Kisah sepasang CEO yang merintis bisnis mereka dari nol dan pernah berkecimpung di dunia bawah, keduanya memiliki masalah dengan keluarga dan hubungan toxic mereka masing masing sehingga mereka sulit untuk mempercayai orang orang di sekitar mereka.
Mereka menggunakan dua nama, nama untuk di dunia bisnis sebagai CEO dan nama untuk kehidupan pribadi mereka. Mereka juga memilih hidup sederhana dan mengerjakan pekerjaan yang menjadi hobi mereka. Namun keduanya ternyata tinggal di sebuah apartemen dan unit mereka persis bersebelahan.
Tanpa mereka sadari, mereka ternyata klik dan saling jatuh cinta, namun mereka memakai identitas kehidupan pribadi mereka, tanpa mengetahui sisi kehidupan bisnis mereka satu sama lain walau perusahaan mereka bekerja sama. Walau saling mencintai, keduanya menyimpan rahasia terhadap satu sama lain sampai terbongkar suatu hari nanti.
Akankah mereka bahagia atau malah sebaliknya ?
Genre : Urban, fiksi, komedi, drama, sedikit action, psikologi
100% dewasa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mobs Jinsei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 35
Pagi harinya, “ugh,” Ethan terbangun di ranjang hotel, “krrr...krrr...krrr,” dia mendengar dengkuran halus di dada nya, dia membuka mata dan melihat Elena masih tidur sambil memeluk dirinya. Ethan tersenyum, tangannya mulai mengelus rambut Elena, kemudian dia menoleh melihat smartphone miliknya di meja dan mengambilnya tanpa membangunkan Elena. Ada beberapa pesan masuk ke dalam smartphonenya, Brad mengundangnya masuk ke dalam grup chat khusus untuk membagikan foto foto ketika dirinya dan Lily bulan madu keliling dunia.
“Benar juga, mereka hari ini berangkat ya,” ujar Ethan dalam hati.
Nomor Elena ada di dalam daftar anggota grup chat yang ternyata hanya mereka berempat. Ethan kembali melihat Elena,
“Dia benar benar Emily West, aku sama sekali tidak menyangka, sebuta itukah aku ?” tanya Ethan dalam hati sambil tersenyum dan mengelus kepala Elana.
“Ugh,”
Elena menggeliat dan terbangun, dia membuka mata melihat wajah Ethan kemudian tersenyum, tangannya naik memegang tangan Ethan di kepalanya,
“Selamat pagi beb,” ujar Elena.
“Pagi, enak tidur nya ?” tanya Ethan.
“Iya, kamu sendiri gimana ?” tanya Elena.
“Sama, aku bisa tidur nyenyak tanpa bermimpi dan tanpa terbangun mendadak,” jawab Ethan.
“Hehe, aku juga,” balas Elena sambil merebahkan kepalanya di dada Ethan.
“Mau turun untuk sarapan ?” tanya Ethan.
“Um...kalau di bawa kemari saja bisa ga ya ?” tanya Elena.
“Bisa saja sih, aku telepon room service nya dulu,” jawab Ethan.
Ethan berbalik dan mengambil telepon di meja, kemudian dia mengatakan kepada room service agar sarapan mereka di bawa ke kamar. Elena berbalik dan memakai jubah tidur untuk menutupi tubuhnya yang tanpa busana kemudian berjalan ke jendela dan membuka tirai, dia melihat suasana kota di pagi hari dari atas. Selesai menelpon, Ethan pun turun dari ranjang, memakai baju tidurnya dan berjalan ke belakang Elena, dia memeluk Elena dari belakang sambil mengecup leher belakangnya.
“Hehe geli tau,” ujar Elena.
“Ga apa apa ah,” balas Ethan.
Setelah itu keduanya berdiri melihat suasana kota di pagi hari yang masih sepi walau sudah banyak orang yang berolah raga lari di tepi jalan.
“Beb, hari ini kita ke rumah yang baru ya,” ujar Elena.
“Ok, aku juga mau kesana karena motor ku di sana,” ujar Ethan.
“Huh ? maksudnya apa ?” tanya Elena.
“Ah...jadi kemarin aku pinjam kunci rumah kita dan aku menaruh mobil ku di dalam garasi, lalu ketika mau ke pesta, aku kesana naik motor untuk pergi menggunakan mobil,” jawab Ethan.
“Hmm gitu, memang biasanya kamu taruh mobil di mana ?” tanya Elena.
“Di bengkel om Paul, karena sekarang sudah punya garasi, aku berpikir mau memperluas bengkel om Paul dan memperkerjakan 2 orang montir lagi,” jawab Ethan.
“Oh begitu, kamu mau memperbesar bengkel itu ya ?” tanya Elena.
“Benar, aku ingin menjaga warisan om Paul yang sudah menolong ku dulu,” jawab Ethan.
“Ok, aku mengerti, tapi aku juga minta Pierre taruh mobil ku di garasi hehe,” ujar Elena.
“Oh...muat kok, tidak ada masalah kan,” balas Ethan.
“Iya, tidak masalah,” balas Elena.
