NovelToon NovelToon
Ceo Cantik Terjebak Cinta Pria Desa

Ceo Cantik Terjebak Cinta Pria Desa

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berondong / Beda Usia
Popularitas:16.2k
Nilai: 5
Nama Author: Helliosi Saja

Sebuah insiden kecil memaksa Teresia, CEO cantik umur 27 tahun, menikah dengan Arga, pemuda desa tampan umur 20 tahun, demi menutup aib. Pernikahan tanpa cinta ini penuh gengsi, luka, dan pengkhianatan. Saat Teresia kehilangan, barulah ia menyadari... cintanya telah pergi terlalu jauh.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Helliosi Saja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 20

Arga melangkah ragu di area parkir café, menatap takjub mobil sport merah mengilap yang terparkir tak jauh dari tempatnya berdiri. Mobil itu... milik Tere. Jantung Arga berdegup tak menentu. Belum pernah seumur hidupnya dia melihat mobil sport dari dekat, apalagi kini harus menaikinya.

Tere membuka pintu mobilnya, menatap Arga sekilas.

“Ayo, masuk…” ucapnya singkat, tanpa banyak basa-basi.

Arga mengangguk pelan, menelan ludah. Dengan hati-hati ia membuka pintu dan duduk di kursi sebelah kiri. Ada perasaan aneh yang sulit diungkapkan. Jok empuk, interior mewah, dan aroma khas mobil baru menyergap indra penciumannya. Arga merasa seperti orang asing. Di kampung, dia hanya akrab dengan motor tuanya yang sudah sering mogok di tengah jalan. Kini, dunia di sekitarnya terasa begitu jauh berbeda.

Tere memasang sabuk pengaman dan mulai menyalakan mesin. Mobil melaju meninggalkan café, membelah sepinya malam. Di dalam mobil, tak ada percakapan. Hanya suara deru mesin dan bisikan angin dari celah kaca yang sedikit terbuka. Arga menatap keluar jendela, hatinya gundah. Tere di sampingnya, diam, menatap lurus ke depan, fokus menyetir. Bagi Tere, ini hanya sebuah kewajiban. Tak lebih.

Sesampainya di depan rumah mewah milik keluarga Tere, Arga makin tertegun. Rumah itu besar, megah, lampu-lampunya terang benderang. Gerbang besinya tinggi dan kokoh. Bagaikan istana bagi Arga. Ia menelan ludah lagi, makin terasa tak pantas dirinya berdiri di sana.

Pagar rumah perlahan terbuka, satpam membukakan jalan untuk mereka. Mobil sport Tere masuk ke halaman yang luas. Tere keluar lebih dulu, tanpa berkata apa-apa. Arga menyusul, kaku, canggung, tak tahu harus berbuat apa.

Tere melangkah menuju pintu rumah, Arga membuntuti di belakang. Saat pintu terbuka, Arga berhenti sejenak dan mengucap salam pelan,

“Assalamu’alaikum…”

Suara Papa Adrian dan Mama Linda menjawab dari dalam, hangat,

“Wa’alaikumussalam…”

Raut wajah mereka terlihat senang melihat Arga akhirnya datang ke rumah mereka. Papa Adrian menyambutnya dengan senyum, Mama Linda menoleh ke arah bibi rumah tangga,

“Bik, tolong siapkan minum buat Arga…”

Mereka mempersilakan Arga duduk di ruang tamu yang mewah, sofa empuk dengan nuansa cokelat elegan. Arga duduk ragu, kaku, tangannya meremas jemarinya sendiri, mencoba menenangkan diri.

Papa Adrian menyadari kecanggungan itu. Ia berdehem kecil, memecah keheningan, suaranya lembut namun tegas,

“Bagaimana kabarmu, Arga? Sehat, kan?”

Arga mengangguk cepat, senyum canggung tersungging di bibirnya.

“Alhamdulillah, Pak, sehat… terima kasih…”

Suasana mulai sedikit mencair. Papa Adrian lalu bertanya, nadanya penuh penasaran,

“Kenapa baru sekarang datang ke rumah? Kenapa tidak langsung menemui Tere begitu sampai di Jakarta?”

