NovelToon NovelToon
DENDAM GUNDIK

DENDAM GUNDIK

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Balas Dendam / Horror Thriller-Horror / Kumpulan Cerita Horror / Dendam Kesumat / Balas dendam pengganti
Popularitas:55.5k
Nilai: 5
Nama Author: Dae_Hwa

“ARRRGGGHHH! PANAAS! SAAKIIITT!”

Sekar Arum tak pernah membayangkan, setelah dipaksa menjadi gundik demi melunasi hutang orang tuanya, ia justru mengalami siksaan mengerikan dari para perempuan yang iri dan haus kuasa.

Namun, di saat dirinya berada di ambang hidup dan mati, sosok gaib mendekatinya—seorang sinden dari masa lalu yang menyimpan dendam serupa.

Arum akhirnya kembali dan menggemparkan semua orang-orang yang pernah menyakitinya. Ia kembali dengan membawa semua dendam untuk dibalas hingga tuntas.

Namun, mampukah Sekar Arum menumbangkan musuhnya yang memiliki kuasa?

Atau justru ia akan kembali terjerat dalam luka dan nestapa yang lebih dalam dari sebelumnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dae_Hwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DG 28

“Hhhkh!” Pawiro memekik manakala lidah Larasmi yang basah dan kehitaman menjulur panjang—melilit lehernya.

Kedua tangan Pawiro mencengkeram lilitan dingin berlendir itu. Ia meronta, berusaha menariknya dengan sisa tenaga. Tapi, setiap gerakan justru membuat lidah itu kian kencang menjerat.

“LEPASKAN! LEPAAAS!” Raungnya parau, matanya membelalak, napasnya makin sesak.

Namun, Larasmi hanya menatap dari atas, dengan senyumnya yang semakin lebar— matanya membara seperti bara dendam yang tak bisa padam.

“Kau tak pantas mendapatkan gelar Bapak!” desisnya murka. Suaranya seperti gemuruh yang ditahan langit. “Kau hanya manusia rendah nan serakah yang tega menjual darah dagingnya sendiri demi hutang-hutang sialan, seperti ... bapakku!”

Pawiro tak bisa membalas, hanya terus menggeliat. Lidah hitam itu mencekat terlalu kuat. Pandangannya mengabur. Dalam benaknya, wajah Arum terlintas—wajah yang dulu begitu kecil dan ringkih. Anaknya yang dulunya ia besarkan, kini sudah maju satu langkah menjadi mesin penopang ekonominya.

Pawiro menggeleng kuat, ia membatin. ‘Tidak ... aku tak boleh mati di sini. Aku sudah sejauh ini. Arum sudah kaya ... aku tinggal menikmati. Akan sia-sia jika aku mati sekarang—sebelum mencicipi hasil jerih payahnya sepenuhnya!’

Pria itu mulai meronta, melawan sekarat. Pawiro merogoh ke saku dalam—mengeluarkan sebilah pisau kecil berkarat, yang biasa ia gunakan untuk berjaga saat berpergian.

Dengan sisa tenaga dan tangan gemetar, ia menusuk lidah itu berkali-kali.

JLEB!

JLEB!

JLEB!

Lidah hitam itu akhirnya melepaskan cekikannya. Pawiro terbatuk keras, terlempar ke belakang dan kembali jatuh terduduk. Tak ingin membuang waktu, ia lekas berdiri. Meski kaki kanannya masih terjepit perangkap logam, ia tetap bangkit dan berlari terpincang-pincang, menembus kabut.

Lumpur dan darah menetes di sepanjang jalur pelariannya.

Pawiro menyeka keringatnya. Nafasnya sengal, dadanya seperti hendak pecah. “Mahluk apa tadi itu? Kenapa dia menyebut-nyebut putriku?!”

Kabut turun semakin tebal, membuat jarak pandang hanya tampak beberapa langkah. Pohon-pohon menjulang bagai bayangan raksasa, mengintai dari segala arah.

