Setelah bertahun-tahun pasca kelahiran pangeran dan putri bungsu, mereka tetap berusaha mencari pelaku pembunuh sang ratu. Hidup atau mati! Mereka ingin pelakunya tertangkap dan di hukum gantung!Dapatkah para pangeran dan putri menangkap pelakunya?
*update setiap Minggu!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mailani muadzimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Liam Elle de Dandelion si Pangeran Ketiga
Liam mengangguk, “ya…” jawab Liam sambil tersenyum.
Tiba-tiba dada Liam begitu sesak dan pandangannya kabur. Dalam sekejap, Liam pingsan begitu saja. Namun bukan Gideon namanya jika tidak gesit, dia sigap menangkap tubuh Liam yang limbung.
“Ah, Yang Mulia!” seru kepala koki kaget.
“Dasar Yang Mulia, padahal sudah ditawari untuk digendong saja…” omel Gideon sambil
menggendong tubuh Liam.
“Lain kali kita paksa saja dia agar mau digendong, bagaimana?” ajak Lyrien serius sambil memasang masker nebulizer pada Liam.
Gideon mengangguk, “ide bagus.” katanya.
Kepala koki semakin kaget karena melihat respon Gideon dan Lyrien yang sama-sama penjaga Pangeran Ketiga ini, bisa-bisanya mereka sesantai itu padahal seorang pangeran baru saja pingsan.
Tentu saja, mereka memang sudah terbiasa dengan Liam yang sering pingsan.
“Ah, kepala koki, jangan khawatir. Kami akan membawanya ke kamar…” ucap Lyrien.
Sementara itu Gideon sudah jalan duluan sambil menggendong Liam.
Lyrien menyusul di belakangnya meninggalkan kepala koki yang masih tertegun di sana.
Setibanya di kamar, Liam dibaringkan di tempat tidur. Mereka membiarkan Liam
beristirahat. Lyrien berjaga di dalam kamar, sedangkan Gideon mengawal Liam di luar kamar.
Pekerjaan Gideon sebenarnya tidak terlalu berat. Berbeda dengan Zayden yang adalah Putra Mahkota atau Ezra yang Pangeran Kedua, Liam sebagai Pangeran Ketiga lebih banyak menghabiskan waktunya di istana, sekitar perpustakaan, kamar, ruang makan keluarga, ruang rapat, dan taman istana kalau kondisinya sedang baik.
Liam dilarang mengikuti banyak kegiatan karena asmanya. Jadi Gideon pun tidak capek mengikuti Liam kemana-mana. Namun, sebagai pengawal, Gideon tahu betul kalau Liam sebenarnya anak yang aktif.
Liam sadar lima belas menit usai dibaringkan di kasur. Dia melihat langit-langit kamarnya sebentar, menyadari keberadaan Lyrien di sisinya, lalu tidur lagi. Hari itu Liam akhirnya hanya di kamar dan tidak bisa ikut makan malam bersama karena kondisinya yang tidak memungkinkan.
“Apakah asma Liam kambuh lagi?” tanya Raja Finn saat melihat kursi Liam di meja makan kosong.
Semua anggota keluarga sudah berkumpul untuk makan malam bersama. Saat itu Ratu Harika masih bisa ikut makan malam bersama meski kondisinya perlahan semakin melemah.
Kepala pelayan segera menjawab pertanyaan Raja Finn, ragu-ragu dia mendekat, “benar, Yang Mulia. Makan malam Pangeran Liam sudah di antarkan ke kamarnya. Sejak siang kondisi Pangeran Liam tidak begitu baik, sore ini beliau juga mulai demam…” ucap Hans.
Hans adalah kepala pelayan istana terpercaya dan sangat menyayangi anak-anak Raja dan Ratu Dandelion.
Mendengar jawaban Hans, Raja Finn mengangguk pelan. Zayden dan Ezra saling lirik.
Sebenarnya ini biasa terjadi, namun mereka tetap khawatir dengan keadaan Liam setiap kali asma Liam kambuh. Sejak bayi, Liam sudah didiagnosa terkena asma. Ini bukan penyakit yang tiba-tiba muncul, tapi memang penyakit yang diturunkan oleh para raja terdahulu. Sudah menjadi rahasia umum kalau salah satu anak keturunan raja akan menderita penyakit ini. Raja Terdahulu juga menderita penyakit asma, namun ringan. Jika dibandingkan dengannya, kondisi Liam lebih parah.
