NovelToon NovelToon
I Love You Abang

I Love You Abang

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Whidie Arista

Salahkah jika aku menyukaimu Abang?

Kedekatan Dea dengan Abang tirinya menghadirkan sebuah perasaan yang tak seharusnya ada, sebisa mungkin dia mencoba membuangnya namun tanpa dia sadari ternyata Abangnya juga menyimpan perasaan yang sama untuknya.

Ada yang penasaran? yuk simak cerita mereka 😉

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Whidie Arista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6

Seharian penuh aku bekerja, seperti biasa aku akan pulang jama 8 malam, manager cafe tahu kami seorang pelajar tidak di perkenankan pulang terlalu larut malam.

Rumah begitu sepi dan gelap lampu-lampu tak satu pun yang menyala.

“Ini Bi Sumi ko lampunya gak di nyalain sih?” keluhku sambil menekan saklar lampu.

Plak...

Lampu menerangi seluruh ruangan, aku berjalan masuk dan langsung menuju dapur untuk mengambil air minum. Secarik kertas tertempel di pintu kulkas.

[Non Dea, maaf ya Bibi terpaksa pergi gak bilang-bilang, anak Bibi masuk rumah sakit kena tipes, Bibi tadi mau bilang sama Den Ran tapi dia kayanya lagi tidur, sekali lagi Bibi mohon maaf, Bibi udah siapin makanan di meja, Non tinggal angetin. Bibi janji besok pagi Bibi akan pulang]

Isi surat yang di tinggalkan Bi Sumi.

Aku membuka tudung saji yang ada di meja makan, dan benar saja makanan sudah tersaji lengkap di atas meja.

Aku mendongak menatap ke lantai atas, “Si Abang udah makan belum ya?” tiba-tiba aku terpikirkan Kakak tiriku itu, aku kembali menutup tudung saji dan langsung naik ke lantai atas.

Aku menghampiri pintu kamar Ran dengan gugup, ketuk gak ya, ketuk gak ya? Berkali-kali aku mencoba untuk mengetuk pintu namun takut, tapi untuk kali ini aku mencoba memberanikan diri.

Tuk...Tuk...Tuk...

Aku mengetuk dengan ritme pelan, namun tak ada sahutan, mungkin Ran tak mendengar.

Tok...Tok...Tok...

Aku mengulangi hal yang sama dan agak lebih tegas hingga beberapa kali namun tetap saja tak ada sahutan meski aku sudah menaikkan ritmenya.

Aku putuskan untuk memutar gagang pintu dan luar biasanya pintunya sama sekali tidak di kunci, aku membuka pintu pelan dengan jantung yang berdegup tak karuan.

“Bang!” panggilku dengan suara pelan. Aku melongokkan kepalaku kedalam kamar Ran, tak ada siapa pun di dalam sana ruangan itu tampak kosong melompong, aku membuka pintu sedikit lebar untuk memastikan penglihatanku tidaklah salah.

“Haish, syukur deh kalau dia gak ada di rumah, aku bisa tenang.” ucapku, baru saja aku hendak menutup pintu kembali sesuatu tertangkap ujung mataku, sepasang kaki menjulur di sisi ranjang.

Aku mengerutkan kening namun memberanikan diri untuk masuk dan menghampiri sang pemilik kaki tersebut, diluar dugaan itu adalah Ran, dia jatuh telungkup di lantai.

“Abang!” pekikku, aku lekas membalikkan tubuh Ran dan menepuk-nepuk pipinya berusaha untuk menyadarkannya.

“Bang, bangun Bang!” aku masih berusaha menyadarkannya namun tak ada respon sama sekali, dahi Ran terasa panas namun telapak tangannya dingin, aku mencoba mengangkatnya namun bukan Ran yang terangkat justru malah aku yang jatuh menubruk dadanya.

‘Ya Tuhan, mengapa ada mahluk setampan ini di dunia ini?’ untuk beberapa saat aku terpana melihat garis wajah Devran dari dekat, hidung mancung bibir seksi serta bentuk wajah yang nyaris sempurna, ini manusia atau gambar anime? Otakku sontak bertanya.

