"Aku hanya jadi seorang pemeran pembantu! tidak... aku maunya jadi pemeran utama yang cantik bukan wanita dengan muka yang mengerikan ini. "
Mei Yi yang seorang dokter jenius tiba-tiba mendapati dirinya berada di dalam cerita Wattpad yang sedang di bacanya. Ia menjadi Luo Yi Seorang anak jendral yang tak di anggap dan di kucilkan karena penampilannya.
Karena kebiasaannya, yang tak pernah membaca dengan teliti dan suka men skip bagian adegan pentingnya Mei Yi kebingungan dengan jalan cerita Wattpad itu. Ia harus bisa menentukan nasipnya sendiri , dan tak ia sadari bahwa dalam cerita Wattpad itu banyak adegan berbahaya yang bisa mengancam nyawanya.
Akankah Mei Yi bisa melewati adegan berbahaya itu dan berakhir bahagia?
Mau tau kelanjutan ceritanya? jangan lupa baca sampai akhir ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uswatun Kh@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 06-Pangeran Xiao Ming
Mata Luo Yi berkaca-kaca, bibirnya bergetar menahan isak. Ia pasrah, tubuhnya lemas seakan seluruh tenaga terkuras habis. Kegagalan menyelamatkan lelaki itu telah meruntuhkan benteng keteguhannya sebagai seorang dokter. Pandangannya terpaku pada tubuh tak berdaya itu, air mata menggenang—bukan karena takut akan amukan massa, melainkan karena rasa gagal yang menghimpit hatinya. Bahunya sedikit merosot, ia merasa putus asa.
Hui, dengan sigap, merangkak mendekati Luo Yi. Wajahnya tegang, sorot matanya penuh kekhawatiran. Ia memeluk erat tubuh Luo Yi, berusaha melindunginya.
Saat mereka bersiap menghajar Luo Yi, lelaki yang pingsan itu tiba-tiba membuka mata. Bola matanya membesar, nafasnya tersengal-sengal, dada naik turun dengan cepat. Sang pengawal, yang semula tegang, kini wajahnya merekah dalam kelegaan. Dadanya membusung lega.
Matanya tertuju tajam pada Luo Yi, lalu ia berteriak lantang, "Jangan lukai dia! Dia telah menyelamatkan tuanku!"
Teriakan itu menghentikan semua orang—untungnya, mereka belum menyentuh Luo Yi dan Hui. Rasa tak percaya terukir jelas di wajah-wajah mereka. Bagaimana mungkin Luo Yi, si buruk rupa dan bodoh itu, bisa menyelamatkan seseorang? Batin mereka bertanya-tanya.
Air mata Luo Yi jatuh saat lelaki itu membuka mata. Haru memenuhi dadanya; ia berhasil menyelamatkannya! Senyum lebar merekah di wajahnya, kontras dengan isak Hui yang masih terisak di pelukannya. Ketakutan masih mencengkeram gadis itu. Kerumunan orang pun segera membubarkan diri.
Luo Yi berdiri, meraih tangan Hui untuk membantunya. Mereka mendekati lelaki yang terduduk lemah. Dengan lembut, Luo Yi memegang pergelangan tangannya, memeriksa denyut nadinya. Senyumnya melebar.
"Untunglah kamu sudah melewati masa kritis, namun denyutnya masih lemah," katanya, menatap mata lelaki itu. "Kau masih butuh banyak istirahat."
Pandangan Luo Yi terpaku. Lelaki yang baru saja diselamatkannya sangat tampan. Wajahnya, bagai pahatan dewa dari negeri dongeng, memancarkan aura bangsawan. Rambutnya yang hitam legam, panjang sebahu, diikat rapi dengan jepit giok berukir naga. Kulitnya seputih salju, bersih tanpa cela, kontras dengan sorot mata tajam nan gelap yang menyimpan misteri dan kedalaman.
Alisnya tegas, membentuk lengkung sempurna yang menambah keanggunan wajahnya. Hidungnya mancung, sempurna membentuk garis wajahnya yang tegas namun lembut. Bibirnya tipis, namun senyumnya mampu menyihir siapa pun yang memandangnya.
Jantungnya berdebar! Pipinya merona. Ia menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan debar jantungnya yang tak karuan.
Tatapan lelaki itu dingin dan menusuk. "Siapa kamu?" tanyanya, menarik tangannya menjauh. "Kenapa kau menyentuhku?"
Wajah kagum Luo Yi seketika berubah menjadi kesal. Alisnya bertaut, bibirnya mengerucut.
"Apa orang-orang di dunia ini semua tidak tahu kata terima kasih? Aku sudah menolongmu, tapi kau begitu ketus padaku!" suaranya meninggi sedikit, nada protes jelas terdengar.
Ia berdiri tegak, menatap tajam lelaki itu. Lelaki itu tampak tak percaya. Ia berdiri perlahan, dibantu pengawalnya.
Luo Yi melanjutkan dengan nada sedikit lebih keras, "Apa kau tidak percaya ucapanku? Kalau kau tidak percaya, tanyakan pada mereka semua! Aku sudah susah payah menyelamatkanmu! Setidaknya ucapkan terima kasih!"
Pengawal itu berbisik, "Yang dikatakan wanita itu benar, Tuan. Dialah yang menyelamatkan nyawa Tuan."
