NovelToon NovelToon
SABDA ARIMBI

SABDA ARIMBI

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Teen School/College / Diam-Diam Cinta
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Lel

Bagaimana perasaan kamu kalau teman SMAmu melamar di akhir perkuliahan?
Itulah yang dialami Arimbi, selama ini menganggap Sabda hanya teman SMA, teman seperjuangan saat merantau untuk kuliah tiba-tiba Sabda melamarnya.
Dianggap bercanda, namun suatu sore Sabda benar-benar menemui Ibu Arimbi untuk mengutarakan niat baiknya?
Akankah Arimbi menerima Sabda?
Ikuti kisah cinta remaja ini semoga ada pembelajaran untuk kalian dalam menghadapi percintaan yang labil.
Happy Reading

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

INTEROGASI

"Mbak lo gak hamil kan?" tanya Ibu tiba-tiba takut, hingga mengangkat spatulanya. Duduk dengan hati deg-deg an di depan sang putri.

"Ya elah, Bu. Sekarang aja, Arimbi haid hari ketiga juga!"

"Terus kenapa lo tiba-tiba bilang dilamar? Sama siapa? Pacar kamu?" Ibu bertanya menggebu, sampai Arimbi bingung harus menjawab yang mana dulu.

"Bu, Arimbi bakal cerita asal gak ada pertanyaan di tengah jalan, jadi tolong Ibu gue yang bahenol dengarkan Arimbi dulu. Oke?"

"Oke."

"Jadi yang melamar Arimbi itu," Arimbi sengaja menggantung ucapannya, ia masih belum yakin benar gak sih Sabda melamarnya tadi malam. Khawatir dia bercanda, sedangkan Arimbi sudah menanggapi serius dan mengutarakan kepada ibu.

"Sabda?" tebak Ibu dengan menatap si sulung tajam. Arimbi sampai takut ditatap tajam begitu oleh sang ibu, bahkan untuk menelan ludah saja sangat berat. Mati gue. "Bener kan?"

Arimbi hanya mengangguk. "Kok Ibu bisa tahu?"

"Dewa pernah cerita, saat main futsal bareng Sabda. Dia sempat melihat wallpaper hp Sabda foto kamu!"

Arimbi melongo. Masa' sih?

"Mereka futsal kapan?"

Ibu pun mengingat kapan Dewa cerita. Melihat respon ibu yang lama otomatis kejadiannya sudah lama. "Sebelum Dewa kelas XII kayaknya."

"Kok ibu gak pernah bilang, atau konfirmasi ke Arimbi?"

"Ya, selagi kamu gak cerita dulu, ya ibu gak mau tanya. Khawatir kamu merasa dipojokkan dengan pertanyaan mama, malah kamu menutupi. Terus, soal lamaran?"

Arimbi pun cerita tentang Sabda yang melamarnya, alasan ingin menikahinya dan mulai kapan laki-laki itu menyukai Arimbi. Obrolan tadi malam benar-benar diceritakan kepada ibu, skip waktu dan tempat ngobrol. Bisa-bisa kalau Arimbi keceplosan, hari ini juga diminta menikah.

"Emang dia udah kerja?" Arimbi mengangguk, bahkan Arimbi tahu sendiri berapa nominal uang yang Sabda punya.

"Sudah sejak SMA," jawab Arimbi sesuai fakta.

"Kerja apa, Mbak? Dia kan sama kayak kamu, masih kuliah. Kamu aja minta uang terus."

Arimbi melengos kesal, kenapa nyindir minta uang sih?

"Dia kerja ikut proyek dosen, Bu."

"Kalau selesai kuliah berarti proyeknya berhenti dong, gak tentu?" tanya Ibu sangat detail, beliau berharap anak-anaknya maupun menantunya menjadi pekerja kantoran yang punya gaji tetap.

"Hem, gimana ya jelasinnya, Bu. Intinya dia sudah kerja, dan sudah membangun karir sejak lama. InsyaAllah keuangannya lancar."

"Kamu yakin?"

"Kalau masalah keuangannya, Arimbi yakin bu. Hanya saja soal perasaan. Arimbi belum suka, karena menganggap Sabda hanya teman."

Ibu menghela nafas berat. Kalau pun soal perasaan, yang penting Arimbi gak benci-benci amat, insyaAllah aman. Bisa mulai memupuk cinta dengan seiring berjalannya waktu. Hanya saja Ibu masih mengkhawatirkan soal pekerjaan. Namanya ibu ya, tentu tak mau anaknya menderita. Memilih suami itu sama saja dengan menentukan kebahagiaan.

Seperti halnya ibu, ditinggal suami, beliau legowo dan tidak takut kekurangan uang. Pesangon dari perusahan tambang sang ayah bisa mencukupi biaya pendidikan Arimbi dan Sadewa hingga lulus sarjana, asal kuliah di kampus negeri. Sedangkan uang makan mereka bisa berasal dari hasil jualan nasi pecel ibu tiap pagi.

Ibu juga sangat bijak mengelola keuangan selama ayah masih kerja tambang di Kalimantan, sehingga beliau sempat investasi emas batangan. Sehingga, beliau sudah siap saat ayah dinyatakan meninggal. Oleh sebab itu, ibu berharap suami Arimbi nanti memiliki pekerjaan tetap seperti ayah. Bukan karena matre, tapi ibu hanya memberikan gambaran nyata kehidupan rumah tangga dengan segala kebutuhannya. Percayalah, perekonomian rumah tangga yang mapan merupakan salah satu penentu utama kebahagiaan.

Sebagai ibu tentu tak mau, sang putri kekurangan, karena selama menjadi putrinya saja sebisa mungkin ibu dan ayah mengusahakan kebutuhan anak paling baik. Maka, saat menentukan suami tentu Ibu juga harus tahu bagaimana pekerjaannya, agar sang anak tidak terlalu kekurangan.

