NovelToon NovelToon
Memiliki Bayi Bersama Pria Yang Kubenci

Memiliki Bayi Bersama Pria Yang Kubenci

Status: tamat
Genre:Tamat / Nikahmuda / Single Mom / Nikah Kontrak / Pengganti / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:7.6k
Nilai: 5
Nama Author: khayalancha

Jenar dan Gena bertemu di Pantai Pangandaran. Mereka sedang terluka hatinya dan saling menyembuhkan satu sama lain. Namun di hari terakhir Gena mendengar pembicaraan Jenar dan sahabatnya di telepon. Jenar mengatakan bahwa Ia hany mengisi hatinya dan tidak menganggap serius. Gena sakit hati karena Ia menyukai Jenar. Pergi tanpa mengatakan apapun. Jenar merasa juga dibodohi Gena. Lalu memang takdir tak bisa ditolak, Kakak mereka jodoh satu sama lain dan akan menikah mereka diperkenalkan sebulan sebelum pernikahan sebagai calon ipar. Walaupun saling membenci, mereka tahu bahwa ini demi kebahagian Kakak yang mereka sayangi. Berpura-pura tidak saling mengenal. Tanpa berkata apapun. Sembilan bulan kemudian saat musibah terjadi, saat Kakak mereka kecelakaan dan meninggalkan seorang bayi. Mereka mau tidak mau harus bersama, mengurus keponakan mereka. Dan saat itulah cinta mereka bersemi kembali. Apakah ini sebuah takdir dengan akhir bahagia atau hanya luka lama yang terbuka lagi? -You Never Know What Happen Next-

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon khayalancha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8 - Hilang Tanpa Bilang

Sinar kemerah-merahan menghiasi potret senja yang selalu menawan. Sepasang manusia tampak berjalan menelusuri pasir pantai, menikmati senja yang teramat indah di perjalanan pulang. Sampai akhirnya langkah mereka harus terhenti karena kini mereka sudah sampai di depan penginapan.

Jenar menggerak-gerakkan kakinya gelisah. Rasa canggung kembali mendera. Memikirkan perpisahan yang di ambang mata nyatanya membuat dua manusia itu larut dalam pikiran masing-masing. Hingga selama di perjalanan tadi keduanya lebih banyak diam dan murung.

“Jenar.”

“Gena.”

Keduanya sama-sama serentak memanggil nama masing-masing. Mereka lantas terkekeh karena mengira ini kebetulan.

“Kamu duluan,” suruh Gena.

“Enggak. Kamu aja. Mau bilang apa?” balas Jenar.

Gena berpikir sejenak. Apa ini saat yang tepat memberikan kalung tadi? Memantapkan niatnya, akhirnya ia rogoh saku celana tempat ia menyimpan kotak beludru itu. Lantas ia ambil kotak tersebut, dan ia ulurkan ke udara.

Binar mata Jenar terekam jelas dalam benak Gena. Gadis itu tampak takjub.

“Ini ... apa, Ge?”

Gena lantas membuka kotak perhiasan itu hingga menampilkan sebuah kalung yang ia beli tadi. Kalung yang sangat indah. Permatanya tampak berkilau terkena cahaya matahari senja.

“Aku tadi beliin ini buat kamu. Ya ... anggap aja buat kenang-kenangan. Kan besok kita udah nggak di sini lagi,” kata Gena dengan nada sedih.

“Serius buat aku?” tanya Jenar tak percaya.

“Iya. Aku beli khusus buat kamu. Kamu nggak mau ya?”

Jenar langsung menggeleng. Ia berbalik badan, lantas menunjuk ke arah lehernya. “Pakein!” pintanya.

Maka dengan senang hati Gena memakaikan kalung itu ke leher jenjang Jenar. Bibir Gena mengukir senyum saat kalung cantik itu sudah terpasang di sana. Hatinya menjadi berbunga-bunga karena Jenar menerima pemberiannya.

“Cantik,” puji Gena.

Jenar lantas mengusap liontin kalung itu. Ia berbalik badan, dan tersenyum ceria pada Gena. “Makasih ya! Harusnya kamu bilang mau beliin aku sesuatu. Tau gini tadi aku pasti beliin kamu juga. Sorry, ya, jadinya kamu yang ngasih aku sepihak,” kata Jenar merasa bersalah.

“Nggak masalah. Aku nggak minta kado apa-apa,” jawab Gena.

“Sekali lagi makasih. Kalungnya bagus banget. Kamu tau aja aku suka yang berkilau kayak gini.”

Gena tersenyum mengamati cara Jenar bicara. Sangat cantik dan unik di matanya.

‘Besok kita udah nggak ketemu lagi. Jujur aku sedih,” kata Jenar.

Gena pun merasakan hal yang sama. Oleh karena itu ia galau sepanjang jalan tadi.

“Kita ... masih bisa ketemu ‘kan?” tanya Gena, memastikan. Pertanyaan itu keluar begitu saja di mulutnya.

“Tentu. Kita masih bisa ketemu. Nomor aku udah kamu catat kan? Ya kita bisa komunikasi,” jawab Jenar meyakinkan.

“Oke. Nanti aku hubungi,” sahut Gena.

Setidaknya, ada kelegaan di hati Gena setelah Jenar mengatakan itu. Karena sejujurnya, sejak ciuman mereka malam itu, Gena semakin jatuh pada Jenar. Dan ia terlalu takut mereka tidak memiliki kesempatan lagi....

Tekad Gena, selepas dari tempat ini, ia ingin mendekati Jenar lebih dalam. Dekat dalam arti mengajak perempuan itu ke tahap serius ....

