Mia Maulida seorang wanita berusia 36 tahun dengan dua orang anak yang beranjak remaja menjalankan multi peran sebagai orangtua, isteri dan perempuan bekerja, entahlah lelah yang dirasa menjalankan perannya terbersit penyesalan dalam hati kenapa dirinya dulu memutuskan menikah muda yang menjadikan dunianya kini terasa begitu sempit, Astaghfirullahal'adzim..lirihnya memohon ampun kepadaNYA seraya berdoa dalam hati semoga ada kebaikan dan hikmah yang dirasakan di masa depan, kalaupun bukan untuknya mungkin untuk anak anaknya kelak.
Muhammad Harris Pratama seorang pengusaha muda sukses yang menikah dengan perempuan cantik bernama Vivi Andriani tujuh tahun lalu, nyatanya kini merasakan hampa karena belum mendapatkan keturunan. Di saat kehampaan yang dialaminya, tak disangka semesta mempertemukan kembali dengan perempuan cantik berwajah bening nan teduh yang dikaguminya di masa putih abu-abu. Terbersit tanya kenapa dipertemukan saat sudah memilki kehidupan dengan pasangan masing-masing?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mutiah Azzqa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
*Di masa lalu
Muhammad Harris Pratama, biasa dipanggil Aris adalah anak tunggal dari pasangan suami isteri yang berada, Ayahnya seorang pebisnis di bidang properti. Aris bersekolah di SMA Harapan Bangsa, sebuah sekolah elite swasta kalangan atas yang ada di kotanya yang lokasi sekolahnya bersebelahan dengan SMA Negeri 1 favorit di kota itu.
Pada suatu pagi, Aris terpaksa berangkat ke sekolah naik angkot. Karena motornya harus masuk bengkel setelah kemarin ia mengalami kecelakaan saat pulang main bersama temannya, motornya diserempet oleh mobil yang melaju kencang hingga ia dan temannya jatuh terpental hingga mengalami luka-luka, untungnya hanya lecet-lecet dan tidak terlalu parah. Mobil itu tak bertanggung jawab kabur begitu saja.
Aris sebenarnya tidak harus repot naik angkot untuk berangkat ke sekolah, ia bisa saja naik mobil yang ada di rumah tapi Ayahnya menyuruhnya untuk naik angkutan umum saja, sesekali Aris harus merasakan kehidupan prihatin. Tidak ingin selalu memanjakan anaknya dengan segala fasilitas dan kemudahan yang dimiliki, sang Ayah ingin mendidik anak laki-laki tunggalnya belajar lebih mandiri, tangguh, belajar tentang kehidupan orang-orang kalangan bawah, agar tidak mudah menyerah, banyak bersyukur dan mempunyai empati terhadap orang lain.
Berhubung naik angkutan umum, Aris harus berangkat lebih pagi dari rumah. Ketika sudah berada di dalam angkot, ia merasakan panas dan engap karena harus berdesakan dengan penumpang lain. Aris memilih duduk di bagian paling belakang, karena bisa leluasa memperhatikan pemandangan di sekitar jalanan yang dilaluinya dari kaca belakang angkot. Beberapa kali Angkot berhenti, saat menurunkan penumpang atau ada penumpang yang akan naik.
Sampai ada penumpang berseragam sekolah SMA yang naik dan duduk tepat di hadapannya, Aris tersenyum tipis saat memandang pemandangan indah di depan matanya, wajah gadis yang ia baca NAMANYA dari bet nama di seragam sekolahnya adalah "MIA M.." sayang kepanjangannya tidak kelihatan karena tertutup jilbabnya yang menjuntai begitu saja menutupi dadanya.
Aris terpesona memandang wajah gadis itu, kulitnya yang putih bersih dengan rona merah muda di pipi karena terkena sinar matahari, matanya indah dengan bulu mata yang lentik alami, bentuk bibirnya tipis di atas, penuh di bawah dengan garis lembut yang membelahnya di tengah terlihat simetris dan berwarna pink alami. Wajahnya polos tanpa polesan bedak dan bibirnya tanpa memakai liptint, lipbalm ataupun sejenisnya. Benar-benar cantik alami.
Sejak gadis itu duduk di depannya, sepanjang perjalanan Aris tidak lagi melihat pemandangan ke belakang atau ke arah lainnya, fokus matanya pada Mia saja yang belum diketahui bersekolah di mana, karena logo sekolah di lengannya tertutup lengan penumpang lain, sedang sisi lengan Mia yang lain menempel di bagian belakang angkot.
Saat mata Aris bertemu dengan mata Mia yang meliriknya karena mungkin merasa risih diperhatikan, Aris tersenyum sangat ramah kepadanya, tapi Mia membalasnya dengan senyum segaris yang dipaksakan dan langsung melepaskan pandangannya ke arah lain. Sehingga mengurungkan niat Aris yang ingin menyapa, sekedar memulai obrolan.
Setelah beberapa saat terdiam dalam perjalanan, akhirnya Aris harus rela turun lebih dulu dari Mia karena sudah sampai di depan sekolahnya, Aris berfikir mungkin Mia turun masih jauh, padahal Mia juga turun setelahnya beberapa ratus meter dari lokasi SMA Harapan Bangsa.
Semenjak hari itu akhirnya Aris pergi dan pulang sekolah seringnya naik angkot, hanya untuk bisa bertemu dengan gadis bening berwajah cantik itu. Walaupun sesekali tetap memilih naik motor, kalau merasa sudah kesiangan. Dan hari-hari selanjutnya dia mulai mengetahui nama lengkapnya adalah MIA MAULIDA yang ternyata bersekolah di SMA Negeri 1 tidak jauh dari sekolahnya, duduk di kelas II sama sepertinya.