‘Astaga, Dea sadar Dea!’ aku menoyor kepalaku sendiri dan kembali fokus untuk menolong Ran. Dengan susah payah aku berusaha membawa Ran naik ke ranjangnya kemudian menyelimutinya, setelah itu aku pun turun untuk mengambil es batu dan obat penurun panas.

Cukup lama aku merawat Ran, hingga suhu tubuhnya kembali normal, waktu sudah menunjukkan pukul 22:30 aku merasakan perutku lapar, benar, sejak pulang ke rumah tak satu pun makanan yang masuk ke lambung, aku terlalu sibuk merawat Ran tadi.

Makanan di meja masih ada, aku pun lantas turun untuk mengisi perut yang keroncongan, lagi pula kondisi Ran sudah membaik.

Setelah kenyang aku pun naik lagi ke lantai atas, sejenak aku sempatkan untuk melihat kondisi Ran sebelum pergi tidur.

Ran tampak masih tidur bahkan posisinya pun belum berubah, aku berjalan mendekat untuk mengecek suhu badannya, ku tempelkan punggung tanganku di dahinya, aku bolak balikan telapak tanganku disana untuk memastikan suhunya tidak naik lagi.

“Syukur deh sepertinya dia sudah benar-benar sembuh.” aku tersenyum senang, entah mengapa aku tidak bisa mengalihkan pandanganku dari Abang tiriku ini, jika di pandang makin lama makin betah berlama-lama.

“Gak kebayang cewek yang bisa dapetin dia, pasti bahagia banget.” Aku mengerutkan kening saat melihat telinga Devran memerah. Aku kembali mengecek suhu tubuh Devran, terasa normal dan gak ada yang aneh tapi kenapa wajah sama kupingnya bisa merah gitu aneh banget gak sih.

Aku beralih menyentuh pipi Ran untuk mengecek suhu di area itu.

Grpp...

Tiba-tiba Ran mencekal tanganku, kemudian matanya terbuka, dia menatap tajam bola mataku, “elu mau ngapain?”

“A–abang udah sadar? Ma–maaf tadi Dea cuma mau mastiin keadaan Abang, bukan mau bertindak macem-macem ko.” ucapku gelagapan, ini mulut kenapa pake gugup segala sih, padahal emang gue gak ngapa-ngapain kan, kesannya gue jadi ketahuan lagi ngelecehin doi.

Ran menarik sudut bibirnya menghadirkan senyuman sinis yang dia tujukan padaku, kemudian menghempaskan tanganku yang sejak tadi ada dalam genggamannya.

“Lu pikir gue akan percaya? Siapa yang tahu elu udah ngapa-ngapain gue saat gue lagi gak sadar.” sinisnya.

“Ya Allah, Bang! Dea gak serendah itu ya, Dea udang anggap Abang itu seperti Kakak kandung Dea sendiri, gak ada sedikitpun terbersit di otak Dea melakukan hal-hal diluar norma.” kesalku berucap panjang lebar.

“Seharusnya Abang bilang makasih, karena aku yang udah ngerawat Abang. Abang tahu, Abang pingsan di lantai tadi dan aku dengan susah payah bawa Abang naik ke ranjang, tapi apa balasan Abang? Abang malah menghina aku, oke Abang benci aku sama Ibu, aku gak masalah, tapi aku anak baik-baik aku gak terima di tuduh kaya gitu!” kesalku dengan nada tinggi.

Setelah mengeluarkan semua unek-unek yang bergumul dalam otakku, aku pun pergi dari kamar Devran. Sedang Devran sendiri, dia hanya diam melihat aku yang nyerocos gitu depan dia, bodo amat lah dia mau makin benci ke atau malah nganggap aku tukang pamrih yang penting semua unek-unek dalam benak udah keluar semua.

“Ngeselin banget sih, kalau bukan karena Pak Bagas, males aku ngadepin orang kaya dia. Mukanya aja ganteng, tapi sifat ngeselin.” rutukku penuh kekesalan.

Setelah masuk kamar aku langsung merebahkan diri mengistirahatkan tubuhku yang kelelahan.