"Sabda di rumah sampai kapan?"

"Mungkin sama kayak Arimbi, bu. Ujian skripsi kita minggu depan."

"Bisa ketemu ibu?"

"Bu, tapi Arimbi belum suka sama dia, Bu!"

"Ya kalau gak suka langsung kamu tolak, kenapa gak kamu jawab langsung. Kesannya kalau kamu menunda jawaban gini ada harapan lah."

Arimbi terdiam, benar juga ucapan ibu. Harusnya kalau gak suka, langsung tolak saja tanpa meminta waktu. Arimbi jadi bingung sendiri.

"Kalau kamu masih ada pertimbangan sehingga butuh waktu, artinya kamu mau mau tapi ntar dulu. Jangan kayak gitu, menggantung orang namanya."

"Bu, untuk memutuskan menikah juga segampang itu kali."

"Iya ibu tahu. Sekarang apa pertimbangan kamu hingga butuh waktu untuk berpikir."

"Urusan hati."

"Cinta maksudnya?" Arimbi mengangguk.

"Soal sikap?"

"Mbak tahu Sabda orang baik, jujur, mandiri, pekerja keras, dan jauh dari pergaulan bebas."

Ibu mengerutkan dahi, "Tau dari mana kalau jauh dari pergaulan bebas?"

"Feeling saja!" Arimbi jawab sekenanya, khawatir dia keceplosan kalau Sabda sudah lulus ujian soal pergaulan bebas. Buktinya semalaman, tak ada sentuhan berbalut nafsu dari mereka berdua.

"Terus kapan kamu akan memberi jawabannya?" tanya ibu.

"Aku bilang setelah ujian skripsi."

"Bagus deh, kalau dia kamu tolak biar cepat move on."

"Dih, ibu tahu emang artinya move on?"

"Ash, tahu lah. Ibu pintar bahasa inggris."

"Iya kah? Kok Mbak gak pernah tahu ibu jualan pakai bahasa inggris."

"Sableng!" ucap ibu emosi, sedangkan Arimbi tertawa saja.

"Bu!" panggil Arimbi lagi. "Kalau menurut Ibu terima gak lamaran Sabda."

"Ibu sih yes! Apalagi kamu sendiri yang bilang keuangannya aman. Bandingkan aman gaknya sesuai gaya hidup kamu."

"Kenapa ibu yes?"

Ibu menghela nafas berat, sebenarnya berpatokan soal gaji besar juga tidak boleh sebagai alasan untuk menikah. Hanya saja ibu berpikir realistis. Kita tidak akan tahu badai rumah tangga ke depannya berupa apa, namun kalau punya uang, setidaknya masih buat healing. Betul?

"Keuangannya katamu aman. Karena sesuai pengalaman hidup, punya uang bisa menyelesaikan separuh masalah hidup. Ibu berpikir realistis, cinta nomor seratus."

"Kalau cinta nomor seratus, kenapa ibu gak menikah lagi."

"Sembarangan mulut kamu Mbak, Astaghfirullah."

"Loh kenapa? Manusiawi lah."

"Mbak, uang yang dikasih ayah kamu masih bisa menanggung biaya hidup kita. Masa' iya ibu menikah dengan pria lain, tapi menggunakan harta ayah untuk melanjutkan hidup. Kok kesannya ibu hanya mau harta ayah aja gituloh."

Arimbi tak kuasa menahan tawa, beginilah sang ibu yang tak mau menunjukkan rasa cinta yang dalam pada mendiang ayah. Apaan itu alasan hidup dengan harta ayah. Padahal ada loh perempuan yang sangat bahagia bila sang suami meninggal, tapi uang pesangon gede. Naudzubillah.

"Kalau bisa nanti sore ajak Sabda ke rumah. Biar dia ngomong langsung ke ibu!"

Glek.

Arimbi mati kutu. Mampus.

1
Yunita Dwi Lestari
lanjut kakak
Yunita Dwi Lestari
suka suka /Kiss//Kiss/
lanjut kak
Sheva Linda
bagus bgt ceritanya, karakter Sabda keren, gentle, baik... paket komplit pokoknya
Yunita Dwi Lestari
/Heart//Heart//Heart//Heart/ lanjutt kak
Yunita Dwi Lestari
/Heart//Heart//Heart//Heart/
gojam Mariput
wkwkwk.....sabda gr tuh
gojam Mariput
seindah itu masa kuliah
gojam Mariput
kangen masa2 itu, udah puluhan tahun berlalu. kk othor bikin aku muda lagi nih
Lel: othornya juga sedang mengenang masa muda
total 1 replies
gojam Mariput
serunya masa remaja
Yunita Dwi Lestari
lanjut kak
Yunita Dwi Lestari
lanjut kak/Heart/
Yunita Dwi Lestari
lanjut kak /Heart/
Yunita Dwi Lestari
lanjut kak/Heart/
gojam Mariput
suka banget sama karakter sabda yg strong, manly , visioner
Yunita Dwi Lestari
lanjut kaaakkk /Heart//Heart/
Yunita Dwi Lestari
semangat kak
Yunita Dwi Lestari
kereeen kak
semangat terusss ya /Heart/
Yunita Dwi Lestari
bagus kak 😍😍
lanjut ya kak
semangat
Lel: terimakasih
total 1 replies
Yunita Dwi Lestari
bacaan ringan tp menarik. tidak melulu ttg org pemilik perusahaan n CEO.
Yunita Dwi Lestari
lanjut ya kak. cerita nya ringan tp asik bgt. dr segi bahasa jg menarik.
Lel: terimakasih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!