerion yang legendaris, pendiri kerajaan, maka dia adalah otoritas tertinggi di Eteria, yang bangkit untuk membersihkan kekacauan yang dibuat keturunannya. Dan itu termasuk Lyra, putri yang gagal.
"Aku tidak bisa mempercayainya," bisik Lyra pada dirinya sendiri, mencengkeram kain selimut. Lyra yang dulu adalah Putri Mahkota yang cerdas. Ia dilatih untuk melihat kebohongan di balik janji-janji manis.
Lyra tahu satu-satunya cara untuk memverifikasi klaim Kael tentang Genealogi Velmora Kuno dan kematian Valerius adalah Arsip Istana.
Arsip terletak di bawah Sayap Barat, di dalam labirin beton yang lembap. Lyra sebagai penjahit/pelayan tidak memiliki izin ke sana, tetapi Arvenia tahu ada jalur servis tersembunyi yang digunakan oleh pelayan pembawa makanan.
Malam itu, Lyra menyiapkan dirinya. Ia memakai pakaian serba gelap dan menyelinapkan sebilah pisau kecil—hadiah dari Jenderal Verris yang selalu ia bawa—di balik ikat pinggangnya.
Ia menyelinap keluar, menggunakan kunci tiruan yang ia buat dari lilin yang dicuri dari Ruang Jubah. Hati Lyra berdebar bukan karena takut, melainkan karena sensasi kembali ke dalam permainan.
Perjalanan melalui lorong-lorong gelap terasa seperti menembus masa lalu. Lyra mengingat pesta dansa di Ruang Balai, pertemuan rahasia di taman. Semua kemewahan itu terasa seperti ilusi yang sekarang hancur.
Akhirnya, Lyra mencapai pintu besi tua Arsip. Bau kertas lapuk, tinta, dan debu tua langsung menyeruak.
Pintu itu terkunci ganda. Namun, Lyra ingat trik yang pernah diajarkan ayahnya: lubang kunci ganda untuk menipu penyusup. Lyra dengan cepat menggunakan alat sederhana yang ia bawa untuk membuka kunci kedua yang sebenarnya.
Ia masuk.
Cahaya bulan samar-samar menembus jendela kecil, menerangi rak-rak buku yang menjulang tinggi, penuh dengan gulungan perkamen yang rapuh. Ini adalah ingatan Eteria.
Lyra bergerak cepat, mencari bagian Genealogi Rahasia dan Catatan Pengadilan Ratu—tempat di mana catatan paling memalukan disimpan.
Ia menemukan Catatan Pengadilan. Di sana tertulis jelas tentang malam pengkhianatan Arvenia.
Putri Mahkota Arvenia Velmora dinyatakan bersalah atas konspirasi dan berkhianat. Eksekusi dilakukan oleh Pangeran Valerius.
Lyra membalik halaman, mencari catatan setelah eksekusi. Ada satu gulungan perkamen yang baru dan ditandai dengan segel kerajaan Kael.
Lyra membukanya dengan tangan gemetar. Isinya adalah: Keputusan Raja tentang Kasus Valerius.
Pangeran Valerius telah melakukan pengkhianatan ganda: pertama, terhadap Mahkota (dengan mengkhianati Puteri Arvenia atas perintah bangsawan), dan kedua, terhadap Sumpah Ksatria (dengan menolak perintah untuk menjadi Raja boneka). Oleh karena itu, Valerius dieksekusi atas perintah Pangeran Kael.
Eksekusi dilakukan di tempat tersembunyi, jenazah dibakar. Semua catatan keberadaannya dihapus, dan dia dicatat sebagai ‘hilang’.
Lyra menjatuhkan gulungan itu. Itu benar. Valerius juga mati.
Ia merasa lega yang menyakitkan. Valerius tidak hidup bahagia. Ia membayar perbuatannya. Namun, ada lapisan lain dari rasa sakit: Valerius mati sebagai pahlawan yang menolak takhta demi kesetiaan—terlambat, tetapi ia membayar kesalahannya.
Kael telah mengatakan yang sebenarnya tentang Valerius.
Sekarang, Lyra mencari bukti klaim Aerion. Ia menemukan Genealogi Velmora Kuno yang asli. Lyra menyentuh sampulnya—kini ia bisa menyentuhnya tanpa takut ketahuan Kael.