Arga menunduk. Wajahnya menahan rasa malu, suara lirihnya terdengar sopan.

“Saya… belum berani, Pak… Saya merasa belum pantas. Belum tahu harus bagaimana bersikap… Maaf kalau ini membuat Bapak dan Ibu merasa tak dihargai…”

Mama Linda tersenyum menenangkan.

“Tidak apa-apa, Arga. Kami justru senang kamu datang…"

Tere diam di sudut sofa, hanya mengamati suaminya yang begitu sederhana, begitu jauh berbeda dari laki-laki yang selama ini memenuhi hatinya. Hatinya sendiri tak tahu harus bersikap bagaimana.

Bibi masuk membawa nampan berisi minuman, meletakkannya di atas meja di depan Arga dengan senyum ramah. Arga membalas senyumnya canggung, mengucapkan terima kasih pelan. Tangannya menggenggam gelas, mencoba menenangkan gejolak hatinya.

Papa Adrian menatap menantunya dengan penuh arti. Suaranya tenang, tapi dalam.

“Arga, mulai malam ini kamu tinggal di sini. Ini rumahmu juga. Kamu tinggal bersama Tere…”

Ucapan itu membuat Arga tersentak, bahkan lebih mengejutkan Tere. Matanya membelalak sesaat, ingin protes, namun Mama Linda lebih cepat meraih tangannya, menahan isyarat protesnya.

“Sudah, Tere… dengarkan dulu,” bisik Mama lembut namun tegas.

Mama Linda kemudian menatap Arga dengan penuh keibuan.

“Arga, kamu menantu kami. Jangan merasa canggung. Rumah ini rumahmu juga. Jagalah Tere, dan kami juga berharap kamu bisa saling memahami…”

Tere hanya diam, menunduk, tak kuasa membantah. Batinya resah, seperti terjebak dalam sesuatu yang tak pernah ia inginkan. Selalu ditekan dengan harapan orangtuanya, padahal hatinya menolak kenyataan ini.

Seiring berjalannya waktu, kecanggungan perlahan mencair. Arga mulai berbicara sedikit lebih santai dengan mertuanya. Senyum Papa Adrian dan Mama Linda membuat hatinya sedikit lega. Malam itu, kehangatan sederhana mulai terjalin, meski ada luka yang tersembunyi di hati masing-masing.

Hingga akhirnya, Papa Adrian menoleh pada Tere.

“Tere, temani suamimu ke kamar kalian.”

Tere mengangguk, hanya sekadar formalitas. Tanpa banyak kata, ia berdiri. Dalam hati, ia menahan letih. Kenapa aku yang harus begini? pikirnya. Padahal selama ini, bayangan wajah polos Arga selalu hadir di sela pikirannya. Tapi setiap kali dekat, gengsinya menguasai. Perbedaan usia, perbedaan derajat, membuat hatinya keras.

Tere berjalan lebih dulu, Arga mengikutinya. Mereka memasuki kamar Tere. Arga terdiam di ambang pintu, menatap takjub. Kamar itu luas, elegan, mewah, dengan ranjang besar. perabot mahal, dan aroma bunga segar. Sangat berbeda dengan kamar sederhananya di kampung atau kos-kosan kecilnya di Jakarta.

Tere berdehem, memecah kecanggungan.

“Kalau mau mandi, mandi aja sana… Biar bersih.”

Arga mengangguk pelan, tapi wajahnya cemas.

“Saya… nggak bawa baju ganti, mba…”

Tere menarik napas panjang, menahan geram. Tanpa banyak kata, ia menelepon asisten pribadi ayahnya.

“Azka… tolong belikan baju untuk Arga, Sekarang juga.”

Dalam hati Tere mendesah kesal. Seharusnya aku yang dimanjakan suami, ini malah aku yang repot. Seperti nambah beban baru… Tapi dia menenangkan diri, mengingatkan dirinya lagi. Ini cuma sementara… sebentar saja.

