NovelToon NovelToon
Istri Paksa Tuan Arka

Istri Paksa Tuan Arka

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Cinta Terlarang
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: S. N. Aida

Alya, gadis kelas 12 yang hidup sederhana, terkejut saat mengetahui ayahnya terlilit hutang besar pada Arka Darendra — CEO muda paling berpengaruh di kota itu.

Saat debt collector hampir menyeret ayahnya ke polisi, Arka datang dengan satu kalimat dingin:

“Aku lunasi semuanya. Dengan satu syarat. Putrimu menjadi istriku.”

Alya menolak, menangis, berteriak—tapi ayahnya memaksa demi keselamatan mereka.

Alya akhirnya menikah secara diam-diam, tanpa pesta, tanpa cinta.
Arka menganggapnya “milik” sekaligus “pembayaran”.

Di sekolah, Alya menyembunyikan status istri CEO dari teman-temannya.
Di rumah, Arka perlahan menunjukkan sisi lain: posesif, protektif, dan… berbahaya.

Mereka tinggal seatap, tidur sekamar, dan gairah perlahan muncul—walau dibangun oleh luka.

Konflik berubah ketika masa lalu Arka muncul: mantan tunangan, dunia bisnis yang penuh ancaman, dan rahasia gelap kenapa ia sangat tertarik pada Alya sejak awal.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon S. N. Aida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 30: Keliru Tapi Terluka

Keesokan paginya terasa dingin, meskipun sinar matahari sudah menyentuh jendela kamar utama. Arka bangun dengan suasana hati yang luar biasa. Konferensi pers telah sukses besar, dan perasaannya pada Alya telah diakui oleh Alya sendiri—semuanya terasa berjalan sesuai rencananya. Arka Darendra merasa tak terkalahkan, baik di ruang rapat maupun di rumah.

Dia membalikkan tubuh, wajahnya yang damai menatap Alya yang masih terpejam. Tangan Arka terulur, membelai pipi Alya dengan sentuhan yang lembut dan penuh cinta. Sentuhan yang seharusnya menenangkan, kini justru terasa seperti memegang patung, bukan manusia.

Alya membuka mata. Rasa sakit dan pengkhianatan dari pengakuan Tanaya (Bab 29) langsung menyelimuti pandangannya. Dia melihat ketenangan di wajah Arka, dan itu hanya memicu amarahnya. Dia melihat kelembutan di mata Arka, dan dia menafsirkannya sebagai penipuan.

“Tuan Arka,” panggil Alya, suaranya dingin, sangat berbeda dari kehangatan yang ia tunjukkan semalam.

Arka tersenyum. “Selamat pagi, Istriku. Kau tidur nyenyak?”

Arka mencoba mendekat, berniat mencium kening Alya, ritual pagi yang kini menjadi kebiasaan mereka.

Tiba-tiba, Alya bergerak mundur, secepat kilat. Dia menjauh dari sentuhan Arka, membiarkan jurang pemisah yang lebar muncul di antara mereka di ranjang besar itu.

Arka terkejut. Senyumnya menghilang, digantikan oleh kerutan khawatir yang tajam.

“Ada apa, Alya? Kau sakit lagi?” tanya Arka, nadanya mengandung perintah dan kekhawatiran yang sama.

“Jangan sentuh saya,” kata Alya, bangkit dari ranjang, menarik selimut untuk menutupi dirinya, bukan karena dingin, tetapi karena rasa jijik pada dirinya sendiri.

“Aku tidak mengerti. Ada apa denganmu? Kita baru saja melalui badai terbesar, kita semakin dekat…” Arka mencoba bangkit, tetapi Alya menatapnya dengan tatapan yang penuh amarah yang menahan air mata—tatapan yang jauh lebih dingin daripada semua amarah yang pernah Alya tunjukkan sebelumnya.

“Apa yang membuat kita dekat, Tuan Arka? Trauma Anda? Rasa bersalah Anda?”

Arka menegang. Ekspresinya langsung berubah dari bingung menjadi berbahaya. Dia tahu pasti, siapa yang menanamkan ide ini di kepala Alya.

“Tanaya datang menemuimu,” Arka menyatakan, bukan bertanya.

Alya menyeringai pahit. “Tidak masalah bagaimana saya tahu. Jawab saja. Siapa Aida?”

Pertanyaan itu, diucapkan di dalam kamar tidur mereka, di dalam sangkar emas Arka, menghantam Arka seperti tinju. Arka Darendra, si CEO yang tidak pernah menunjukkan kelemahan, kini terlihat seperti pria yang dihantui. Wajahnya pucat.

“Itu tidak penting, Alya. Itu masa lalu. Jangan dengarkan wanita gila itu,” Arka mencoba mengelak.

“Itu penting!” teriak Alya, maju selangkah. “Dia bilang saya bukan istri Anda. Saya bukan kekasih Anda. Saya adalah pengganti! Monumen hidup untuk wanita yang gagal Anda lindungi! Apakah benar, Tuan Arka? Apakah Anda menikahi saya hanya karena saya mirip dengan Aida Riana?!”

Luapan emosi Alya itu menghancurkan kebohongan dan sandiwara yang mereka bangun selama ini.

Arka bangkit dari ranjang. Dia tidak lagi lembut. Dia kembali menjadi Arka yang keras dan mengendalikan, tetapi ada lapisan rasa sakit yang mengkilap di mata Arka.

“Duduk, Alya. Jangan membuat dirimu lelah,” Arka mencoba menenangkan, tetapi nadanya hanya membuat Alya semakin marah.

