Elena Rosalina Smith memiliki seorang tunangan yang tiba-tiba di rebut oleh saudari tiri nya. Dan sebagai ganti nya, Elena terpaksa harus menikahi tunangan dari saudari tiri nya- seorang miliarder kaya yang telah di tolak oleh saudari nya karena pria itu cacat.
Terikat oleh perjanjian antar keluarga dan ingin merebut kembali pusat perbelanjaan mendiang ibu nya, membuat Elena setuju untuk menggantikan saudari nya menikah dengan CEO cacat.
Elena tidak menyadari jika diri nya telah melempar batu dan mengambil berlian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Gloretha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18
" Kenapa kakek tiba - tiba mau bertemu dengan ku?". Tanya Elena saat ke dua nya telah berada di dalam mobil milik Malvin.
Ya— Elena setuju untuk ikut pulang bersama Malvin ketika pria itu mengatakan jika kakeknya ingin bertemu dengan Elena.
" Dia mengundang mu untuk makan malam bersama ". Balas Malvin dengan tenang. Ia tak tahu mengapa, tetapi berada di dekat Elena membuat nya merasa damai dan nyaman. Malvin menoleh ke arah Elena. " Kakek bilang, setelah aku mengumumkan pada media jika kita bertunangan, seharusnya aku mengajak calon cucu menantu nya pulang ". Sambung nya lagi.
Mendengar Andrian Narendra mengundang nya untuk makan malam, Elena merasa jika perut nya seperti di pelintir dengan hebat.
Malvin mungkin menerima diri nya sebagai tunangan pengganti Maya. Tetapi bagaimana dengan Andrian — kakek Malvin?, mungkin ini adalah masalah yang berbeda dan Elena harus menghadapi nya saat ini.
Andrian merupakan kakek Malvin sekaligus ketua dari Narendra Corporation. Kabar yang beredar mengatakan jika dia lebih kejam dan berhati dingin di bandingkan cucu nya.
Dengan hadir nya diri nya sebagai pengganti Maya bisa saja membuat Andrian marah besar. Jujur saja, Elena belum siap menerima kemarahan pria tua itu.
Bagaimana jika ternyata Andrian ingin segera bertemu dengan nya karena ingin melampiaskan segala amarah nya pada diri nya ?.
" Hm memang aku boleh bertemu beliau ?". Tanya Elena lirih sembari menggigit bibir bawah nya.
Dia adalah pengganti, bagaimana jika Andrian lebih menyetujui pernikahan Malvin bersama dengan Maya ketimbang diri nya ?..
Jantung Elena seperti akan terlepas hanya karena memikirkan hal ini saja.
Tuhan, Elena mohon. Ia ingin di sukai oleh orang lain sekali ini saja.
Bukan karena dia pintar menyanjung orang seperti yang biasa Maya lakukan, tetapi karena dia adalah wanita pekerja keras yang jujur. Elena ingin terlihat apa adanya..
Malvin menyadari keraguan yang tersirat jelas di wajah Elena . " jangan khawatir, kakek ku tidak seperti kakek kaya pada umum nya yang selalu bersikap tegas pada orang baru ". Kata Malvin berusaha menyakinkan Elena.
Mata Elena terbelalak. " Apa maksud nya ?".
Malvin tersenyum dan Elena baru melihat senyuman itu untuk pertama kali nya, ia merasa akan meleleh jika melihat Malvin tetap tersenyum seperti ini. " Kamu akan melihat nya sendiri". Kata Malvin lalu wajah nya kembali dalam mode serius nya lagi.
Jika Elena tidak menyaksikan nya sendiri, mungkin Elena tidak percaya jika senyuman Malvin terlihat sangat manis dan candu.
Butuh waktu sekitar satu jam untuk sampai di rumah Narendra yang terletak di pinggiran kota. Semakin jauh dari kota, semakin banyak pepohonan tinggi dan tanaman hijau yang terlihat.
Sepanjang perjalanan di antara suasana canggung ini, Elena lebih memilih memandangi luar jendela mobil dan mencoba menikmati pemandangan tetapi Elena masih tetap tidak dapat fokus menikmati nya .
Pikiran nya masih saja membayangkan, bagaimana nanti diri nya ketika bertemu dengan kakek Malvin?.
Di tambah lagi, Elena tidak bisa bergerak bebas karena di samping nya ada Malvin yang selalu membuat jantung nya berdegup kencang.
Cologne— nya, aura nya yang kuat. Segala sesuatu tentang pria itu menonjol dan mengaburkan indera nya, Elena harus mengingatkan diri sendiri berkali - kali bahwa Malvin adalah pria yang berbahaya dan diri nya tidak boleh tertarik pada nya.
' Tapi selama ini dia baik selalu dengan ku'. Gumam Elena dalam benak nya.
Apakah Malvin benar - benar sosok pria kejam dan berhati dingin seperti yang orang - orang katakan? Karena Malvin Kevlar Narendra yang tengah berada di dekat nya saat ini terlihat sopan dan pendiam. Elena tidak pernah melihat Malvin bersikap kasar pada nya, sekali pun itu. Tetapi pria itu bersikap dingin pada orang lain.
