Shenina Jean atau yang akrab disapa Nina adalah seorang wanita karir sekaligus istri dari lelaki bernama Argan Dio. mereka merupakan sepasang kekasih yang menikah atas dasar saling mencintai.
karena tak kunjung mendapatkan keturunan, Shenina memutuskan untuk meninggalkan dunia kerja dan melepaskan jabatan bersama mimpi-mimpinya. Agar bisa lebih fokus pada program kehamilan yang tengah ia jalani.
Namun setelah semua usaha yang ia lakukan, ternyata Shenina mendapati suami yang sangat dicintainya justru menjalin hubungan gelap dengan wanita lain merupakan orang terdekatnya.
Kenyataan pahit atas pengkhianatan tersebut membuatnya hancur berkeping-keping. hingga ia memutuskan untuk pergi sejauh mungkin. menghilang tanpa jejak, merombak dirinya secara keseluruhan lalu kembali dengan kehidupan dan identitas yang benar-benar baru.
Bagaimana kisah kelanjutannya....? apakah Shenina akan balas dendam ? Atau justru memulai cinta yang baru ? Nantikan kisahnya ya……..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lee Yana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Musuh Dalam Selimut
Malam itu Dio yang mendapat kabar bahwa istrinya menginap di kediaman orangtuanya merasa senang.
Itu artinya dia bisa bebas melakukan apapun bersama Yuri, tanpa perlu khawatir ketahuan Nina.
Jika dulu ia akan menyusul istrinya karena khawatir, kini Dio mulai tidak peduli lagi. Toh Nina pasti hanya merindukan orangtuanya pikirnya.
Justru kepergian Nina saat ini merupakan sebuah kesempatan baginya untuk bisa bersenang-senang bersama kekasih gelapnya.
Sementara Nina yang masih berada di rumah sakit bersikeras ingin segera pulang. Karena ia rasa kondisinya sudah membaik tetapi Shendra memintanya agar tetap tinggal.
Setidaknya sampai Nina menghabiskan cairan infusnya. Lelaki itu sudah berusaha menahannya agar menginap saja, namun sikap Nina yang keras kepala membuatnya tidak bisa berbuat banyak selain menurutinya.
Beberapa jam di rumah sakit wanita itu mulai kelihatan gelisah. Ia terus melirik Shendra yang duduk disampingnya sembari bekerja menatap layar. Sesekali lelaki itu memperhatikan Shenina yang terlihat sulit memejamkan mata.
“Kak….”
”Hmmm….”
“Apa sekarang aku terlihat jelek ??” Tanya Nina melihat kondisi tubuhnya yang sangat berbeda dari sebelumnya.
“Tidak, sejak dulu kau memang sudah jelek”
Mendengar kalimat itu Nina hanya terdiam memicingkan matanya. Ia juga berbaring membelakangi Shendra.
Sedangkan lelaki itu tersenyum kecil melihat reaksi spontan adiknya yang cepat sekali merajuk.
“Tubuh gemuk bukanlah akhir dari segalanya. Lagipula wajar saja karena kau sedang mengandung, jadi fokus saja dulu pada kehamilanmu. Di mata orang yang mencintaimu kau akan selalu sempurna, karena sejatinya wanita cantik itu dilihat dari hatinya”
Shendra melanjutkan bicaranya seolah memahami maksud dari pertanyaan Nina. Ia sangat tahu kalau adiknya adalah tipe wanita yang sangat memperhatikan penampilannya.
Dengan kondisinya yang sekarang seringkali Nina merasa tidak percaya diri, terutama saat melayani suaminya di rumah. Pakaian-pakaian nya yang dulu sangat modis kini sudah tidak muat lagi ketika dikenakan.
Tetapi jawaban Shendra barusan membuat Nina tersenyum, namun sesaat kemudian sedihnya kembali datang mengingat sikap suaminya yang mulai berbeda.
Intah kenapa meskipun belum mendengar penjelasan langsung dari Dio firasatnya sebagai seorang istri sangatlah kuat. Nina juga sudah memastikan bahwa foto-foto yang ia terima bukanlah editan belaka.
Namun ajaibnya di situasi yang sudah seperti itu seorang Nina masih mampu mengendalikan emosinya dengan sangat baik. Jiwanya terguncang hebat tapi ketenangannya jauh lebih kuat.
Entah sebesar apa kesabaran yang ada dalam diri Nina. Satu hal yang pasti, jika ia marah dan lepas kendali maka akan sangat berbahaya bagi janin yang di kandungnya.
Beberapa saat kemudian wanita itu bangun menatap Shendra.
“Mau kemana ?” Tanya Shendra yang ikut berdiri di samping Nina
“Aku ingin ke toilet”
“Biar ku bantu” ucap Shendra memegangi infus Nina
“Tapi jangan mengintip !!”