“Saya tidak butuh ketenangan! Saya butuh kebenaran! Mengapa Anda membuat saya mengenakan dasi sekolah yang sama, Tuan Arka? Mengapa Anda begitu terobsesi dengan pelajaran saya? Mengapa Anda melarang saya bepergian sendirian? Karena Aida Riana adalah siswi SMA yang Anda kencani, dan dia meninggal karena kecelakaan mobil saat dia sendirian? Jawab saya!” Alya menuntut.

Arka tidak bisa menjawab. Setiap pertanyaan Alya menusuk langsung ke titik kelemahannya. Dia menundukkan kepalanya, mengakui kebenaran itu tanpa kata-kata.

“Ya,” kata Arka, suaranya rendah, nyaris tidak terdengar. “Ya, kau memang mengingatkanku padanya. Aida adalah tunangan pertamaku. Dia adalah segalanya. Dan dia meninggal lima tahun lalu, di hari ulang tahunnya yang ke-18. Aku gagal melindunginya.”

Arka mengangkat wajahnya. “Aku tidak akan berbohong. Ketika aku melihatmu, saat pertama kali aku melihatmu, kau mengingatkanku padanya. Semangatmu yang berapi-api, matamu yang cerdas… Aku tahu itu obsesi. Aku melihat diriku jatuh ke dalam lubang yang sama, mencoba mengendalikanmu agar kau tetap aman. Agar aku tidak gagal lagi!”

Alya mundur, air mata akhirnya mengalir deras. Pengakuan itu lebih menyakitkan daripada kebohongan apa pun.

“Jadi, semua ciuman itu, semua kelembutan itu… Anda hanya mencium Aida?”

“Tidak!” Arka maju selangkah, meraih bahu Alya dengan lembut, kali ini Alya tidak menolak. “Dengar, Alya. Aku berjanji, itu dimulai sebagai obsesi, sebagai pengingat. Tapi saat kau sakit, saat kau cemburu pada Tanaya, saat kau membalas ciumanku… itu bukan Aida lagi! Aku melihatmu, Alya! Aku mencintai keberanianmu untuk memarahiku, aku mencintai caramu membela diri! Perasaan itu nyata! Hanya untukmu!”

“Tapi bagaimana saya bisa percaya?” isak Alya. “Bagaimana saya tahu, jika suatu hari saya melakukan kesalahan, Anda tidak akan melihat saya dan hanya melihat kegagalan Anda yang kedua? Saya tidak ingin menjadi penangkal trauma Anda! Saya ingin menjadi istri Anda! Bukan hantu Anda!”

Alya menarik diri dari Arka, hatinya hancur berkeping-keping. Dia telah jatuh cinta pada pria yang obsesinya ternyata adalah bayangan.

“Anda harus memilih, Tuan Arka,” kata Alya, suaranya tenang namun tajam, memotong hati Arka. “Jika Anda ingin saya tetap di sini, jika Anda ingin saya menjadi Nyonya Darendra Anda, Anda harus membuktikan bahwa saya bukan Aida. Anda harus menghancurkan semua yang membuat saya menjadi pengganti! Atau… lepaskan saya. Karena saya tidak bisa hidup sebagai bayangan di istana emas ini.”

Arka menatap Alya. Dia tahu, dia telah merusak hal yang paling berharga yang ia miliki. Rasa sakit Alya adalah kegagalan terbesarnya. Dia telah berhasil mengendalikan Alya secara fisik, tetapi dia telah menghancurkannya secara emosional.

“Apa yang kau inginkan, Alya? Katakan padaku,” tanya Arka, menyerah.

“Saya ingin hidup saya kembali,” kata Alya, menunjuk ke dasi sekolah yang tergantung di pintu lemari. “Saya ingin bersekolah. Saya ingin memiliki ponsel saya sendiri. Saya ingin Anda berhenti melihat saya sebagai hiasan yang rapuh. Saya ingin Anda melihat saya sebagai Alya Darendra, wanita yang Anda pilih saat ini, bukan wanita yang Anda rindukan dari masa lalu.”

Alya menatap Arka dengan tatapan final. “Jika Anda benar-benar mencintai saya, Tuan Arka, bebaskan saya dari bayangan Aida.”

Arka berdiri di tengah ruangan, wajahnya dipenuhi rasa sakit. Dia menyadari, jika dia ingin mempertahankan Alya, dia harus melepaskan obsesinya. Dia harus melepaskan hantunya.

“Baik,” kata Arka, setelah keheningan yang panjang. Suaranya terdengar berat dan final. “Kau akan mendapatkan kebebasanmu, Alya. Dan aku akan membuktikan padamu bahwa perasaanku hanya untukmu.”

Arka berbalik, berjalan menuju pintu, dan berhenti. “Tapi dengar ini. Jika kau keluar dari villa ini, jika kau pergi ke sekolah atau ke mana pun, Jeevan akan tetap mengawasimu. Karena kebebasan tidak berarti aku akan berhenti melindungimu. Kau masih istriku, Alya. Dan itu tidak akan pernah berubah.”

Arka pergi, meninggalkan Alya sendirian di kamar. Alya ambruk, menangis. Dia telah memenangkan pertempuran kebebasan, tetapi dia telah kehilangan kepercayaannya pada cinta Arka.

Dia tahu, Babak berikutnya akan menjadi yang paling sulit: belajar untuk hidup bebas di dalam sangkar, dan berharap Arka benar-benar bisa melepaskan hantunya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!