“Non Dea!” suara pintu diketuk diiringi suara Bi Sumi terdengar di telinga, namun mata dan mulutku enggan menyahut.

“Bibi udah masak dan beres-beres, Bibi mau pamit pergi lagi ke rumah sakit jagain anak Bibi, Non Dea gak papa kan Bibi tinggal?” suara Bi Sumi kembali terdengar. Aku ingin menjawab Iya, namun aku tak bisa tubuhku tak sejalan dengan otakku.

‘Ini gue kenapa sih?’

“Pergi aja Bi, gak papa gak usah balik kesini untuk sementara waktu, kasihan anak Bibi.” luar biasanya Devran yang menyahut.

“Oh Den Ran ternyata ada, maaf Den Bibi tereak-tereak jadi gangu tidurnya Den.”

“Gak papa Bi.”

Ternyata bisa juga dia bersikap baik, malah suaranya terdengar sopan, berbeda waktu Ia berbicara dengan Pak Bagas tempo hari.

“Kayanya dia masih tidur Bi, Bibi pergi aja ada Ran disini jadi Bibi gak usah khawatir.” ucap Ran menenangkan.

“Makasih Den, tolong titip Non Dea ya. Oh ya Bibi udah masak banyak di meja, kalau gak habis masukin kulkas kalau mau makan lagi tinggal angetin aja.” ucap Bi Sumi panjang lebar.

“Iya Bi.”

“Kalau begitu Bibi pergi dulu ya Den, assalamualaikum.”

“Wassalamu'alaikum.” setelah itu Bi Sumi pun pergi.

Sebenarnya aku udah bisa bangun sepenuhnya sejak tadi, tapi biarlah Ran yang menyahut, lagi pula aku males ketemu dia, tuduhan dia semalam cukup melukai hatiku. Aku sangat kesal karena pertama kalinya kami berinteraksi, namun dia menuduhku seperti itu.

1
Susi Akbarini
sita ngerasa gak enak...


maknya menjauh...

❤❤❤❤😀😀😀😀
Susi Akbarini
lqnjutttt...

❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
maunya Ran ciuman secara gak langsyng..
rapi teenyata Dea masih malu2...
😀😀😀❤❤❤❤
Susi Akbarini
lanjutttt...
❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
pinter kga bersandiwara..
awal bertemu di rumah Ran ..
dia kan musuhin Dea..
apa.karena gak yeeima papanya nikah lagi...
😀😀❤❤😘😍😍😙
Susi Akbarini
kok bisa dari SMA...apa pernah satu sekolah..
tapi Dea gak tau...
pantesan Ean betah jomblo..
laahhh...
wmang nungguin Dea...
❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
jafi oenasaran..
apa masalah flo dimas dan Ran..

❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
coba dea jujur ama Ean klo dah putus dari davi..
pasti Ran jujur jga klao suka ma Dea..

😀😀😀❤❤❤😍😙😗
partini
dari SMA ?
ko bisa flashback Thor
Whidie Arista 🦋: Ada nanti, tapi masih beberapa bab lagi keknya, ada di pov nya Ran🤭
total 1 replies
partini
ohhh akit 💔
Susi Akbarini
lanjuttt..
❤❤❤❤
Susi Akbarini
akakah Ran tertarik ama Flo..
😀😀❤❤❤
Susi Akbarini
waahhh..
akankah dea cemburu kalo tau flora sekampus ama Ran?
❤❤❤❤
Susi Akbarini
bolehhhh .

bolrh banget malahhh..
halal kok..
😀😀😀❤❤❤❤
Arumsari
bagus
Whidie Arista 🦋: Terimakasih Kakak ❤️
total 1 replies
Susi Akbarini
iya jujur saja...
biar gak terlambat...
😀😀😀❤❤❤
Susi Akbarini
masalah Ean..
bingung mau ngaku syka ama Dea...
😀😀😀❤❤❤❤
Susi Akbarini
lanjutttttt...


❤❤❤❤❤❤❤😍😙😙😙
Susi Akbarini
cie3..
yg ketahuan jadian....

❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
semangat..

mkasi udah up banayakkkk...


❤❤❤❤❤
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!