Apakah pengasuh hanya berlaku untuk bayi dan anak-anak?
Ariana, gadis berusia 22 tahun di janjikan upah cukup besar hanya untuk mengasuh putra dari seorang duda kaya raya.
Kenakalannya sudah tak bisa di tolerir, namun sang ayah yakin jika Ariana mampu mengubah sifat anak remajanya itu.
Akankah Ariana berhasil menaklukkan anak remaja itu? Atau justru timbul konflik yang rumit di antara mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Widia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Semakin Nakal
Arkana keluar dari kamar mandi dengan mengenakan handuk yang masih di pinggang. Melihat tak ada Ariana di kamarnya, pemuda itu pun keluar dari kamarnya.
”Di mana kakak pengasuh itu?”
Dengan senyum nakal, Arkana mendekati Ariana yang sedang menyiapkan sarapan untuknya di meja.
”Kakak pengasuh, bukannya loe harus mengurusi keperluan gue dulu?” Titahnya yang membuat Ariana terkejut.
”Akhhhh Tuan Muda, anda tak berpakaian. Cepat pakai seragam anda dulu,” Ariana menutup wajahnya karena tak sanggup melihat Arkana yang sedang bertelanjang dada.
Arga yang baru keluar dari ruang kerjanya, emosi ketika melihat putranya yang belum berpakaian.
”Arkana, apa-apaan kamu? Cepat pakai seragammu!”
Arkana pun membalikan tubuhnya dan melihat sang ayah yang sedang marah.
”Aku kan sedang meminta pengasuh ku melakukan tugasnya, bukankah seragam pun urusannya dia,” timpal pemuda itu yang mengarahkan tangannya pada Ariana.
”Ariana, kamu sudah menyiapkan seragam untuk Arkana?” Tanya Arga dengan lembut.
”Sudah Tuan Besar, lengkap dengan dalamannya juga,” jawab Ariana sambil menundukan kepalanya.
”Kamu dengar kan Arkana ucapan dari pengasuhmu.”
”Bukankah dia juga harus memasangkan seragam padaku,” timpal Arkana dengan wajah tengilnya.
”Arkana, kau bukan bayi. Pakai seragammu sendiri,” titah Arga yang penuh dengan emosi.
”Pokoknya aku mau dia yang pakaikan seragam untukku, kalau tidak aku gak akan pergi sekolah. Bagaimana?”
Ancaman putranya membuat Arga tak bisa berkutik, dengan berat hati Arga meminta Ariana melakukannya.
”Dengan syarat, tanpa memakaikan dalaman,” pinta Ariana yang di setujui majikannya.
Arga segera duduk di meja makan, kesal dengan drama yang di lakukan oleh putranya yang nakal.
Sementara Ariana dengan berat hati harus mengikuti permintaan Tuan Mudanya.
”Saya menunggu di luar, sampai anda selesai memakai dalaman,” ucap Ariana yang berhenti di depan kamar Arkana.
”Masuk, atau gue akan melakukan hal yang tak di duga,” ancam Arkana yang membuat takut pengasuhnya.
Ariana tak bisa melawannya, dia pun segera mengikuti Arkana masuk ke kamarnya.
Ariana segera berbalik saat Tuannya memakai dalaman yang sudah dia siapkan. Rasanya marah, kesal, emosi bercampur di hatinya. Ada juga rasa sesal karena dia menerima pekerjaan ini dan menandatangani kontrak yang merugikannya.
"Jika kamu memutuskan kontrak sepihak, maka denda yang harus di bayarkan tiga kali lipat dari perjanjian honormu!"
Perkataan Arga terus terngiang-ngiang di kepala gadis itu.
”Gue sudah siap, berbaliklah!”
Perkataan tuannya membuat Ariana membalikkan tubuhnya, dan melihat Arkana yang sudah berseragam lengkap.
”Kalau begitu, bagaimana jika anda sarapan dulu tuan?” Ajak Ariana yang langsung mendapat anggukan dari tuannya.
”Saya akan menyiapkan tas sekolah anda, silakan anda jika mau turun lebih awal.”
Arkana tak menggubris perkataan Ariana, dia sendiri yang langsung mengambil beberapa buku dan memasukkan ke dalam tas nya.
”Ayo turun bareng,” ajak Arkana sambil menggenggam tangan pengasuhnya.
Ariana merasa kesulitan karena Arkana yang menarik tangannya dan turun dari tangga dengan langkah cepat.
”Arka, kamu bisa membuat anak orang celaka.”
Arga begitu emosi, putranya benar-benar membuat amarahnya memuncak. Sementara, putranya hanya duduk terdiam di meja makan seolah menunggu sesuatu.
”Kenapa diam saja Arka, makan sarapanmu itu!”
”Kakak pengasuh, suapin aku!” Pinta Arkana yang membuat Arga terkejut, begitu pula Ariana yang sedang berdiri di belakang tuan mudanya.