“Percaya diri sekali kau Nina, aku juga tidak ingin menodai kesucian mataku, lagipula seleraku itu sangat tinggi”
“Cih, kalau begitu ku doakan semoga kau menikah dengan tiang listrik. Sudah pasti tingginya sesuai dengan seleramu”
Mendengar itu Shendra tersenyum kecil, lelaki itu sangat bersyukur adiknya baik-baik saja. Sejak dulu Nina memang tidak pernah berubah, kalaupun ada yang berubah maka seharusnya orang itu adalah Shendra.
Sejak Nina menikah dengan lelaki pilihannya, Shendra sedikit lebih menjaga jarak dengan adik angkatnya itu. Ia juga tidak bisa bercanda sebebas dulu, lelaki itu juga enggan menghubungi Nina lebih dulu kecuali Nina yang menghubunginya.
Namun dibalik renggangnya jarak antara keduanya, rasa yang dimiliki tetap sama. Tidak ada rasa canggung sedikitpun di antara mereka.
Mau bagaimanapun mereka tetap kakak dan adik. Meski sering bertengkar hebat mereka tetap saling memaafkan satu sama lain.
Sebelum mereka pulang Shenina sempat memesan beberapa makanan untuk mereka makan bersama-sama. Nampaknya lidah Nina kurang cocok dengan makanan rumah sakit.
Selain rasanya yang sedikit hambar kakaknya itu juga termasuk pemilih soal makanan. Hanya masakan Shenina dan Ibunya yang selalu bisa diterima dengan baik oleh Shendra.
Tidak hanya berdua, mereka juga memanggil sekretaris Ken dan Dokter Viola untuk makan bersama.
Tidak ada yang canggung di antara mereka kecuali Dokter Vio dan Ken yang memang tidak pernah bertemu sebelumnya.
Meski Vio memang orang yang ceria dan banyak bicara, wanita itu tetap terlihat malu saat berhadapan dengan sekretaris Ken yang super kaku khususnya jika bertemu orang baru.
Alih-alih menikmati makanannya, Vio justru lebih tertarik dengan pemandangan yang ada di hadapannya.
Sejak tadi Shendra sangat memperhatikan Nina. Lelaki itu menyuapi makanan dan minuman pada adiknya. Wajah tampannya juga nampak sangat senang ketika melihat Nina makan dengan lahap.
Sungguh pemandangan yang sangat luar biasa. Pasalnya mereka tidak seperti kakak beradik, melainkan lebih mirip pasangan kekasih yang saling menyayangi.
Apalagi Dokter Vio memang sudah mengenal bagaimana kehidupan Nina dengan kakak Angkatnya sejak masa sekolah dulu.
Vio sering dibuat gemas dengan hubungan mereka yang terkadang seperti musuh bebuyutan tapi terkadang juga saling membutuhkan satu sama lain.
Senyum Shendra hanya akan terlihat ketika sedang bersama Nina. Lelaki itu jarang sekali menunjukkan senyum nya pada orang lain.
Kalau orang yang tidak mengenal mereka pasti akan berpikir bahwa Shendra dan Nina sepasang kekasih. Andai saja tidak ada tembok bernama saudara itu mungkin mereka akan saling jatuh cinta.
Setelah selesai makan dan mengecek kondisi Nina, Dokter Vio langsung pamit karena ada pasien lain yang harus ia temui. Tidak lupa Dokter cantik itu juga berterimakasih atas makanannya.
Lagi dan lagi ia berpesan agar Nina selalu memperhatikan kesehatannya. Jangan terlalu banyak pikiran dan perbanyak istirahat. Katakan padanya jika menginginkan sesuatu.
Sementara Nina yang sudah hafal dengan kalimat itu hanya mengangguk cepat agar sahabatnya berhenti bicara.
Sepanjang perjalanan menuju kediaman Nina wanita itu tertidur pulas di bahu Shendra. Akhirnya ia bisa benar-benar tidur karena selama di rumah sakit sepertinya ada banyak sekali hal yang membuatnya sulit memejamkan mata.
Sekretaris Ken yang melihatnya dari kaca depan sengaja mengurangi kecepatan mobilnya agar Nina bisa menikmati tidurnya lebih lama. Bahkan ketika sudah sampai Shendra measih enggan untuk membangunkannya.
Lelaki itu sudah membujuknya agar pulang kerumah orangtuanya saja tapi Nina menolak dan tetap memaksa ingin tinggal dirumahnya.
Nina berjanji jika terjadi sesuatu atau ada hal yang ia inginkan pasti akan langsung menghubungi kakaknya.