Sementara itu Raja Finn tidak mengidap penyakit ini, namun adiknya yang bernama Calantha lah yang menderita penyakit asma. Putri Calantha sudah meninggal dunia karena asma yang dideritanya, namun sebelum itu dia telah menikah dengan Duke Theo Blackwood dan telah memiliki dua anak.
“Nanti aku akan memeriksa kondisi Liam,” ucap Zayden sambil mengunyah makanannya.
“Tidak, Zayden. Biar Mama saja…” sahut Ratu Harika.
“Tidak apa-apa, Mama. Aku juga ingin memastikan kalau Liam memakan makan malamnya.”
“Kita semua akan ke kamarnya nanti,” ucap Raja Finn tiba-tiba.
Usai makan malam yang singkat, mereka berempat segera ke kamar Liam. Sudah diduga, Liam belum menyentuh makan malamnya sedikit pun dan suara batuknya memenuhi kamar.
“Liam, kau harus makan…” bujuk Ezra.
“Aku tidak mau makan apapun,” jawab Liam lemah.
“Ayolah, Liam… bagaimana kau akan sembuh kalau tidak mau makan?” tambah Zayden.
“Putraku, apa kau tidak bisa menelan makanannya?” tanya Raja Finn cemas.
“Tenggorokanku tidak nyaman, Papa. Napasku sesak…” jawab Liam sambil terbatuk-batuk.
Wajah Liam pucat dan dia kelihatan sulit bernapas.
“Kalian belum memanggil dokter?” sergah Raja Finn pada dayang dan pelayan yang berdiri di sana.
“K-Kami sudah memanggil dokter, Yang Mulia. Akan tetapi, dokternya sejak tadi masih belum sampai…” jawab salah satu dari mereka takut-takut.
“M-Mungkin sebentar lagi dokternya akan tiba, Yang Mulia.” sambung pelayan lain.
“Apa ucapan kalian bisa dipercaya? Tidak biasanya dokter istana datang terlambat. Kalau sampai terjadi sesuatu pada Liam, tidak hanya dokter istana yang akan kuhukum, tapi kalian semua akan kehilangan kepala kalian!” cecar Raja Finn tajam.
Semua pelayan dan dayang tertunduk ngeri, wajah mereka mendadak pucat dan berkeringat.
Sementara itu Ratu Harika sibuk memperhatikan Liam, dia mengusap punggung Liam dan membimbingnya untuk bernapas.
“Liam, bernapaslah pelan-pelan.” ucap Ratu Harika dengan lembut.
Liam sudah tidak bisa bicara lagi, kini napasnya benar-benar sesak dan hanya soal waktu Liam pingsan. Namun beruntungnya, dokter istana akhirnya tiba. Dokter istana datang dalam keadaan lusuh, bajunya kotor dan ada luka lecet di wajahnya seperti habis diserang sesuatu.
Dokter istana tidak punya waktu untuk menjelaskan alasan keterlambatannya itu, melihat tatapan mata Raja Finn dan Ratu Harika, dokter istana segera melakukan pengobatan.
“Yang Mulia, saya akan memakaikan nebulizer dan mengalirkan obat melalui infus…” ucap dokter istana sambil memasangkan nebulizer pada Liam.
“Apakah putraku akan baik-baik saja?” tanya Ratu Harika saat melihat Liam mati-matian bernapas.
“Iya, Yang Mulia. Saya akan memastikan Yang Mulia Pangeran Ketiga baik-baik saja…”
“Apa yang terjadi padamu, Cedric? Kenapa kau terlambat? Lalu apa-apaan pakaianmu ini? Kau tahu kalau Liam punya asma, kan? Bagaimana jika kondisinya fatal?” cecar Raja Finn kesal.
“Maafkan saya, Baginda. Sebenarnya, ketika saya hendak keluar dari Menara Medis Dandelion, saya diserang oleh kawanan monster bulu dengan mata merah dan gigi yang tajam. Awalnya, mereka tidak menunjukkan tanda bahaya dan saya menyentuhnya karena menganggap itu hewan yang tidak berbahaya. Namun, tiba-tiba mereka berubah menjadi monster dan membuat saya jadi seperti ini.” ucap Cedric takut-takut.
