NovelToon NovelToon
Koki Kesayangan Tuan Daniel

Koki Kesayangan Tuan Daniel

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / CEO / Selingkuh / Diam-Diam Cinta / Menikah dengan Musuhku / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Ayu_ Melani_sunja

Menjadi seorang koki disebuah restoran ternama di kotanya, merupakan sebuah kebanggaan tersendiri bagi Ayra. Dia bisa dikenal banyak orang karena keahliannya dalam mengolah masakan.
Akan tetapi kesuksesan karirnya berbanding terbalik dengan kehidupan aslinya yang begitu menyedihkan. Ia selalu dimanfaatkan oleh suami dan mertuanya. Mereka menjadikan Ayra sebagai tulang punggung untuk menghidupi keluarganya.
Hingga suatu hari, ia dipertemukan dengan seorang pria kaya raya bernama Daniel yang terkenal dingin dan kejam. Ayra dipaksa menjadi koki pribadi Daniel dan harus memenuhi selera makan Daniel. Ia dituntut untuk membuat menu masakan yang dapat menggugah selera Daniel. Jika makanan itu tidak enak atau tidak disukai Daniel, maka Ayra akan mendapatkan hukuman.
Bagaimana kah kisah Ayra selanjutnya?
Selamat membaca!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu_ Melani_sunja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hampir ketahuan

Selesai makan, Ayra mencuci bekas makan dan juga panci yang ia gunakan untuk memasak mie. Ia berdiri membelakangi Daniel yang sedang duduk menatap layar ponsel.

Daniel mengerenyit ketika mendapatkan pesan dari Bram. Ia membuka pesan tersebut, dan langsung terbelalak karena terkejut. Ia bangkit lalu membuka sedikit tirai jendela untuk mengintip seseorang dari atas.

Ia melihat mobil Steven memasuki area parkir apartemennya.

"Sial...!! Kenapa dia bisa tahu aku ada di sini!!" Umpatnya.

Mendengar Daniel bergumam, Ayra membalikkan badannya menatap Daniel yang sedang mengintip dari jendela.

Melihat ayahnya turun dari mobil dan mulai berjalan masuk, Daniel jadi panik. Ia berlari menghampiri Ayra lalu mendorongnya masuk kedalam kamar.

"Eh...! Mau dibawa kemana aku tuan?!"

"Sudah kamu diam saja! Dengarkan aku! ayahku sedang berjalan kemari, kamu jangan pernah keluar dari kamar ini dan jangan pernah mengeluarkan suara sedikit pun."

"Tapi..."

"Patuhi aku jika kamu mau selamat!"

"Baik tuan...!"

Daniel keluar dari kamar, lalu menguncinya dari luar. Setelah itu ia berpura pura duduk bersantai di sofa.

"Tok tok tok" Suara pintu diketuk dari luar.

Daniel beranjak, merapihkan pakaiannya lalu membuka pintu.

"Ayah...! Kenapa ayah datang kemari?" tanya Daniel berpura pura terkejut.

"Ayah tadi sengaja mengikuti mu, dan melihat kamu belok ke apartemen ini. Ayah baru tahu jika kamu punya tempat lain selain villa itu di kota kecil ini?" ujar Steven sembari masuk memperhatikan seisi ruangan apartemen Daniel.

Daniel melirik kamar Ayra sekilas, lalu mengarahkan Steven untuk duduk di sofa.

"Kenapa ayah mengikuti ku? Apa ada yang ayah curigai dari ku?"

"Tidak, aku hanya mengkhawatirkan putra semata wayang ayah saja, apa ayah salah?"

Daniel menatapnya sembari mengangkat kedua alisnya, merasa tak percaya sama sekali pada ucapan ayahnya.

"Kembalilah ke kota Daniel, ayah akan mengenalkan mu dengan anak dari sahabat ayah, dia cantik dan seksi."

"Terimakasih, tapi aku rasa tak perlu. Aku menikmati masa masa sendiriku seperti ini. Lagian, siapa yang mau dengan pria impoten seperti diriku?"

"Jangan bicara seperti itu Daniel, masalah itu kan bisa diatasi."

"Aku rasa tidak, semua wanita menginginkan kesempurnaan dari seorang pria, jika aku tak bisa memenuhi kebutuhan biologis istri ku kelak, dia pasti akan pergi meninggalkan aku. Baik secara terang-terangan, ataupun memainkan drama dibelakang ku!"

Steven menelan ludah membasahi kerongkongannya yang tercekat mendengar ucapan Daniel, ia merasa jika Daniel tengah menyindirnya.

"Emm... Daniel, bagaimana kalau kamu ikut pulang bersama ku, ada beberapa berkas penting yang perlu tanda tangan mu. Ayah mohon pulang lah!"

"Berkas apa yang memerlukan tanda tangan ku? Maksud ayah berkas peralihan perusahaan?" Daniel menatap Steven dengan tajam dan dalam.

"Bukan, bukan itu maksud ayah. Memang ada beberapa berkas yang perlu sekali tanda tangan mu!" jawab Steven gugup.

Ia memperhatikan Daniel yang berjalan menuju jendela membelakanginya." Sialan! Kenapa anak ini jadi cerdik begini? Gawat! Kalau begini caranya, peralihan perusahaan tidak bisa dilakukan dalam waktu dekat ini!" batin Steven.