Di kamarnya, Gena kelimpungan mencari paper bag berisi gantungan kunci yang akan ia berikan pada karyawannya. Sudah ia cari ke seluruh penjuru kamar, namun paper bag itu tidak kunjung ditemukan.

Gena jadi ingat kalau tadi ia menggabungkan souvenirnya dan souvenir milik Jenar. Ah, pasti punyanya terbawa oleh Jenar, pikirnya.

Maka Gena pun keluar dari penginapannya dan pergi ke penginapan Jenar. Sekalian untuk ketemuan....

Ya. Gena senang jika dirinya memiliki momen untuk bertemu dengan Jenar entah itu sengaja atau ketidaksengajaan.

Gena mempercepat langkahnya. Ia tidak perlu memakai kendaraan karena jarak penginapannya dengan Jenar tidak terlalu jauh. Dan sesampainya di depan pintu, Gena berniat mengetuk pintu—

“Ya enggak lah. Gila aja lo. Mana mungkin gue naksir secepat itu sama cowok? Ya anggap aja lah cowok ganteng itu gue pakai buat have fun. Hitung-hitung pelarian biar bisa move on dari Abang lo.”

Gerakan tangan Gena terhenti kala mendengar suara itu. Itu jelas suara Jenar. Dan sepertinya gadis itu sedang telfonan dengan sahabatnya.

Mendadak rasa bahagia di hati Gena memudar, berganti rasa sakit yang cepat menyebar ke tenggorokannya. Lama Gena bermenung, mencerna semua kata-kata yang ia dengar tadi. Besar harapan Gena jika ia salah dengar. Namun satu kalimat lagi yang terdengar dari dalam sana membuat Gena yakin kalau saat ini yang didengarnya nyata adanya ....

“Hana, udahlah. Gue beneran nggak semurahan itu. Hubungan kami cuma simbiosis mutualisme. Dan gue pribadi bener anggap dia sebagai pengisi kekosongan. Lo nggak perlu bawel gitu sama gue. Kita ketemu besok pokoknya. Oke?”

Detik itu juga jantung Gena kehilangan fungsi selama satu detik. Rasanya sakit seperti ditusuk belati tajam. Tangan Gena mengepal, pandangannya lantas kosong.

‘Ternyata dia cuma anggap semua ini hiburan?’

‘Gue cuma sekedar pelarian buat dia. Pelarian biar dia bisa move on.’

‘Harusnya gue nggak usah pakai perasaan. Gue yang salah udah berharap lebih sama orang yang baru gue kenal.’

‘Tapi kenapa rasanya sesakit ini? Kenapa sakit, Tuhan?’

Gena memegangi dadanya. Ada gelombang gemuruh yang siap menghantam dinding perasaannya.

Tanpa Jenar tahu, Gena akhirnya pergi dari penginapan itu tanpa meneruskan niatnya untuk mengambil barang yang ketinggalan. Lelaki itu pergi bersama harapannya yang menguap begitu saja.

Dan Jenar tidak pernah tahu itu ....

Sudah pukul delapan pagi, Jenar merapikan seluruh barang bawaannya karena sebentar lagi ia akan check out dari hotel ini.

Di saat ia memeriksa barang belanjaannya, terdapat satu paper bag yang ia yakini bukan miliknya. Jenar menepuk jidat. Ia baru ingat jika paper bag ini adalah kepunyaan Gena. Karena ceroboh ia membawa paper bag itu. Pasti sekarang Gena kelimpungan mencarinya. Begitu yang Jenar pikirkan.

“Gue samperin aja deh. Sekalian pamit,” kekeh Jenar.

Sempat-sempatnya ia berdandan agar penampilannya terlihat menarik di mata Gena.

Setelah selesai berdandan, Jenar pun pergi menghampiri Gena ke penginapannya. Ternyata, saat sudah sampai di penginapan itu, Jenar malah mendapati kamar Gena kosong. Timbul keresahan di benak Jenar.

“Apa dia udah pergi ya? Tapi kok nggak pamit?” celetuk gadis itu resah.

Alhasil Jenar mengambil ponsel dan mencoba menghubungi Gena. Akan tetapi, saat ia masuk ke chatroom lelaki itu, Jenar terkejut mendapati foto profil Gena memutih. Namun Jenar masih berusaha positif thinking. Mungkin saja Gena tidak berniat memakai foto profil.

Maka ia kirimkan pesan pada cowok itu—

Kamu udah pulang? Kok nggak pamit?”

Send!

Betapa terkejutnya Jenar melihat pesan-pesan itu ceklis. Detik itu juga Jenar baru sadar jika Gena ... memblokir kontaknya.

Jenar yang tidak tahu salahnya itu malah kesal bukan main dan menganggap Gena mempermainkan dirinya.

“Ternyata semua cowok sama aja!”

1
Wirda Wati
😇😇😇😇😇😇
Wirda Wati
😭😭😭😭😭😭
Wirda Wati
semoga mereka bersatu
Nur Adam
lnjur
Wirda Wati
😂😂😂😂
Wirda Wati
nikah aja Jenar sama gena kan aman
Wirda Wati
cari baby siter aja....dan pembantu
Wirda Wati
🥰🥰🥰🥰
Wirda Wati
😂😂😂😂😂😂
Wirda Wati
senang dg ceritamu thort
Wirda Wati
semoga baik baik saja
Wirda Wati
😂😂😂😂
Wirda Wati
ya kamu juga sih ngomongnya sembarangan.
hanya mengisi kekosongan dan move on.
siapun pasti kesal dengarnya.
Wirda Wati
sebenarnya mereka serasiii...
Wirda Wati
cepat kali....
cinta atau obsesi
😇😇😇
Wirda Wati
cinta kilat namanya😂
Wirda Wati
semoga hubungan mereka berkelanjutan..
Wirda Wati
kereeen thort
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!