Tak lama, Arga selesai mandi. Azka datang membawa kantong belanjaan berisi baju bersih. Arga keluar dari kamar mandi, rambutnya masih sedikit basah, aroma sabun segar menyertai. Tere tanpa sadar terpaku sejenak. Wajah polos itu, rambut basah itu, justru menambah pesona alami seorang Arga. Tapi gengsi Tere lebih kuat. Ia kembali bersikap dingin.

Arga duduk ragu di tepi sofa, menunduk sopan. Tere memutuskan bicara, suaranya datar tapi dalam.

“Arga… kamu tahu kan, kita ini menikah karena insiden. Kamu masih kecil, aku nggak suka pernikahan ini. Jangan banyak berharap padaku. Aku sudah punya kekasih. Jadi tolong, jangan ganggu hidupku…”

Kata-kata Tere menancap tajam di hati Arga. Tapi Arga hanya menunduk, menelan pahit kenyataan.

“Iya, mba... saya paham diri…”

Tere mengambil secarik kertas, menulis dengan cepat:

“Kita tidak saling menyentuh, tidak tidur seranjang, tidak saling mengatur. Kita bebas memiliki siapa yang kita suka. Jangan pernah ada rasa suka di antara kita.”

Ia menyerahkan kertas itu ke Arga.

“Tandatangani.”

Arga menatapnya sejenak, lalu dengan hati berat, ia turuti. Selesai menandatangani, Tere menarik napas lega. Akhirnya aku bisa tidur tenang…

“Tidur di sofa aja, ya,” ucap Tere tanpa menoleh.

Arga tersenyum tipis, walau perih di dada.

“Iya, mba…”

Malam itu, Arga rebah di sofa empuk. Tubuhnya lelah, matanya perlahan terpejam. Meski hati remuk, ia terlelap, tenggelam dalam mimpi sederhana pemuda kampung: ingin bahagia, walau hanya sesaat.

1
nuraeinieni
aduh arga serasa aq mau benturkan ke tembok kepalamu spy kamu mengingat tere dan pernikahanmu dgn tere.
nuraeinieni
tdk apa2 tere,perjuangan mu tdk akan sia sia,pasti membuahkan hasil yg manis
nuraeinieni
aduh kenapa pake perjodohan,semoga arga cepat mengingat tere
nuraeinieni
sabar tere,pasti nanti arga akan mengingatmu
nuraeinieni
semoga saja arga langsung mengenal tere
nuraeinieni
semoga ingatannya arga pulih
nuraeinieni
akhirnya kebusukan rio terungkap
nuraeinieni
mewek bacanya,,,😭😭😭😭
nuraeinieni
syukurlah terw akhirnya menyadari arga tulus mencintainya
nuraeinieni
baru nyesal tere,,,;semoga arga cepat sadar.
nuraeinieni
semoga aja kamu yg bucin duluan sama arga.
nuraeinieni
wah wah,awas loh tere nytar kamu nyesal
nuraeinieni
wew suami saling ketemu tp masih malu2 dan jaim
nuraeinieni
syukurlah arga dan jaka daoat pekerjaan.
nuraeinieni
rejeku anak sholeh ya arga,langsung dapat kos kosan murah dan jurangan kosan nya baik.
nuraeinieni
bagus tuh arga,kamu merantau ke jakarta sama jaka,siapa tau kalian dpt kerja yg bagus atau kamubida minta tolong sana mertuamu utk carikan lowongan pekerjaan.
Helliosi: makasih kak bantu support nya ya. baru belajar jadi author🤣🙏
total 1 replies
nuraeinieni
syukurlah kalau kamu merasa bersalah tere,gimanapun arga suami yg sah.
nuraeinieni
walaupun kamu tepis tp bayangan pasangan halal tetap terbayang.
nuraeinieni
tetap semangat arga,,,tunjukan kamu juga bisa sukses dgn kerha kerasmu.
nuraeinieni
yg sabar arga,tere butuh waktu waktu,biarkan tere beroikir jernih
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!