Pawiro menoleh ke belakang, hendak memastikan—apakah sosok yang mengganggunya masih mengejarnya. Namun, mata pria baya itu seketika membeliak.

Di atas sana, Larasmi mengejar. Sosoknya melayang cepat, kebaya kelamnya berkibar. Rambutnya yang menjuntai panjang, menyapu ranting-ranting.

“KEMBALI KAU, PAWIIIIIROOOOOO. HIHIHIHI ...!” suara Larasmi menggema di antara pepohonan.

Pawiro pias, ia kembali berlari dengan langkah terhuyung. “DASAR, DEMIT GENDENG!”

Darah segar dari betis Pawiro semakin mengalir deras, membasahi tanah, menarik makhluk-makhluk kelam di sekitarnya. Kabut kian tebal, nyaris membutakan mata.

Langkahnya semakin gontai, tubuhnya limbung—namun teror di belakangnya jauh lebih menakutkan dari rasa sakit di kakinya.

“TERIMALAH AJALMU, PAWIRO!HAHAHAHAHAHAHA!”

Suara Larasmi melengking, terdengar dari atas, bawah, samping, seolah memenuhi ruang hutan yang tak nyata. Pawiro menoleh ke belakang sesaat, tanpa sadar—tanah tempat ia berpijak mulai ambruk.

AAAAAAAAAA!

Teriakan Pawiro membahana, memecahkan kesunyian hutan. Pria itu terperosok dan terguling ke lereng yang landai—lalu tercebur ke dalam Danau Wening Ilang.

BYUR!

Pawiro menendang-nendang dinginnya air, tubuhnya berat, bajunya basah, kakinya masih terjepit jebakan logam yang kini semakin menyiksanya dalam air yang gelap. Ia meronta, tenggelam sebentar, lalu muncul kembali.

“TOLONG!” raungnya.

GLUB! GLUB!

“TOLONG! SIAPAPUN, TOLONG AKU!”

Namun tak ada jawaban dari siapapun itu. Hanya suara riak dan napasnya sendiri yang terdengar semakin sesak.

...****************...

Dua hari telah berlalu.

Paviliun Sekar Arum diselimuti suasana tenang yang semu. Hujan sempat turun deras semalam, menyisakan udara lembab dan aroma tanah basah yang menguar hingga ke teras. Burung-burung enggan bernyanyi. Langit pun masih abu-abu, seakan belum merestui hari itu menjadi cerah.

Di ruang tamu kecil, Arum duduk anggun namun tak benar-benar nyaman. Jemarinya memainkan gagang cangkir teh yang sudah mulai mendingin. Pandangannya kosong, mengarah pada tirai yang bergoyang pelan diterpa angin pagi.

Lalu—

Tok! Tok! Tok!

Mbah Darsih membuka pintu. “Nona Arum, Ibu Anda datang kembali.”

Arum menoleh. Napasnya sempat terhenti sesaat. Kemudian ia mendengus manakala sang ibu menerobos masuk—padahal belum diberi izin.

Mata Sarinem terlihat sembab. Wajahnya tampak lebih tirus, dan tubuhnya gemetar saat menyentuhkan lutut ke lantai dingin di depan putrinya.

“Rum ...,” panggilnya pelan. “Ibu mohon, dengarkan sebentar.”

Arum menatapnya tanpa suara.

Sarinem menghela napas berat. Suaranya parau, penuh kegelisahan. “Sudah dua hari, bapakmu tak sadarkan diri, Rum. Sejak kepulangan dari tempat ini.”

Arum tetap membisu, tatapannya datar.

Sarinem kembali melanjutkan perkataannya, suaranya goyah. “Waktu itu ... saat kami melintasi hutan, bapakmu tiba-tiba bertingkah aneh. Dia memanggil-manggil nama Ibu ... seolah tak melihat diri ini berjalan di sisinya. Matanya kosong, mulutnya juga komat-kamit seperti orang kesurupan.”