"Aku tidak mau pulang sebelum aku berhasil membongkar kasus kecelakaan yang menimpa ibu ku! Aku masih merasa janggal. Apalagi sampai detik ini jasad Rinda tidak juga ditemukan, dan yang lebih membuat ku heran, tidak ada satupun keluarganya yang mengkhawatirkan nya. Aku curiga jika ini semua hanya konspirasi. Atau memang Rinda itu belum benar benar mati. Dia hanya berusaha pergi dari ku dan memilih tinggal bersama laki laki lain!" ucap Daniel menatap tajam keluar jendela.

Steven semakin gugup, dan membuatnya jadi salah tingkah. Untuk menghilangkan rasa gugupnya, Steven mengeluarkan rokok lalu menghidupkan rokok tersebut.

Daniel segera berbalik saat dirinya mencium asap rokok, matanya terbelalak menatap Steven yang tengah menghisap rokok dan siap mengeluarkan asapnya ke udara. Ia melirik kamar Ayra, lalu mendekat dan mengambil rokok Steven dari bibirnya.

"Daniel...! Kamu apa apaan si?!" protes Steven saat melihat batang rokoknya tengah dimatikan oleh Daniel.

"Aku kan sudah bilang, jangan merokok dihadapan ku, karena aku tengah belajar untuk menghilangkan kebiasaan merokok ku!" ujar Daniel.

"Aakhh...! omong kosong macam apa ini?!" Steven tak sengaja menoleh ke dapur dan melihat ada mangkuk basah yang berada di atas wastafel cuci piring. Ia berdiri lalu berjalan memeriksa mangkuk tersebut.

"Aduh...! Mangkuk Ayra belum selesai dicuci!" batin Daniel.

Steven mengangkat mangkuk tersebut dan memperhatikan mangkuk yang masih terdapat air sabunnya.

"Kamu tinggal bersama siapa Daniel?" selidik Steven sambil meletakkan kembali mangkuknya.

"Ayah tidak lihat aku hanya sendiri?"

"Aku tahu bagaimana kamu Daniel, kamu tidak mungkin mau mencuci piring sendiri seperti ini. Jujur saja tak usah berbohong!"

"Cihh...! Untuk apa aku berbohong! pada dasarnya setiap manusia itu berubah adalah hal yang wajar. Justru aku yang seharusnya curiga pada ayah, Kenapa tiba-tiba ayah memperhatikan ku? Padahal sejak kecil, ayah adalah orang yang paling acuh padaku dan ibu!"

Steven menoleh, mulai terpancing emosi. Namun sebisa mungkin ia tahan demi tercapainya tujuannya.

"Lebih baik, ayah segera pergi dari sini, karena aku mau keluar. Aku hanya membeli apartemen ini dari teman ku, tapi aku tak berniat untuk menempatinya."

Steven kembali ke sofa, mengambil jas lalu pergi keluar dari apartemen Daniel.

"Jangan lupa pulang secepatnya, aku butuh tanda tangan mu! jika kamu tidak pulang, maka kamu tidak akan mendapatkan sepeserpun bagian dari perusahaan!" tegas Steven saat berada diambang pintu.

Mendengar itu, Daniel justru terkekeh.

"Aku tidak perlu bagian itu ayah! Kenapa aku harus meminta bagian pada perusahaan ku sendiri? Ayah lupa? Jika semua perusahaan dan aset milik grub Alexander semua masih diatas nama ku?!"

Seketika Steven terdiam, kedua tangannya mengepal dan rahangnya mengeras. Ia benar benar merasa di rendahkan oleh anaknya sendiri.

Tanpa membalas ucapan Daniel, Steven pergi begitu saja meninggalkan apartemen Daniel.

"Huuuuuft" Daniel merasa lega.

Setelah memastikan Steven benar benar pergi, Daniel masuk dan mengunci pintunya. Ia bergegas membuka pintu kamar tempat Ayra dikunci dan disembunyikan.

"Sudah pergi orangnya tuan?" tanya Ayra sambil melongok keluar kamar.

"Kita harus bergegas pergi dari kota ini , sepertinya ayahku memang sudah curiga, jika aku menyembunyikan mu!" balas Daniel sambil memakai jasnya.

"Hah...?! sekarang tuan?!"

"Iya..."

"Tapi tuan, bahkan aku belum sempat membersihkan diriku sejak kemarin, dan aku juga tidak membawa pakaian. Rasanya aku ingin sekali mandi, badanku susah gatal semua." kata Ayra tanpa malu malu.

Daniel memperhatikan Ayra dari kepala sampai ke ujung kaki," Kasihan sekali dia, hidupnya kacau gara gara masalah ku!" batin Daniel.

"Ya sudah sana mandi dulu, tapi jangan terlalu lama, karena sebentar lagi Bram datang untuk menjemput!"

"Tapi tuan, pakaian ku?"

"Ohh..."

Daniel masuk ke kamarnya, seingat nya ia masih menyimpan beberapa kaos milik dan juga celana pendek dilemari. ia bergegas membuka lemari lalu memilih pakaian yang pas untuk Ayra.

"Eummm...yang mana? Semua nampak kebesaran jika dipakai gadis itu?" gumamnya bingung.

Akhirnya ia memutuskan untuk mengambil kaos oblong berwarna putih, yang ukuran tidak terlalu besar dan celana kolor yang belum pernah terpakai oleh nya.

1
Devan Wijaya
Tungguin lama-lama juga bikin kangen 😭
eli♤♡♡
Abis baca cerita ini, bikin aku merasa percaya sama cinta lagi. Makasih banget thor!
✨♡vane♡✨
Banjir air mata
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!