Di sisi lain, diam - diam Malvin melirik Elena. Malvin berfikir jika Elena terlihat sangat cantik . Sejujur nya, ketika pertama kali Malvin melihat Elena, Malvin merasa kagum dengan kecantikan nya dan ketika semakin mengenal Elena, gadis itu semakin membuat nya tertarik.
Andrian memang mengundang mereka untuk makan malam bersama, tetapi Malvin bisa menolak nya ketika pria itu memang tidak menginginkan jika hal itu terjadi.
Malvin membawa Elena pulang karena dia ingin menghabiskan banyak waktu bersama dengan gadis itu, bukan karena dia mau mengakuinya dengan lantang tetapi Malvin ingin mengenal nya dengan lebih baik.
Beberapa menit kemudian, mereka akhirnya nya tiba di sebuah rumah besar bergaya vintage. Dan sekali lagi, hal itu membuat Elena teringat akan perbedaan yang sangat besar antara Malvin dengan diri nya. Tempat itu tampak seperti sebuah istana.
' Dia jauh di atas sana, sementara aku jauh di bawah nya '. Gumam Elena sembari membayangkan harta kekayaan di antara keluarga nya dan keluarga Malvin.
Ya— memang benar, mau bagiamana mana pun. Malvin tetap seorang miliader.
Terlihat beberapa pengawal berjalan mendekat ke arah mobil yang mereka tumpangi untuk membantu Malvin keluar dari dalam mobil sementara seorang pengawal yang lain nya, mengambilkan kursi roda yang di simpan di dalam bagasi mobil.
Setelah Malvin dapat kembali mendudukkan diri nya di atas kursi roda, seorang pengawal hendak mendorong kursi roda Malvin.
Namun, Elena menahan lengan pria itu dan buka suara. " boleh aku saja?". Tanya Elena menawarkan diri.
Malvin menoleh dan sebelah alis nya terangkat, seakan pria itu tengah meminta penjelasan dari permintaan Elena tadi.
Namun Elena justru mengabaikan Malvin dan memilih langsung mendorong kursi roda berjalan ke depan.
Sebenarnya Elena merasa gugup saat ini, ia pikir mungkin lebih baik jika diri nya bersembunyi saja di belakang Malvin saat memasuki mansion hingga ketakutan nya dapat mereda.
" Malvin, aku sudah menunggu mu, kamu sudah menjelaskan tentang pertunangan mu tapi aku sama sekali belum bertemu dengan cucu menantu ku, aku merasa senang ketika kamu mengatakan jika akan membawa nya pulang ". Seorang pria membawa sebuah tongkat emas , terlihat baru saja keluar dari dalam lift dan berjalan mendekat ke arah Malvin dengan senyum di wajah tua nya itu.
Meski pun rambut nya beruban dan ada kerutan di wajah nya, bagian punggung nya yang masih tegak, memancarkan aura yang kuat nan dominan.
Ya— Pria tua itu tak lain merupakan Andrian Narendra, kakek Malvin.
Bola mata nya mirip berwarna kebiruan seperti Malvin. Namun Andrian memberi kesan seperti orang yang sangat royal.
" Ini pasti tunangan mu itu, selamat datang di rumah, cucu ku". Kata Andrian dengan senyuman manis terlihat di wajah nya.
" Terima kasih, tuan besar". Balas Elena dengan hati hati, sementara jantung nya masih berdegup kencang.
" Panggil aku kakek ". Kata Andrian mengoreksi . " Ayo, lebih baik kita segera makan malam "..
Tatapan Elena meneduh, ketika diri nya tak menyangka jika akan mendapatkan sambutan hangat dari Andrian seperti tadi.
Beberapa menit kemudian, mereka kini sudah berada di ruang makan dan duduk di area meja makan. Terlihat ada banyak menu yang di hidangkan di sini, padahal hanya mereka bertiga yang akan menikmati makanan tersebut.
" Ayo silakan, jangan malu - malu". Kata Andrian pada Elena.
Gadis itu pun menganggukkan kepala nya dan mulai menyantap hidangan makan malam tersebut.
*
Elena terlihat sangat menyukai hidangan tersebut, terlebih saat beberapa pelayan kembali keluar dengan membawa makanan penutup. Elena tersenyum karena ia merupakan pecinta makanan manis.
Diam - diam Andrian mengamati calon cucu menantu nya itu, Andrian dapat menilai jika Elena adalah seorang gadis yang sopan dan memiliki etika baik.
Pria itu lalu mengalih kan pandangan nya ke arah Malvin yang duduk tepat di sebelah Elena, ia menganggukkan kepala nya, pelan dan terlihat seakan menyetujui hubungan di antara kedua nya.
Andrian dapat melihat jika hadir nya Elena telah memberikan suatu perubahan pada cucu nya. Kelegaan ia rasakan saat melihat raut wajah Malvin yang terlihat santai.
