Elsheva selalu percaya keluarga adalah tempat paling aman.
Sampai malam itu, ketika ia menjadi saksi perselingkuhan terbesar ayahnya—dan tak seorang pun berdiri di pihaknya.
Pacar yang diharapkan jadi sandaran justru menusuk dari belakang.
Sahabat ikut mengkhianati.
Di tengah hidup yang runtuh, hadir seorang pria dewasa, anggota dewan berwajah karismatik, bersuara menenangkan… dan sudah beristri.
Janji perlindungan darinya berubah jadi ikatan yang tak pernah Elsheva bayangkan—nikah siri dalam bayang-bayang kekuasaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yazh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Liburan
.
.
.
Mendengar ocehan Els seputar nafkah, Heksa terkekeh sendiri. Mengusap puncak kepala gadis itu penuh sayang. "Thanks sayangg, udah hadir di hidup aku, kalau nggak ada kamu mungkin aku udah lama hancur, karena nggak punya alasan untuk terus hidup dengan baik, " ucapnya lembut. Entah maksud takdir apa yang mempertemukan mereka, keduanya seolah memberi cahaya terang untuk hidup masing-masing.
"Makasihh juga udah jadi donatur tetap Aku oppa, hihi." Heksa sudah sangat serius berucap malah Els membalasnya dengan sedikit candaan. Dia hanya tidak ingin terlalu larut dalam hubungan tidak jelasnya ini, menurut Els ini hanya hubungan simbiosis mutualisme saja, saling menguntungkan kedua belah pihak tidak boleh melibatkan perasaan yang terlalu mendalam.
Els menyodorkan sendok kedua ke arah Heksa. Ia mengambil sepotong daging dari piringnya. “Coba, enak nggak? Aku pilih menu baru, katanya lagi best seller.”
Heksa membuka mulut patuh, membiarkan gadis itu menyuapinya. “Hmm…” Ia mengangguk pelan sambil tersenyum. “Enak. Tapi aku rasa lebih enak kalau kamu yang masakin sendiri, yangg.”
Els sibuk menyuapkan makanan ke mulut suaminya, sampai ia sendiri nyaris belum makan.
“Gantian, sini aku yang suapin,” ucap Heksa penuh perhatian.
“Nggak usah. Aku bisa sendiri kok. Kamu kan udah capek cari nafkah, hihi. Liatin aku makan aja, sambil istirahat.” Els menolak halus, ia suka memperlakukan Heksa seperti itu. Sudah banyak yang pria itu berikan padanya, tidak mungkin hanya akan ia balas dengan tubuhnya saja.
Heksa mendengus, menatapnya lekat. “Rubby… kamu sayang sama aku?”
Esl sontak mengernyit, menatap heran. “Pertanyaan bodoh. Ya sayanglah, Oppa. Kalau nggak, emangnya aku robot yang selama ini ngelayanin kamu tanpa rasa, hmm?” katanya sungguh-sungguh. Ia sendiri masih belum paham apakah yang ia rasakan ini cinta, tapi jelas selama ini selalu bersama Heksa karena ia nyaman dengan perlakuannya. Merasa dimiliki dan dibutuhkan cukup untuk menyembuhkan luka Els di masa lalu. Kalau untuk urusan cinta, ia dan ketiga sahabatnya tidak akan pernah menjamah kata itu lagi.
“Maaf ya, terlalu banyak nuntut kamu,” ujar Heksa lagi, ia tidak akan pernah bisa melepaskan Els dengan alasan apapun. sekalipun Els hanya memanfaatkan uang dan kuasanya saja ia taidak peduli.
Els terkekeh. “No probs, Oppa. Kan ada biayanya, wkwk. Eh, malam ini nginep di tempatku lagi?”
“Iya. Davina lagi di villa sama teman-temannya, jadi aku bisa bebas. Nggak perlu cari alasan."
“Okkeee!” Els langsung girang. Ia sudah terbiasa dengan semua ini, menepis pikiran bahwa hubungannya dengan Heksa adalah sebuah kesalahan. Baginya, tidak ada salah atau benar yang bisa dilihat sebagai hitam dan putih. terkadang lebih abu-abu.
Bagi Els, ia pun berhak hidup bahagia dengan caranya sendiri. Berkat Heksa ia merasa di miliki, di hargai dan di sayangi. Walaupun ia sendiri tidak tahu entah Heksaa tulus atau karena sekedar ada maunya saja, dia tidak mau ambil pusing masalahh itu
Heksa meraih ponselnya yang berdering. Ia mengangkatnya cepat. “Ya, Gwen? Oke… siapin aja semuanya. Aku ajak Els.”
Els menoleh bingung. “Kenapa ngajak aku, yangg?”
“Weekend besok, mau liburan nggak?”
Els menatapnya penuh binar. “Mauu dong! Tapi… Mbak Davina, gimana?”