Tiap hari setelah bubaran sekolah, sebelum pulang ke rumah Aris punya kebiasaan nongkrong di warung seberang sekolah Mia, di sebelahnya ada tempat fotocopy, berjejeran dengan kios penjual pulsa & aksesoris HP. Berharap bertemu Mia dan bisa pulang bareng satu angkot dengannya. Walaupun tidak setiap hari Aris beruntung bisa bertemu dengan Mia.
Susah mencari celah untuk berkenalan dengan Mia, Aris yang sudah lama mengagumi Mia dan mungkin sudah jatuh cinta dengannya mencari koneksi, berkenalan menjalin pertemanan dengan siswa siswi gaul dari sekolah Mia yang suka nongkrong juga, dengan sesekali mencari info tentang Mia dari mereka.
Di zamannya waktu SMA, HP masih termasuk barang langka yang belum dimiliki semua orang. Apalagi pelajar pada zaman itu masih beberapa gelintir orang saja yang memilikinya biasanya anak-anak orang kaya, dan tidak diperkenankan membawanya ke dalam kelas. Jadi anak-anak yang mempunyai HP masih ngumpet-ngumpet membawanya ke sekolah. Dulu HP masih kuno, masih jamannya SMS.
Aris termasuk salah satu yang memilikinya, bahkan HPnya tergolong yang kekinian karena sudah ada kameranya walaupun zaman itu masih VGA yang kualitas gambarnya masih rendah, dan ia pernah diam-diam mengambil foto Mia dari jauh tanpa ada yang tau.
Aris berteman dengan beberapa anak dari SMA Mia, mudah bagi Aris untuk bergaul dengan siapapun apalagi Aris termasuk cowok yang banyak diincar cewek-cewek, sudah ganteng tajir juga.
Apalagi Aris tunggangannya keren, kalau ia bawa motor tidak ada cewek yang menolak untuk diajak jalan. Tapi sulit baginya mendekat ke Mia, tidak memiliki kesempatan karena kebiasaan Mia kalau pulang sekolah ya langsung pulang, tidak pernah nongkrong dulu, atau jajan dulu di depan sekolah seperti yang lain. Anaknya pendiam, kalem, kelihatan lempeng banget dan cewek baik-baik yang nggak suka macam-macam.
Sedangkan Aris termasuk cowok gaul yang tidak lempeng-lempeng banget, dia merokok dan juga pacaran saat SMA beberapa kali putus nyambung dengan beberapa cewek, bahkan pernah jadian dengan dua cewek sekaligus, ya..bisa dibilang termasuk playboy. Tapi ia tidak bisa berhenti mengagumi Mia, walaupun sulit dijangkaunya.
Pacaran buat Aris sebagai hiburan dan kesenangan saja, asal ia tahu batasan dan tidak kebablasan sampai merusak atau menghamili anak orang. Ia juga tidak bodoh yang mau mempertaruhkan masa depannya, mimpinya dan kehormatan orang tuanya. Walaupun cewek kadang bikin ribet tapi selagi masih wajar, masih bisa dimakluminya. Selama ini ia berfikir pacaran masih untuk senang-senang, tidak serius untuk dijadikan pendamping hidup apalagi dia masih SMA. Tapi Aris berfikir suatu saat kalau ia menikah, ingin mendapatkan jodoh seorang perempuan baik-baik seperti Mia Maulida, yang cantiknya luar dalam.
Salah satu teman tongkrongan Aris yang bernama Yuni Septiani adalah teman sekelasnya Mia di kelas III, waktu kelas I dan II belum pernah sekelas. Ya..sudah setahun Aris mengagumi Mia tanpa bisa mendekatinya, sekarang sudah masa-masa akhir SMA, ia berniat mendekati Mia lewat Yuni karena Mia tidak punya HP, ia sering menitip salam untuk Mia lewat Yuni. Bisa dibilang Yuni adalah jembatannya untuk mendekati Mia.
Beberapa kali Aris menulis surat untuk Mia yang dititipkan ke Yuni, berharap ada balasan dan respon dari Mia. Aris menulis surat untuk memperkenalkan dirinya, mengajak ketemuan di depan Sekolah, sampai pada surat yang terakhir Aris mengungkapkan perasaan kekaguman dan rasa sukanya terhadap Mia.
Tapi tanggapan Mia biasa aja, menurut cerita Yuni kelau Mia tidak tertarik sama sekali pada Aris, membuat hatinya terasa sakit baru pertama kalinya dia ditolak cewek. Aris yang biasanya dikejar dan diperhatikan banyak cewek, ini malah ditolak cintanya. Tapi Aris bilang ke Yuni tidak percaya itu, karena dia belum pernah mendapat surat balasan sekalipun dari Mia. Tapi kemudian dia mendapatkan surat balasan itu, yang Yuni bilang dari Mia, isinya permintaan maaf karena Mia tidak tertarik untuk pacaran.
Sejak saat itulah Aris berhenti berharap kepada Mia, walaupun ia tidak pernah berhenti mengaguminya. Aris lebih menyibukkan diri untuk persiapan ujian akhir SMAnya dan berharap suatu saat ada kesempatan untuk mendekati dan mendapatkan Mia yang entah itu kapan Arispun tidak tau.