Dengan berat hati, Ariana meraih garpu dan pisau roti. Gadis itupun memotong kecil roti panggang di piringnya dan menusukan pada garpu, lalu dengan berat hati menyuapi Arkana.
”Hmm, enak!”
Arga nampak kesal melihat wajah tengil putranya, namun dia yakin jika Ariana pasti akan merubah sifat Arkana secara perlahan.
...~~~...
”Tuan, bawa motornya pelan saja. Jangan mengebut,” pinta Ariana pada majikannya. Mengingat malam itu saat mengantarnya, Arkana membawa motornya melaju kencang.
Arkana tak mengindahkan hal tersebut, dia membawa motornya seperti Valentino Rossi yang mencoba menyalip lawan di tikungan. Ariana hanya menggelengkan kepala, jika bukan karena kebutuhan dia pasti sudah keluar saja.
”Aku harus siapkan dulu pakaian ganti Tuan Muda.”
Ariana masuk ke kamar Arkana, merapikan tempat tidur majikannya yang berserakan. Tak lupa menyiapkan pakaian ganti untuk Arkana saat nanti pulang sekolah.
Setelah selesai, gadis itu bersantai di taman belakang dapur sambil mencoba menghubungi ibunya.
”Jadi kamu harus menginap di rumah majikanmu?” Tanya ibunya yang sedikit cemas.
”Iya bu, jangan cemas ya. Majikan aku baik lho.(Kecuali Tuan Muda),” jawabnya menenangkan perasaan ibunya.
Lama Ariana saling berbincang dengan ibunya, hingga suara mangkok yang dipukul sendok menyadarkannya.
”Permisi!”
Suara bapak-bapak dengan logat Jawa membuat Ariana menutup panggilannya pada sang ibu.
Gadis itu pun membuka pintu dan melihat seorang tukang bakso yang berdiri di depan gerbang.
”Ada apa pak? Anda mencari sesuatu?”
”Saya bukan mau mencari sesuatu, saya mau minta ganti rugi! Anak pemilik rumah ini, sudah menabrak gerobak bakso saya,” kesal bapak-bapak penjual bakso itu.
”Sebentar, saya mau ke dalam dulu,” ucap Ariana yang menghampiri Bi Ipeh, pembantu senior di rumah itu.
”Bi Ipeh, di depan ada tukang bak—”
”Si Yatno tukang bakso? Kasih saja uang dua ratus lima puluh, nanti juga pergi,” jawab Bi Ipeh yang sepertinya sudah biasa dengan hal ini.
Ariana segera keluar dan menghampiri tukang bakso itu, dia bertanya namanya untuk memastikan.
”Nama saya Yatno, kamu pegawai baru yah? Biasanya si Ipeh yang suka menghampiri saya,” ujarnya sambil menadahkan tangan.
Tak banyak bicara, Ariana memberikan sejumlah uang seperti yang di sebutkan Bi Ipeh. Tukang bakso pun pergi tanpa permisi, dan memukul mangkoknya kembali untuk menjajakan dagangannya.
”Kalau emang beneran di tabrak kan baksonya pasti kotor dan gak bisa di jual,” wajah Ariana menunjukkan keraguan pada tukang bakso.
Ariana pun menuliskan kenakalan majikannya hari ini di buku catatan yang di berikan oleh Arga.
”Kenakalan pertama, menabrak Mas Yatno pedagang bakso.”
Terdengar dari dalam suara telepon rumah yang berdering, Ariana segera masuk dan melihat Bi Ipeh yang mengangkat telepon itu.
”Ari, kamu bisa kan datang ke sekolah. Tuan Muda berkelahi di sekolah, kamu cukup bawa uang lima ratus ribu untuk bayar guru BK agar Tuan Muda tak kena skorsing.”
Penjelasan Bi Ipeh membuat Ariana mengerti, alasan Arga memberikan uang sejumlah dua juta pada Ariana.
”Jadi dana darurat ini, untuk membayar ganti rugi dan juga menyogok kenakalan anak itu,” gumam Ariana yang masih memegang uang sejumlah satu juta tujuh ratus di tangan nya.
Ariana pun bersiap menuju sekolah Arkana, supir yang sepertinya sudah bersiaga menunggu segera membukakan pintu untuk gadis manis itu.
”Kamu pegawai baru di sini?” Tanya supir yang terlihat masih muda itu. Ariana pun hanya menganggukan kepalanya.
”Semoga betah ya, saya juga sebenarnya di sini masih baru. Sekitar 5 bulanan,” timpal supir itu dengan bercerita panjang lebar.
Ariana tak menyangkal jika supir itu cukup tampan, dia sangat bingung menjawab karena salah tingkah.
”Nama kamu siapa?”
”Ariana, kalau kamu?” jawab Ariana sambil balik bertanya.
”Beni,” jawabnya sambil tersenyum.