Sarinem menahan isak.

“Kakinya juga terluka, terjebak perangkap hewan. Tapi ... entah kenapa, dia malah lari, terbirit-birit—seperti dikejar sesuatu. Ibu coba kejar ... tapi dia keburu—tercebur ke danau angker itu ... Danau Wening Ilang.”

Sarinem menunduk, napasnya tercekat. Jemarinya saling meremas di pangkuan.

“Untung jatuhnya tak dalam, dan beruntungnya lagi—ada beberapa warga yang sudi menolong masuk ke danau mengerikan itu,” ujarnya lirih. “Tapi, bapakmu sampai sekarang ... tak juga sadarkan diri, Rum.”

Ia menengadah, menatap Arum dengan sorot mata memelas.

“Bantu ibu, Rum ... Tolong carikan tabib atau dukun yang mumpuni. Juragan Karta pasti memiliki banyak kenalan. — Ibu tak tau lagi harus ke mana. Ibu takut, Rum. Takut kalau-kalau ada sesuatu—yang mengikat jiwanya di sana. Tolong ibu ya, Nak ....”

*

*

*

1
my love
bagus ceritanya
Diyah Pamungkas Sari
wahh jd kasim si madun 🤣
☠ᵏᵋᶜᶟ Қiᷠnꙷaͣŋͥ❁︎⃞⃟ʂ⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔
Walid versi jadul nih ya /Facepalm/
Reni
g bisa bayangin suara yg serak serak berserakan Iki koyo piye 😅😂😅🤣
Ealah ras Laras wes gedhene sak emprit kok mbok potong entek pisan Yuyun kebagian OPO Iki engko 🤭
ֆɛռօʀɨȶǟ ʟǟ_ɛʟ🇮🇩
Ahhh kasian Yuyun tongkat keramat Midun Dikebiri Larasmi wkwkwkwk
vj'z tri
hayooo Madun pulang lewat mana lu 🤭🤭🤭🤣🤣🤣
vj'z tri
madun sama Mbah Sosro kena prank author 🤣🤣🤣🤣🤣
vj'z tri
prok prok prok jadi apa sekarang 🤣🤣🤣🤣🤣
vj'z tri
tahu tahu nya tuh barang punya lampir 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
vj'z tri
woahhh susano'o di panggil 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
❤️⃟Wᵃf ༄SN⍟𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌🦈
sudah sekarat aja masih belagu
mampus kau emg enak g ada tongkta sakti mu
wkwkwkk tgl menungu ajal
siksa dlu pelan2 biar tau rasa
🏘⃝Aⁿᵘ𝓪𝓱𝓷𝓰𝓰𝓻𝓮𝓴_𝓶𝓪
potong buruungg 🙏😭😭
Rahma Amma: kirain potong bebek angsa🤣🤣
total 1 replies
Saadah
Semoga koit Mbah teh botol Sosro ma Madun.
Siti Yatmi
habis lah kau madun.....udh ga punya anu. ....ih...
Saadah
Kayak dirimu gak Kikir aja. Sesama medit, harusnya saling mendukung bukan menyerang 🤭
Mba Ayuu
Emang pantas dia digituin/Awkward/
isnaini naini
hbs tuh burung nya ....
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦💜⃞⃟𝓛 ᵖᵃpipuˡᵃⁿᵍ
weesss bundasss tongkat mu duun Madun ,
burung mu sdh banyak korban
memang sdh numpuk kejahatan mu
wis rasakno ,andalan mu tumpul sak Endogee ,
ajurrr ajurr ,tinggal slulup neng kolam disambut buaya lapar ,puasa 3 bln
🤣🤣
istianah istianah
di buat terkaget" kan 🤣🤣🤣 blm tau dia kalu jaran goyang beraksi 🤣🤣🤣🤣
istianah istianah
menehhhh😂😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!