Kayla Agustina, nama yang terdengar seperti melodi indah di tengah malam yang sunyi. Namun, kehidupan gadis muda ini tidaklah seindah namanya. Sepuluh tahun yang lalu, ibunya meninggalkannya untuk mengejar kehidupan yang lebih baik dengan pria lain, meninggalkan Kayla yang masih berusia sepuluh tahun dengan luka yang dalam. Ayahnya, yang berusaha keras untuk mengisi kekosongan itu, akhirnya berhasil membalikkan keadaan dan membuat keluarga mereka menjadi salah satu yang terkaya di kota.
Tapi, kebahagiaan yang Kayla rasakan tidak berlangsung lama. Ayahnya tiba-tiba meminta dia untuk menikah dengan seorang laki-laki bisu, yang membuat Kayla merasa tidak percaya dan marah. "Aku tidak mau menikah dengan pria bisu! Papa rela mengorbankan aku hanya karena harta?" Valeria membentak papanya dengan emosi yang meluap.
Siapa sebenarnya laki-laki itu? Apa alasan ayahnya meminta Kayla menikahinya? Dan apa yang membuat Kayla begitu menolak? Mari baca kisah mereka di "Terpaksa Menikahi CEO Bisu"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TMCB
"tolong jangan bicara keras-keras, bagaimana jika seseorang mendengar kita?" ucap Kayla sambil menutup mulutnya Vania.
"Maaf, aku keceplosan," kata Vania sambil membuka tangan Kayla dari mulutnya.
Sementara itu, mereka sama sekali tidak tau kalau Rahel sedari tadi menguping pembicaraan mereka.
"Apa? Kayla sudah menikah? Ini berita yang cukup besar, jadi supir yang kemarin mengantar nya itu adalah suaminya? Hahaha, aku benar-benar tidak menyangka kalau seorang Kayla menikah dengan supir, bukan kah dia anak orang kaya? Ini berita yang sangat penting," batin Rahel sangat senang setelah mendengar pembicaraan antara Kayla dan Vania.
Dia pun berlalu pergi setelah mendengar pembicaraan tersebut.
"Kau benar-benar tidak akan menyingkirkan gosip yang ada di mading?" tanya Vania mengalihkan pembicaraan mereka.
"Untuk apa? Lagipula aku sudah tau siapa yang menyebarkan nya, selagi pihak kampus tidak mempermasalahkan hal tersebut, sebaiknya jangan di pedulikan, jika aku peduli, si penyebar akan sangat senang," jelas Kayla bijaksana.
"Pasti orang itu adalah Rahel kan? Tapi kau benar, lagipula siapa yang berani menyenggol mu dari kampus ini, selagi papa ku masih menjabat, dan juga, papa mu adalah seorang donatur terbesar di kampus ini," ungkap Vania.
"Sudahlah, jangan membicarakan soal kekuasaan," kata Kayla bosan.
Hari berlalu begitu cepat, kini siang pun berganti menjadi malam.
Kayla duduk di lantai, tepat nya di ruang tamu apartemen, ia menyenderkan punggungnya di sofa tepat di belakang nya.
"Huh, sangat melelahkan, kapan tugas-tugas ini akan selesai?" ucap Kayla yang pada saat itu menerima tugas dari dekan nya di kampus bersangkutan dengan jurusan yang dia genggam.
Di hadapan nya berserakan beberapa peralatan tugas di atas meja ruang tamu tersebut.
"Huh sangat sulit," gerutu Kayla.
Namun tak lama kemudian, Azka dan Xavier pun kembali dari perusahaan.
"Nona muda, apa yang kau lakukan di sini?" tanya Azka.
"Kau tidak lihat apa yang aku kerjakan?" ungkap Kayla.
"Sangat galak," lirih Azka.
Sementara Xavier hanya melirik sekilas dan kemudian berlalu pergi ke lantai dua apartemen.
"Nona muda, aku permisi dulu, maaf tidak bisa membantu, aku juga tidak tau," ucap Azka sambil garuk-garuk kepala nya yang tidak gatal.
"Pergi saja, jangan ganggu aku," ungkap Kayla separuh jengkel.
Mendengar itu, Azka pun meninggalkan tempat tersebut. " Suami istri galak nya sama saja," kata Azka yang kemudian masuk ke dalam mobil nya dan pergi dari apartemen.
Sementara itu jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam Kayla masih saja duduk di ruang tamu dengan tugas-tugas nya yang belum selesai dia kerjakan.
"Oh ya tuhan, aku benar-benar muak," ungkap Kayla sambil trus menatap kertas-kertas di hadapannya.
Beberapa hari lagi kampus GM akan mengadakan pameran seni lukisan, Kayla sebagai seorang mahasiswi yang mengambil jurusan seni lukis mendapatkan tugas dari dosennya untuk membuat sebuah lukisan, tentu nya bukan hanya Kayla, tetapi beberapa belas orang lainnya juga melakukan hal tersebut, bukan hanya pameran ini juga di anggap sebagai lomba dan akan di umumkan di hari pameran tiba.