Di halaman paling awal, Lyra membaca deskripsi Pangeran Aerion.
Aerion: Mata emas gelap, kecerdasan di luar zamannya, dan kemampuan untuk berkomunikasi dalam Eterian Kuno... Jiwanya akan kembali ke dalam tubuh anak laki-laki dari garis keturunan yang memiliki tekad yang sama kuatnya dengan niatnya.
Lyra menutup mata. Kael, dengan mata emas gelapnya, pengetahuannya tentang bahasa kuno, dan tekadnya yang tajam, sangat cocok dengan deskripsi itu.
Kael mungkin tidak berbohong tentang identitasnya yang kuno.
Lyra tiba-tiba sadar: jika Kael benar-benar Aerion, maka ia adalah penguasa sah yang berusia ribuan tahun. Dan Lyra, Putri Mahkota yang dikhianati, hanya seorang keturunannya.
Ini bukan lagi pertarungan dendam vs. cinta. Ini adalah pertarungan keinginan pribadi melawan takdir kosmik—kekuatan yang jauh lebih besar yang mengatur nasib kerajaan.
Saat Lyra bersiap meninggalkan Arsip, sebuah suara membuat jantungnya berhenti berdetak.
"Kau sedang mencari aku, Arvenia?"
Kael berdiri di pintu, menghalangi jalan Lyra. Ia tidak memakai baju zirahnya; ia hanya mengenakan jubah tidur beludru hitam. Rambutnya sedikit acak-acakan. Ia tampak santai, namun mematikan.
"Yang Mulia," Lyra segera kembali ke peran Lyra, tetapi suara Arvenia yang penuh otoritas telah mengambil alih. "Mengapa Anda di sini?"
"Aku di sini untuk menunggu," Kael bersandar di kusen pintu. "Aku tahu kau tidak akan percaya padaku. Jadi, aku memberimu kesempatan. Apa yang kau temukan? Apakah Valerius mati sebagai pengkhianat atau martir?"
Lyra mencengkeram gulungan di tangannya. "Dia mati, setelah Anda membunuhnya."
"Dan Anda, Putri," Kael berjalan mendekat. "Mengapa Anda kembali? Untuk Valerius? Atau untuk takhta?"
Lyra menguji klaim Aerion. Ia harus. "Jika Anda benar-benar Aerion, maka saya hanyalah salah satu keturunan yang gagal. Saya tidak bisa merebut takhta yang sudah menjadi milik penguasa sejati."
Kael tersenyum, senyum yang membawa beban ribuan tahun. "Kau salah. Aku tidak datang untuk menjadi Raja. Aku datang untuk menemukan suksesi yang tepat yang dapat membersihkan kekacauan yang terjadi. Aku datang untuk menguji garis keturunan."
Kael berhenti di depan Lyra. Matanya menatap Lyra dengan intensitas yang membuat Lyra merasa telanjang secara emosional.
"Aku mencari kehendak yang kuat. Kehendak yang mampu menolak cinta dan dendam demi kebaikan kerajaan. Kau memiliki kehendak itu, Arvenia. Kau bangkit dari kematian dengan sumpah, bukan ratapan."
Kael tiba-tiba mengulurkan tangannya, menyentuh pipi Lyra—sentuhan yang lebih lembut dan lebih intim daripada yang seharusnya dilakukan oleh seorang penguasa dan pelayan.
"Kau membangkitkan sesuatu yang sudah lama tertidur di Eteria, Arvenia. Dan kau membangkitkan sesuatu di dalam diriku
“Bangkit Setelah Terluka” bukan sekadar kisah tentang kehilangan, tapi tentang keberanian untuk memaafkan, bertahan, dan mencintai diri sendiri kembali.
Luka memang meninggalkan jejak, tapi bukan untuk selamanya membuat kita lemah.
Dalam setiap air mata, tersimpan doa yang tak terucap.
Cinta, pengorbanan, dan air mata menjadi saksi perjalanan hidup seorang wanita yang hampir kehilangan segalanya—kecuali harapan.
“Bangkit Setelah Terluka” menuturkan kisah yang dekat dengan hati kita: tentang keluarga, kesetiaan, dan keajaiban ketika seseorang memilih untuk tetap bertahan meski dunia meninggalkannya.
Bacalah… dan temukan dirimu di antara setiap helai kisahnya.