Setelah bangun dari tidurnya Nina menyuruh Shendra agar langsung pulang, tidak perlu mengantarnya sampai ke dalam. Karena ia tahu kalau lelaki yang sedari tadi setia menemaninya itu sangat kelelahan.
Sepanjang Nina di rumah sakit Shendra sama sekali tidak ada istirahat. Ia terus terjaga dan siaga untuk berada disisi Nina.
Saat menuju rumahnya wanita itu terdiam sejenak. Sepertinya ia belum siap bertemu dengan suaminya. Karena sebelumnya Nina mengatakan akan menginap di rumah orangtuanya.
Jadi untuk malam ini Nina berpikir akan tidur dirumah Yuri. Ia juga butuh tempat untuk sekedar mencurahkan isi hatinya.
Sementara Dua orang yang tengah asyik bercumbu itu tidak mengetahui akan kedatangan seseorang.
Beberapa saat kemudian suara bell berbunyi. Sementara Yuri masih menghiraukannya. Namun setelah beberapa kali wanita itu akhirnya bangun dari aktivitasnya untuk melihat siapa yang datang malam-malam begini.
Betapa terkejutnya Yuri saat mengintip di lubang pintu, ternyata yang datang adalah Nina.
Sontak Yuri dengan wajah paniknya bergegas ke kamar menyuruh Dio agar merapikan tempat tidurnya dan bersembunyi di tempat yang aman. Sementara Yuri berusaha merapikan penampilannya.
Saat semua dirasa aman barulah Yuri membuka pintunya. Terlihat Wajah Nina yang tengah menangis menatap Yuri.
“Heyy ada apa ??” Tanya Yuri sembari memeluk Nina
“Boleh aku menginap disini malam ini ??, aku berjanji tidak akan mengganggu istirahat mu” Ucap Nina lirih
“Ten..,tentu saja” sahut Yuri yang sedikit gugup lantaran suami Nina masih berada di kamarnya.
Yuri mempersilakan Nina duduk dan mengambil segelas air putih untuknya.
“Nina, maaf sebelumnya kalau boleh aku bertanya sebenarnya apa yang telah terjadi ? Kenapa tiba-tiba datang kesini ? Apa kalian sedang bertengkar ??” Tanya Yuri penasaran.
Mendengar pertanyaan itu Nina kembali menangis, bahkan kini isak tangisnya mulai nyaring hingga terdengar jelas oleh Dio yang masih bersembunyi di kamar Yuri.
“Aku hamil…” ucap Nina terbata-bata.
“Apaa..? Ya ampun selamat Nina, bukankah itu suatu hal yang sangat membahagiakan” ujar Yuri yang terlihat senang mendengarnya.
“Tapi….,sepertinya mas Dio berselingkuh” sahut Nina disela tangisannya yang semakin tidak terbendung.
Sontak kalimat kedua itu membuat Dio terbelalak kaget. Bagaimana istrinya bisa tahu secepat itu, ia bahkan belum siap mengatakan kebenarannya pada Nina.
Namun dengan datangnya Nina ke tempat itu membuat Dio berpikir bahwa Nina belum mengetahui siapa wanita yang menjadi selingkuhannya.
“Wanita itu sepertinya juga sedang hamil” ucap Nina melanjutkan kalimatnya.
Membuat Dio semakin ternganga. Tuangannya mulai gemetar dan tubuhnya mengeluarkan keringat dingin.
Sedangkan Yuri spontan menutup mulutnya menatap Nina. Wanita itu ikut bersedih memeluk tubuh Nina tanpa berkata-kata. Namun di belakang senyumnya mulai mengembang penuh arti.
Setelah dirasa tenang, Nina mulai bercerita panjang lebar hingga ia merasa lega karena sudah mencurahkan semuanya pada Yuri.
Yuri yang pura-pura tidak tahu menahu itu dengan polosnya menghibur Nina dan mengatakan akan membantu Nina menyelidiki wanita yang menjadi selingkuhan Dio.
Saat Nina sudah dipastikan terlelap, Yuri membantu Dio agar segera keluar dari tempat persembunyiannya. Meski sempat panik namun lelaki itu ternyata baik-baik saja seolah tidak merasa bersalah pada Nina.
“Apa itu ulahmu ??” Tanya Dio setengah berbisik
Dengan cepat Yuri mengangguk. Wanita itu nampak tersenyum puas sembari menunjukkan ponsel cadangan miliknya yang ia gunakan untuk meneror Nina.
“Ini baru permulaan” ucapnya penuh percaya diri.
Bahkan sebelum pulang kedua pasangan tidak tahu malu itu masih sempat bercumbu di sofa ruang tengah, mereka kembali menuntaskan hasratnya yang tadi sempat terhenti karena kedatangan Nina.
semoga shendra cepet tau penyebab Nina pisah dengan Dio, biar tau rasa si Dio dan Yuri..