Cedric Forestheart adalah dokter istana yang ternama dan mumpuni, dia berasal dari kalangan rakyat biasa dan seluruh keluarganya tinggal di daerah Hutan Dandelion. Keturunan Forestheart sudah bertahun-tahun menjadi pengurus Menara Medis, banyak dokter berasal dari keturunan mereka.
“Monster bulu? Maksudmu Snarfluff?” tanya Zayden cepat. Dahinya mengernyit.
“S-Snarfluff? Saya tidak yakin, Yang Mulia. Selama ini saya belum pernah bertemu monster itu,” jawab Cedric ragu.
“Jika benar itu Snarfluff, artinya istana sedang dalam bahaya.” ucap Zayden panik.
“Panggil semua ksatria yang berada di asrama! Bawa mereka ke Menara Medis untuk bertarung dengan Snarfluff!” titah Raja Finn.
Ajudan Raja Finn, Lysander Everett segera bergegas ke asrama ksatria dan menyampaikan titah Raja Finn.
“Istriku, kembalilah ke kamar. Biar aku yang mengurus ini,” ucap Raja Finn lembut.
Ratu Harika menggeleng, “Tidak. Aku akan tetap di sini menjaga Liam.”
“Tapi tubuhmu juga lemah, kau tidak boleh begadang.” Raja Finn mengingatkan bahwa saat ini Ratu Harika pun juga sedang sakit, dia tidak boleh begadang terlalu sering.
“Mama, benar yang dikatakan Papa. Biar aku yang menjaga Liam,” ucap Ezra kemudian.
“Tidak, Ezra. Besok kau dan Zayden harus sekolah. Bukannya kau ada kuis tentang obat penyembuh besok di akademi?” tolak Ratu Harika.
“Zayden, kembalilah ke kamar. Kau juga akan ujian latih tanding dengan Sir Gladius Wystan kan?” sambungnya.
“Mama, kuis bisa ditinggalkan kapan saja. Memangnya ada yang lebih penting daripada kondisi Liam saat ini? Lagipula Profesor Julian tidak akan marah padaku jika tidak ikut satu kuis saja, ” desak Ezra.
“Benar, Mama. Aku juga bisa ikut ujian latih tanding susulan. Setidaknya, jika aku tidak boleh menjaga Liam. Izinkan aku untuk membantu Papa,” ucap Zayden keras kepala.
Ratu Harika menghela napas, “Baiklah. Zayden, kau boleh ikut Papa.”
Raja Finn menatap istrinya lamat-lamat, bibirnya ingin mengomeli Ratu Harika agar tidak keras kepala dan istirahat saja ke kamar. Namun, dia tahu jelas sifat istrinya dan urung mengutarakan omelannya.
“Kau tidak boleh memaksakan diri.” ucap Raja Finn akhirnya.
Ratu Harika mengangguk.
Keduanya bertatapan sebentar. Raja Finn mengecup kening Ratu Harika, lalu mengecup kening Liam sebelum benar-benar pergi ke Menara Medis bersama Zayden.
Setelah Raja Finn dan Zayden meninggalkan kamar Liam, tersisalah di sana Ratu Harika, Ezra, Cedric, beberapa dayang dan pelayan, juga Gideon dan Lyrien.
“Ezra, kau boleh ikut menjaga, tapi kau juga harus sambil belajar untuk persiapan kuis.” ucap Ratu Harika tegas.
“Baiklah. Kyrus, tolong ambil buku-bukuku di kamar dan bawa ke sini!” titah Ezra pada Kyrus, pelindung sucinya.
Kyrus bergegas ke kamar Ezra dan dalam sekejap, sudah tersedia buku-buku di meja kamar Liam. Ezra duduk di sofa sambil membaca dan sesekali melihat kondisi Liam.
Sementara itu, Ratu Harika menyuruh dayang dan pelayan lain untuk keluar saja. Gideon juga disuruh mengawal di luar kamar. Sedangkan Kyrus dan Lyrien berjaga di dalam kamar dengan menggunakan mode menghilang.
Lyrien yang adalah pelindung spirit suci, secara khusus memiliki ikatan dengan Liam, jika Liam kesakitan, maka sebenarnya Lyrien juga bisa merasakannya. Sama seperti saat asmanya Liam kambuh, Lyrien juga merasakan tidak nyaman di dadanya, namun tidak separah kondisi Liam, dia hanya sekedar bisa merasakan.