“Tok....tok,” pintu kamar mereka di ketuk, Ethan langsung berbalik dan berjalan ke pintu kamar, dia membuka pintunya. “Glontang,” seorang room service wanita yang membawakan nampan berisi sarapan mereka, tiba tiba menjatuhkan nampan dan seluruh makanan di atas nya ketika melihat Ethan. Tentu saja Ethan juga sedikit kaget namun dia tidak menunjukkan nya karena wanita yang berdiri di depannya adalah Katie.
“E...Ethan ?” tanya Katie.
“Maaf, tolong ambilkan sarapan yang baru dan cepat ya, terima kasih,” jawab Ethan santai sambil menutup pintu.
“Duk,” tiba tiba Katie menangkap daun pintunya, namun matanya langsung mengarah kepada Elena yang hanya memakai jubah tidur menghampiri Ethan di depan pintu dan memegang lengan Ethan,
“Ada apa beb ?” tanya Elena.
“Kamu....kamu perempuan itu,” teriak Katie sambil menunjuk wajah Elena.
“Huh ? siapa dia beb ?” tanya Elena.
“Entahlah (melihat ke arah Katie dengan dingin) tolong lepaskan tangan mu dari pintu dan tolong bereskan makanan yang jatuh ini, terima kasih,” jawab Ethan.
Katie tersentak kaget, dia melepaskan tangannya dan “blam,” pintu langsung tertutup rapat, Katie langsung mengetuk lagi pintu nya berkali kali namun pintu kamar itu tidak terbuka lagi. Air matanya mulai jatuh bercucuran sambil terus mengetuk pintunya,
“Ethan, maafkan aku, aku memang berbuat kesalahan fatal dan aku yakin kamu benci aku, tapi aku butuh kamu, aku sudah menyesal dan aku pasti akan berubah, tolong ambil aku kembali, tolong Ethan,” teriak Katie.
Setelah mengetuk dan berteriak di depan kamar sampai mengganggu tamu di kamar lain, “klek,” pintu kamar akhirnya terbuka, wajah Katie pun mulai terlihat memiliki harapan, namun ketika melihat siapa yang berada di balik pintu, raut wajahnya langsung berubah menjadi kemarahan,
“Kamu,” teriak Katie.
“Maaf nih, tolong jangan berteriak teriak di luar sini, kamu mengganggu, kamu kan staff hotel, seharusnya kamu mengerti peraturan hotel kan, kami tidak jadi sarapan di kamar, kami akan turun ke lobi saja, jadi tolong di bersihkan ya,” ujar Elena tersenyum.
“Siapa kamu ? kenapa kamu bersama Ethan ? kamu CEO Good Eye’s ?” tanya Katie.
“Hmm...siapa Ethan ? nama ku Emily West, kamu salah orang, yang berada di dalam bukan Ethan, dia Eric Reed, CEO dari Reed’s Garage dan calon suami ku, tolong jangan libatkan kami dengan drama mu,” jawab Elena.
“A..apa ? ca...calon suami ?” tanya Katie yang terlihat syok.
“Tolong di bersihkan ya, terima kasih,” jawab Elena tersenyum.
“Blam,” pintu kembali di tutup, “blugh,” Katie langsung terjatuh dan terduduk lemas di lantai tepat di depan makanan yang berserakan di lantai. Di dalam, Elena melihat Ethan yang sedang berbaring santai di ranjang, dia langsung melompat menerkam Ethan,
“Sudah ?” tanya Ethan.
“Beres, jadi dia ya mantan istri mu itu,” jawab Elena.
“Begitulah,” balas Ethan.
“Hmm cukup intens ya hehe,” balas Elena.
“Haha benar, ayo kita turun, kita sarapan di restoran saja,” balas Ethan.
“Iya, aku ganti baju dulu,” balas Elena.
“Ok, apa mau mandi dulu ? jadi habis sarapan langsung check out,” tanya Ethan.
“Hmm boleh juga, ok yuk,” ajak Elena.
Keduanya bangun dan berjalan ke kamar mandi, mereka masuk ke dalam kemudian membuka pakaian mereka dan berpelukan sambil berciuman dengan panas.
“Hmm....lagi ?” tanya Ethan.
“Yap...itung itung sarapan...di dalam bak,” jawab Elena.
“Ok,” balas Ethan.
Ethan dan Elena melangkah masuk ke dalam bak mandi sambil terus berciuman, Ethan memutar kerannya untuk mengisi air hangat ke dalam bak. Sementara itu, di luar kamar, Katie masih tertegun, seorang pemuda yang juga mengenakan pakaian pegawai hotel dan mendorong kereta mendekati Katie,
“Ada apa kak Katie ?” tanya sang pemuda.
“Jake, Ethan di dalam kamar ini, dia sudah mau menikah dengan CEO yang waktu itu foto nya kita lihat, dia bukan perawat, Lauren salah,” jawab Katie sambil menangis dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
Jake terdiam, dia hanya bisa memegang kedua pundak Katie yang masih terduduk di lantai dan sama sekali tidak bergerak. Selesai mandi dan berpakaian, Ethan dan Elena keluar dari kamar, Ethan hanya memakai kemeja nya dan membawa jas nya di lengan sedangkan Elena memakai kembali gaun pestanya namun membiarkan rambutnya jatuh tanpa di sanggul, mereka melihat lantai di depan kamar sudah bersih walau masih ada sedikit noda nya. Tanpa menghiraukan nya, keduanya berjalan santai menuju ke lift untuk turun ke bawah sambil bergandengan tangan.