Luo Yi menyilangkan tangannya di dada, alisnya terangkat-turun. "Bagaimana? Masih tidak mau berterima kasih?"
Dengan wajah enggan, lelaki itu akhirnya berucap, "Baiklah, terima kasih karena sudah menolongku. Puas?"
Ia berbalik, hendak pergi, langkahnya tergesa. Seulas ketidaksukaan masih terlihat jelas di wajahnya.
Namun, Luo Yi berlari cepat, menghalangi langkah lelaki itu. Hui, di belakangnya, gelisah. Ia menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal, bingung dan takut melihat Nonanya begitu berani menghadapi orang asing. Ini bukan Luo Yi yang ia kenal.
Lelaki itu berhenti, alisnya bertaut heran. "Ada apa lagi? Kenapa kau menghalangi jalanku?"
Luo Yi mengamati pakaian lelaki itu, lalu tersenyum tipis, sebuah senyum yang sedikit meremehkan.
"Apa begini kah kelakuan para bangsawan? Hanya ucapan terima kasih? Padahal aku telah menyelamatkan nyawamu..." Ia mengangkat bahu, seakan tak percaya.
Lelaki itu menyeringai, matanya menyipit. Ia sepertinya sudah menduga motif Luo Yi.
"Kenapa? Kau mau memerasku karena tahu aku anak seorang bangsawan?" Nada suaranya mengejek.
Luo Yi menggeleng cepat, jari telunjuknya bergerak-gerak memberi isyarat penolakan. "Oh... tentu tidak! Hanya saja... aku butuh bantuanmu." Ia menunduk sedikit, membuat tatapannya tampak lebih rendah hati.
Alis pemuda itu bertaut lebih dalam, tak mengerti. "Apa yang kau mau dariku?" Ia bertanya, penasaran.
Luo Yi menjelaskan, " Aku tidak butuh uangmu, aku hanya mau meminta bantuanmu untuk mendapatkan bahan obat yang akan aku buat. Aku butuh akar ginseng seratus tahun, dah inti sari getah Resina. Kamu bisa kan membantuku untuk mendapatkannya? "
"Untuk apa kau membutuhkannya?" tanya lelaki itu, masih dengan tatapan yang sulit diartikan.
Luo Yi menggeleng, matanya berkaca-kaca. "Kau tak perlu tahu kenapa aku membutuhkannya. Tapi aku mohon, ini sangat penting bagiku. Aku akan membelinya, berapa pun harganya."
Kedua tangannya bertaut di depan dada, memohon dengan sungguh-sungguh. Keputusasaannya terlihat jelas.
Lelaki itu tampak sedikit tergerak melihat kesungguhan Luo Yi. Seulas iba melintas di wajahnya yang dingin.
"Baiklah," katanya akhirnya, suaranya lebih lembut dari sebelumnya.
"Besok kita bertemu di sini. Aku akan membawanya."
Kemudian, ia berlalu, meninggalkan Luo Yi yang masih berdiri di tempat.
Kegembiraan meluap dari Luo Yi. Ia melompat-lompat kegirangan, suara tawa riangnya menggema. Hui, dengan sigap, menarik tangannya pelan, mengingatkannya akan lingkungan sekitar. Banyak orang yang memperhatikan tingkahnya yang tiba-tiba ceria.
Bahkan lelaki itu, yang sudah berjalan beberapa langkah, sempat menoleh dan tersenyum tipis melihat tingkah konyol Luo Yi sebelum akhirnya menghilang dari pandangan. Senyum itu, meskipun singkat, meninggalkan kesan yang mendalam bagi Luo Yi.
.
.
"Apa Pangeran yakin akan memberikan bahan obat itu kepada wanita itu?" tanya jin Ling, suaranya sedikit khawatir. Ia mengamati Pangeran Xiao Ming dari sudut matanya.
Pangeran Xiao Ming tersenyum tipis, namun pandangannya tetap tertuju ke jalanan. Seulas keraguan tak terlihat, namun senyumnya tampak sedikit dipaksakan.
"Ya, tentu saja... mana mungkin aku mengingkari perkataanku."
Jin Ling berjalan di samping Xiao Ming,"Tapi Pangeran, bahan obat itu sangat langka. Bagaimana bisa memberikannya kepada sembarang orang?"
Xiao Ming menghentikan langkahnya, membuat Jin Ling juga terhenti. Ia menoleh kepada Jin Ling, tatapannya serius.
"Itu tidak seberapa dibandingkan dengan usahanya menyelamatkanku. Aku bisa merasakan betapa kerasnya ia berusaha membantuku kembali sadar. Aku samar-samar melihatnya."
Ia menepuk bahu Jin Ling dengan lembut, lalu melanjutkan langkahnya. Jin Ling hanya bisa mengangguk, memahami keputusan pangeran.
Tanpa sepengetahuan Luo Yi, lelaki yang diselamatkannya adalah Pangeran kedua, Xiao Ming. Pangeran itu memang sering mengalami serangan penyakit misterius, namun kali ini yang terparah. Biasanya ia hanya merasa lelah dan lemah, tetapi kali ini ia sampai tak sadarkan diri.
Xiao Ming, putra dari mendiang Selir Shao Yun yang meninggal beberapa tahun lalu karena penyakit, ia sering menyelinap keluar istana dan menyamar sebagai rakyat biasa untuk merasakan kebebasan di luar tembok istana.
lanjut Thor 💪💪💪😘😘😘