Malam itu kondisi Liam memburuk, napasnya tidak membaik meski sudah dilakukan pengobatan. Akhirnya, Dokter Cedric memasangkan selang oksigen ke hidung Liam dan dipakaikan pula nebulizer lagi agar Liam bisa menghirup obatnya melalui mulut.
Untungnya, dalam waktu satu jam, perlahan pernapasan Liam mulai stabil. Ezra benar-benar khawatir dengan adiknya itu, dia bahkan sempat menangis. Sementara Ratu Harika terlihat yang paling tegar, meski sorot matanya menyiratkan kekhawatiran yang mendalam.
Pukul dua dini hari, setelah memastikan kondisi Liam stabil, Dokter Cedric baru berani undur diri kembali ke Menara Medis. Sementara itu Ezra sudah tertidur di sofa, Ratu Harika menyelimutinya dengan lemah lembut. Buku Ezra berserakan di kamar Liam, dia benar-benar belajar, meski tadi sempat menangisi adiknya. Ezra juga pasti kelelahan, meski kekuatan penyembuh Ezra tidak banyak membantu, tapi dia juga ikut berusaha menjaga Liam dan mengontrol kondisinya dengan kekuatan penyembuh.
Ratu Harika duduk di samping ranjang Liam. Saat itu Liam juga sudah nyaris tertidur karena obat dari Dokter Cedric. Mata Liam yang sayu mengerjap-ngerjap, Ratu Harika mengusap lembut kepala Liam sambil tersenyum. Berkat kehangatan tangan Ratu Harika, Liam pun akhirnya bisa tidur.
“Cepat sembuh, putraku…” bisik Ratu Harika di telinga Liam sambil memegang tangannya yang masih diinfus.
Beberapa saat kemudian, Ratu Harika pun akhirnya juga tertidur, kepalanya bersandar di kasur Liam.
Malam itu berjalan tenang di kamar Liam, berbanding terbaik dengan kondisi di Menara Medis.
Setelah memastikan Dokter Cedric berlindung di ruangan yang aman bersama para perawat lain, Raja Finn, Putra Mahkota Zayden, dan belasan ksatria sedang sibuk bertarung melawan monster bulu, Snarfluff. Itu menjadi malam yang panjang, kesemua monster Snarfluff berhasil dikalahkan setelah pukul tiga dini hari.
“Zayden, bersihkan tubuhmu dan segera tidur. Kau harus tetap mengikuti ujian besok.” titah Raja Finn usai membantai habis monster Snarfluff.
Di sekitar kawasan Menara Medis, banyak sekali bangkai Snarfluff yang berlumuran darah bertebaran.
Zayden mengangguk, “baik, Papa.” jawabnya.
Lalu dengan dikawal oleh Sir Calix dan Earl, Zayden bergegas kembali ke kamarnya.
Selain Zayden, tentu saja yang lainnya tetap membersihkan lingkungan kerajaan dan Menara Medis dari bangkai monster Snarfluff dan darahnya.
“Cepat bersihkan dan buang bangkainya! Jangan sampai Liam melihat ini!” titah Raja Finn pada para ksatria dan prajurit, bahkan pelayan pun ikut serta membersihkan.
Liam tidak bisa melihat hal-hal menyeramkan seperti ini, dia bisa stress dan itu memicu asmanya untuk kambuh.
“Baginda, tampaknya Snarfluff bisa masuk ke kawasan istana karena kubah pelindung sebelah timur yang berdekatan dengan Menara Medis terbuka.” lapor Lysander setelah memeriksa keseluruhan bagian istana demi mencari tahu lokasi Snarfluff bisa masuk ke dalam penjagaan istana yang ketat.
Raja Finn kaget mendengarnya, “bagaimana mungkin? Bukankah kubah pelindung sudah dipasang oleh Guardian langsung? Apa ada penyusup di antara kita yang berani membuka segel kubah? Hanya penghuni istana yang bisa membukanya!” ucap Raja Finn kesal.
“Itu… tampaknya Snarfluff punya kekuatan aneh, Baginda.” jawab Lysander.
“Kekuatan aneh bagaimana? Apa kau sudah memastikan kita tidak kedatangan penyusup?” desak Raja Finn sambil mengernyitkan dahi.