'kapan terakhir kali aku melihat cucu ku sebahagia ini ?'. Kata Andrian dalam benak nya.
Sejak kejadian itu... Malvin telah mengisolasikan diri nya sendiri dari dunia. Malvin tidak bergaul dengan orang lain dan hanya mempunyai satu teman dekat.
Melihat cucu nya itu mampu menerima pendamping di dalam hidup nya, Andrian merasa beban berat terangkat dari pundak nya.
Setidaknya Malvin tidak akan merasa kesepian lagi.
Andrian mengalihkan pandangan nya, kembali ke arah Elena. " Kakek dengar kamu bermain piano saat jamuan makan di mansion Malvin, beberapa hari yang lalu. Kamu adalah gadis yang berbakat". Puji pria itu.
Elena tersenyum sopan lalu mengangguk. " Terima kasih k- kakek".
" Hahaha, itu dia! Panggil aku kakek ".
Andrian pun menatap cucu nya. " Kamu harus menjaga nya, karena kakek menyukai nya ".
Malvin menoleh ke arah Elena yang memperlihatkan raut wajah kebingungan nya. " Kamu dengar itu? Kakek menyukai mu". Kata nya pada Elena.
Ke dua pipi Elena merona setelah Malvin mengatakan hal itu pada nya, ketakutan yang sebelum ia rasakan kini perlahan mulai menghilang.
Andrian diam - diam mengamati interaksi di antara ke dua nya, yang kini harus ia lakukan adalah meminta cucu nya itu untuk segera menikahi Elena.
Dengan tersenyum pada Elena, Andrian buka suara. " Lebih baik kita percepat saja pernikahan kalian, dan Elena kakek harap kalian berdua bisa segera memberiku cicit ".
Tubuh Elena membeku setelah mendengar permintaan Andrian, sementara wajah nya terlihat memucat. " Ci- cicit?".
Napas nya tertahan, Elena pun meraih gelas berisi air putih lalu meminum nya hingga habis.
Namun, saat minum Elena justru malah tersedak dan terbatuk - batuk cukup keras.
Sepersekian detik kemudian, gadis itu merasakan sebuah tangan kekar memijat bagian belakang leher nya. Ia dapat merasakan napas Malvin yang mengenai kulit nya .
Membuat rasa kesemutan menjalar ke tulang punggung nya dan membuat tubuh Elena bergemetaran.
" Tenang saja, kakek ". Kata Malvin sembari mengusap punggung Elena, lalu berdehem untuk kembali menetralkan perasaan nya sendiri.
Andrian menginginkan cicit, tetapi Elena tau mereka tidak mampu memenuhi keinginan nya. Mereka tidak akan memiliki anak karena pernikahan mereka hanya akan berjalan selama satu tahun.
Memikirkan kontrak tersebut, membuat Elena merasa bersalah melihat wajah Andrian yang terlihat bahagia dan penuh harap akan berubah setelah mengetahui kebenaran nya.
Elena tidak ingin berbohong pada pria tua yang sangat baik pada nya.
Di saat Elena hendak buka suara, Malvin telah lebih dulu menyela nya.
" Tentu saja kakek, aku dan Elena akan mempunyai banyak anak ". Kata Malvin. " aku akan berusaha". Sambung nya dengan nada lirih nya.
Elena mengernyit kan dahi nya, menatap wajah datar Malvin. Pria di samping nya itu kembali melanjutkan aktivitas makan nya tanpa menghiraukan tatapan bingung Elena. Dan bersikap seolah tidak ada penghalang apa pun di antara mereka.
Apa yang dia bilang? Bukan kah kita akan menikah selama satu tahun saja ?. Tanya Elena dalam benak nya.
Jantung nya berdetak kencang dan merasa tidak nyaman karena telah berbohong pada Andrian. Namun di satu sisi, ia juga tidak dapat melawan perkataan Malvin.
Setelah mendengar janji dari Malvin, Andrian tersenyum senang. " Bagus, aku tidak sabar melihat anak - anak kecil yang akan berlarian di mansion ini ". Kata Andrian, lalu menatap Malvin. " Dia cocok menjadi istri mu, jangan mengecewakan nya. Dan asal kamu tau saja, aku tidak akan menerima orang lain sekarang, setelah kamu memperkenalkan Elena pada ku ". Sambung Andrian dengan nada tegas nya.
Lalu pria tua itu tiba - tiba mengeluarkan sebuah kartu dan memberikan nya pada Elena. " akan ada pesta topeng hari minggu besok, pergi lah kesana sebagai perwakilan dari keluarga Narendra. Malvin tidak akan pergi ke sana karena identitas nya akan di ketahui karena dia mengunakan kursi roda ". Perintah Andrian kemudian.
Elena terdiam dan mencoba mencerna perkataan Andrian, namun tiba - tiba Malvin meraih kartu tersebut.
Pria itu pun menggelengkan kepala nya sembari menatap ke arah kartu tersebut. " Apakah ini salah satu—