Xavier yang melihat Kayla masih belum tidur kini memilih untuk menghampiri nya.
Sebuah bantal, tiba-tiba jatuh di hadapan Kayla, itu adalah bantal sandaran kasur yang di letakkan Xavier di hadapan Kayla.
Kayla mendongak, Xavier duduk di samping nya tepat nya di atas sofa.
"Apa ini? Em maksudku, untuk apa ini?" kata Kayla sedikit gugup.
*"Dingin, jangan duduk di atas lantai,*" tulis Xavier.
Membaca itu, Kayla pun segera mengambil bantal tersebut dan menjadikan alas duduk nya.
"Apakah dia sedang mempedulikan ku?" batin Kayla.
*"Apa yang sedang kau lakukan?"* Xavier kembali menyerahkan tulisan yang dia tulis di ponselnya.
Kayla pun menjelaskan dengan seksama.
"Jadi begitu," kata Kayla.
Mereka tidak terlihat seperti suami istri, namun terlihat seperti kakak dan adik perempuan.
*"Kau harus memikirkan apa yang ingin kau buat terlebih dahulu, setelah itu baru buat dasar nya,"* tulis Xavier lagi.
"Tapi ini sangat sulit," kata Kayla.
"Astaga bodoh nya," batin Xavier kesal.
Mau tidak mau Xavier pun ikut turun dan mulai mencontohkan apa yang harus di kerjakan Kayla terlebih dahulu untuk membuat lukisan yang sangat cantik, apalagi ini adalah tema rumah, seolah-olah Kayla adalah arsitek.
Selama ini Kayla hanya suka dengan bunga, bukan rumah-rumahan.
"Kenapa aroma itu lagi-lagi membuat ku mengingat seseorang?" batin Xavier saat Kayla berdekatan dengan dirinya.
"Jadi ini bagaimana caranya?" ucap Kayla mendongak menatap sang suami.
Namun sebelumnya Kayla tidak menyadari kalau Xavier juga sedang memperhatikan dirinya, kini pandangan itu bertemu satu sama lain.
"Ya tuhan kenapa dia begitu tampan?" batin Kayla, jantung nya kembali berdebar. Ia yang tak ingin terlalu lama memiliki kontak mata dengan Xavier segera mengalihkan pandangan ke arah kertas putih tersebut.
Semalaman Xavier benar-benar menemani nya mengerjakan tugas tersebut, dari Xavier dia banyak belajar dasar-dasar lukisan, dia tidak pernah menyangka kalau suaminya itu bahkan lebih pintar dalam hal melukis di bandingkan dengan dirinya.
"Wahhh sangat cantik, aku tidak menyangka kalau ternyata kau pintar melukis," ucap Kayla terlalu girang.
*"Hal kecil,"* tulis Xavier.
"Tidak ini bukan hal kecil, ini luar biasa, aku seperti punya guru pribadi sekarang, terimakasih, terimakasih banyak," kata Kayla sambil memegang lukisan tersebut.
*"Anggap saja ini ucapan terima kasih ku untuk tadi malam,"* lanjut Xavier.
"Menyebalkan," gerutu Kayla.
"Oh ya, aku juga ingin mengucapkan terima kasih untuk mobil nya,aku lumayan suka," kata Kayla kembali memasang wajah kalem.
Xavier mengangguk, dia pikir memiliki teman maksudnya istri cerewet dan berisik seperti Kayla juga bukan hal yang buruk, karena sejak ada Kayla apartemen nya jauh dari kata sunyi, dia juga punya teman bicara sekarang.
"Satu lagi, bagaimana aku bisa pindah ke atas tempat tidur mu? Apakah tadi malam kita berdua tidur di satu tempat yang sama?" tanya Kayla dengan polosnya.
Seketika wajah Xavier memerah mendengar ucapan tersebut. Dia ingat tadi malam mereka tidur di samping ranjang dalam keadaan menyeder satu sama lain, sedangkan untuk memindahkan Kayla ke atas ranjang terjadi di pagi hari karena ia yang ingin buru-buru ke perusahaan.
"Kenapa diam saja?" tanya Kayla menunggu jawaban.
*"Sudah larut, kembali ke kamar dan istirahat,*" tulis Xavier.
Setelah itu ia berdiri dari duduknya dan meninggalkan Kayla. Dia terlihat gugup, canggung juga karena tak punya jawaban untuk pertanyaan Kayla.
"Kadang-kadang panas, kadang-kadang dingin, siapa lagi kalau bukan Xavier," rocos Kayla kesal sambil segera membereskan peralatan kuliah nya.
Ia kemudian mengikuti Xavier menaiki tangga menuju lantai atas dan berpisah di kamar mereka masing-masing.
Next?
jgn hrp kau bs mncapai kay...
bikin kapok dy kk
mn xavier... bkn ny jmpt istri ny
lgsg bgkar z...