“Ya, tidak ada orang yang mencurigakan di antara para ksatria dan pelayan, juga dari para perawat. Tapi Baginda, saat para ksatria membereskan bangkai Snarfluff, mereka mendapati jantung Snarfluff yang menyala terang. Ketika mereka mencoba membawa jantung itu untuk dibuang bersama bangkai Snarfluff dan melewati kubah pelindung, kubah pelindung malah rusak. Saya pikir Snarfluff bisa menerobos kubah pelindung karena jantungnya,” jelas Lysander.
“Bawa jantung Snarfluff itu padaku!” titah Raja Finn.
“Ini, Baginda.” jawab Lysander sambil memberikan jantung Snarfluff yang sudah ditaruh di dalam kotak kayu.
Raja Finn terbelalak kaget saat melihat jantung Snarfluff yang menyala terang, warnanya merah dan memancarkan mana sihir hitam yang kuat. Sekali lihat saja, Raja Finn sudah tahu kalau di dalam jantung Snarfluff terdapat banyak mana sihir hitam yang berbahaya dan sangat berlawanan sifatnya dengan kekuatan spirit Guardian.
“Selidiki darimana Snarfluff berasal. Selain itu, cari tahu juga apakah sebelumnya ada orang yang memelihara makhluk ini.” titah Raja Finn lagi.
“Baik, Baginda.” jawab Lysander.
Sementara itu di saat yang sama, ketika Raja Finn dan Lysander tengah sibuk membicarakan pelaku perusakan kubah pelindung, spirit cahaya bernama Lux sedang menemui Liam di alam mimpi.
Saat itu Liam yang sedang tidur tahu bahwa itu bukan mimpi biasa. Liam dan para spirit yang sudah menjalin kontraknya bisa saling menemui dengan berbagai macam cara. Jika sang pemilik kontrak sedang tidak sadarkan diri, maka spirit yang menjalin kontrak dengannya bisa menemui si pemilik dengan masuk ke alam mimpi. Malam itu Lux datang membawa kabar baik.
“Liam, aku membawa kabar baik. Ini tentang kutukan sihir pelemah.” ucap Lux girang.
“Katakan padaku, Lux. Apa yang kau temukan?” tanya Liam antusias.
“Ada satu cara yang bisa menghambat kutukan Sihir Pelemah dalam waktu yang cukup lama. Namun, jika menimbang kondisimu yang lemah karena punya asma dan usiamu yang masih terlalu muda, mungkin kau akan sangat kelelahan dan sakit. Selain itu, cara ini hanya bisa menghambat penyebaran kutukannya selama paling lama setahun. Setelah itu, kutukannya akan menyebar kembali seperti biasa. Apa kau mau melakukannya?” jelas Lux serius.
“Tidak apa-apa, aku akan melakukan apapun demi Mama. Setidaknya aku bisa bersama Mama lebih lama lagi, Lux.” ucap Liam semangat.
“Jika kau yakin, kita bisa melakukannya sekarang, aku akan menyalurkan kekuatanku
padamu. Saat ini Ratu Harika sedang menggenggam tanganmu, ini saat yang tepat untuk mengirim cahaya pemulih ke tubuhnya.” ucap Lux tegas.
“Iya, aku yakin. Ayo kita lakukan!” jawab Liam serius.
“Aku peringatkan sekali lagi, Liam. Jika melakukan ini, kau mungkin akan sangat kelelahan dan kesakitan. Kau bisa tidak sadarkan diri selama dua bulan atau bahkan lebih, kekuatan cahaya penyembuh membutuhkan banyak energi. Ditambah lagi, sekarang kau sedang sakit, ini bisa saja mengurangi efektivitas pemulihan penyakitmu. Selain itu, aku juga perlu pemulihan usai mengeluarkan cahaya pemulih, jadi aku juga tidak bisa membantu memulihkan staminamu. Kita hanya bisa memakai kekuatan ini sekali. Jika gagal, kita akan dirugikan satu sama lain. Biasanya, kekuatan ini digunakan dalam keadaan terdesak untuk mengobati luka parah, misalnya kita bisa menyembuhkan lima puluh ribu orang yang terluka akibat perang, tapi karena ini persoalan kutukan sihir pelemah, kekuatan penyembuh luka untuk lima puluh ribu orang itu hanya bisa digunakan untuk menghambat kutukannya selama setahun. Dalam setahun, Ratu Harika yang sudah terkena kekuatan cahaya pemulih akan tampak bugar, namun jika efeknya sudah habis, kondisi Ratu Harika akan
melemah lagi.” Lux menjelaskan dengan serius pada Liam. “Apa kau akan tetap melakukannya, Liam?” sambung Lux cepat.