“Mau apa nggak?” desak Heksa.
“Mau!” jawab Els cepat, tanpa pikir panjang. Sangat jarang sekali ia meraskan yang namanya liburan, di tengah jadwal tugas dan mata kuliah yang padat.
“Ya udah, nggak usah mikirin hal lain. Aku ada kunjungan kerja ke Nusa Penida empat hari. Arash juga ikut, jadi kamu ada temennya.” Tentu saja Els langsung bersemangat membayangkan akan berlibur bersama sahabatnya itu, dan lagi dia belum pernah ke Nusapenida yang kata orang pantainya sangat mempesona.
“Waaah suka banget! Sama Bella juga, kan? Kasihan Helza nggak ikut, dong.”
“Nanti aku hubungi Dion, biar bisa ikut juga. Dia pasti langsung gas.”
Els langsung memeluk Heksa erat. “Duh, suamiku baikk banget! Love you sekebonnn!” Ia mendaratkan kecupan berkali-kali di pipi Heksa, membuat pria itu tergelak. Di kehidupannya kali ini, Els cukup beruntung karena dia mempunyai teman yang pasangannya juga saling bersahabat, jadi tidak sulit untuk mereka saling mendukung. Walaupun bisa di bilang hubungan mereka juga bukan sebuah hubungan yang bisa di benarkan.
“Pipi doang, nih?” godanya.
Els meringis. “Hehh, nanti malam aja. Jangan di sini. Malu!” kata Els, dia cukup sadar diri untuk tidak berbuat hal tidak senonoh ditempat publik.
Beberapa jam kemudian, Els kembali ke kafenya. Bukan hanya Els dan kedua temannya yang bersahabat, tapi Heksa dan kedua pasangan mereka juga kebetulan berada dalam satu circle. Arash miliknya Bella sesama menjabat sebagai anggota Dewan pusat, sedang Dion seorang pengusaha muda yang cukup sukses, juga teman SMA dari Heksa.
" Heii bebb, udah siap goes to Nusapenida?! Wkwkwk, " Bella berteriak menerobos pintu ruangan Els di kafe.
" Ready dongg! Semoga weekend besok free tugas dan matkul dadakan yaa? Wkwk " sahut els.
" I hope so.. Kita perlu threatment dulu nggak nii sebelum berangkat?" imbuh Bella lagi.
" Perlu bangett dongg, gue kehabisan bodycare juga di rumah. " sahut Helza. langsung menjatuhkan tubuhnya ke sofa.
" Kok bisaaa? " tanya Els dan Helza bersamaan.
Helza menghempaskan tubuhnya di sofa kecil di ujung ruangan," Kemarin mau beli offline di tempat biasa kan kita nggak jadi, terus beli online akhirnya tapi belum di kirim juga, sana lagi kehabisan produk katanya jadi PO. Tapi mas Dion juga udah dua hari nggak ngajak gue ketemu, takutnya gue nggak bisa ikut kaliann, hikss. "
" Nggak mungkin Helzaaa.. Mas Dion pasti bisa bawa lo kesana, atau kalian lagi ada masalah? " Els bangkit dari kursinya, ia duduk di sebelah Helza.
"Kemarin chat gue ketahuan Istrinya, untungnya bukan chat yang intim sii cuma sebatas bales pertanyaan dia aja yang nanyain udah makan belum." terang Helza singkat.
"Wow! Trus, teruss? "
"Yaa itulah alasan gue ganti nomer mendadak semalam, Mas Dion udah blokir nomor itu langsung."
"Berarti sekarang udah aman, kan?"
"Gue ngga yakin, Beb. Kalian tahu, kan, kalau istrinya mas Dion se-protektif apa sama dia?"
"Iyaa sih, tapi lo tenang aja. Nanti gue minta tolong Oppa deh buat tanyain mas Dion langsung, ya?"
Hening sebentar, sebelum Els mengutak -atik ponselnya utnuk menghubungi Heksa. Dan, tidak menunggu lama panggilannya terhubung.
"Iyaa, sayang, kenapa? Udah kangen?"
"Ish, nggak. Aku mau tanya aja, mas Dion bisa ikut, kan? Soalnya aku mau ke salon barengan nih, sama Helza sama Bella."
"Bisa, nanti mau ketemuan sama Arash juga abis meeting."
"Beneran, kan?"
"Iyaa bener, sayangg, ngapain boong?"
"Yaa, katanya Helza sempat ada masalah kemarin sama mas Dion."
"Oh, ini mau kita kelarin kok. Tenang aja, yaa? Kalian threatment aja nggak usah mikirin lainnya. Kita yang urus."
Tidak hanya kali ini mereka was-was pada hubungan mereka. Sudah sering terjadi, tapi kadang mereka kemudian menganggap itu sensasi saja agar hidup mereka tidak terlalu flat.
.
.
.
semangat kakak 🤗🤗