“Iya. Aku akan tetap melakukannya, jadi ayo kita lakukan.” Liam menjawabnya dengan mantap.
Lux tersenyum tipis, “aku suka sifatmu yang bersemangat itu, kau memang seorang pangeran. Baiklah, pejamkan matamu dan konsentrasilah.” katanya.
Lux kemudian menyalurkan kekuatan cahaya pemulihnya pada Liam yang sudah memejamkan mata.
“Tahan, ya. Ini akan sedikit memberatkan tubuhmu.” ucap Lux bersamaan dengan aliran kekuatannya.
Lux mengalirkannya melalui punggung Liam, dan dalam sekejap cahaya putih berpendar bersamaan dengan angin segar yang terasa hangat. Akan tetapi, efek penyaluran kekuatan cahaya pemulih itu sungguhan memberatkan tubuh Liam.
Liam mengaduh tertahan karena rasa sakit yang dia terima. Perlahan, angin hangat tadi berubah menjadi panas, itu adalah tanda bahwa kekuatan cahaya pemulih Lux yang besar telah disalurkan sepenuhnya ke tubuh Liam. Saking panasnya, Liam sampai merasakan sakit dan sesak pada dadanya. Untungnya, proses penyaluran kekuatan cahaya pemulih itu tidak membutuhkan waktu yang lama. Di saat bersamaan, saat ini di alam nyata, Liam yang sedang tertidur itu menyalurkan kekuatan cahaya pemulihnya melalui tangan Ratu Harika yang memegang tangannya.
Cahaya berpendar dari tubuh Liam dan membuat kedua penjaga suci menyadarinya.
“Apa yang sedang terjadi pada Liam? Kenapa tubuhnya bercahaya saat tidur? Apa ini biasa terjadi padanya karena dia pengendali spirit cahaya?” tanya Kyrus, penjaga Ezra yang ada di sana. Saat ini Kyrus sedang berada di wujud phoenix kecil untuk menghemat energi.
Lyrien terkejut. “Tidak. Liam, jangan lakukan itu!” cegahnya. Lyrien saat itu juga sedang berada di wujud anak serigala. Ini karena Liam sedang kambuh sakitnya, jadi Lyrien pun ikut melemah dan berubah wujud jadi anak serigala. Lyrien tanpa ragu berlari mendekat pada Liam yang masih menyalurkan
kekuatan cahaya pemulih.
“Tidak. Liam, jangan lakukan. Jika kau melakukannya, tubuhmu akan kehabisan banyak tenaga dan tidak bisa bangun untuk beberapa hari, bahkan bulan. Kau pasti juga kesakitan saat menyalurkan kekuatan ini! Kenapa pula Ratu Harika dan Pangeran Ezra tidak bangun mendengar suaraku!” ucap Lyrien panik.
Namun, Lyrien lupa kalau dalam wujud itu, tidak akan ada manusia yang bisa mendengarnya kecuali Liam sendiri. Saat ini Lyrien hanya kelihatan sedang mengusap-usap pipi Liam dengan wajahnya, seperti anak kucing.
Liam di alam bawah sadarnya jelas mendengar Lyrien, tapi dia sudah terlanjur melakukannya.
Sudah terlambat untuk membatalkannya karena sekarang seluruh kekuatan cahaya pemulih telah masuk ke tubuh Ratu Harika.
“Jangan khawatir, Lyrien. Aku tidak apa-apa… aku melakukan ini demi Mama. Tidak
sadarkan diri selama beberapa bulan bukan masalah bagiku. Tolong jangan bilang pada Mama kalau aku melakukan ini untuknya, dia bisa kepikiran nanti.” ucap Liam dengan mantap.
Di alam bawah sadarnya, Liam batuk-batuk usai menyelesaikan penyaluran cahaya pemulihnya
ke Ratu Harika. Lalu dadanya terasa sangat sakit dan sesak, kemudian secara bersamaan tubuh Liam terasa panas.
“Aku berhasil kan, Lux…” ucap Liam lirih sambil berusaha bernapas.
“Iya, kau memang hebat, Liam. Sekarang istirahatlah…” jawab Lux sambil menyentuh kening
Liam dengan lembut.
Berkat sentuhan Lux itu, Liam pun memejamkan matanya dan tidak sadarkan diri untuk memulihkan kondisinya.