Apa yang terlintas di pikiranmu ketika mendengar kata keluarga? Rumah untuk berteduh? Tempat meminta perlindungan? Tempat memberi kehangatan? Itu semua benar. Tetapi tidak semua orang menganggap keluarga seperti itu. Ada yang menganggap Keluarga adalah tempat dimana ada rasa sakit, benci, luka dan kekangan.
"Aku capek di kekang terus."
"Lebih capek gak di urus."
"Masih mending kamu punya keluarga."
"Jangan bilang kata itu aku gak suka."
"Kalian harusnya bersyukur masih punya keluarga."
"Hidup kamu enak karena keluarga kamu cemara. Sedangkan aku gak tau siapa keluarga aku."
"Kamu mau keluarga? Sini aku kasih orang tua aku ada empat."
"Kasih aku aja, Mamah dan Papah aku udah di tanam." Tatapan mereka berubah sendu melihat ke arah seorang anak laki-laki yang matanya berbinar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Echaalov, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Tyra sudah bersiap untuk sekolah. Ia menuruni tangga, di meja makan terlihat ada orang tuanya dan kakak perempuannya. Tyra merupakan anak dari pasangan Dika dan Risa. Ia juga mempunyai seorang kakak perempuan yang berusia 20 tahun bernama Tina. Tina masih kuliah.
Keluarga Tyra merupakan keluarga Cemara. Kedua orang tuanya selalu memberi kasih sayang yang berlimpah kepadanya. Hal itu kadang membuat teman-temannya iri.
Meski begitu Tyra tidak suka karena menurutnya orang tuanya terlalu berlebihan. Saking tidak pernah merasa kekurangan kadang Tyra berpikir sekali-kali ia ingin merasakan orang tuanya tidak peduli padanya.
Tyra punya segalanya keluarga Cemara, kakak yang menyayangi, begitupun punya sahabat yang selalu memperlakukannya dengan baik. Karena hal itu kadang ia ingin merasakan bagaimana rasanya tidak di pedulikan? tidak di sayangi? dan tidak di perlakukan dengan baik? pikiran Tyra terlalu berlebihan untuk seorang anak berusia sebelas tahun.
Tyra menarik kursi, lalu mendudukinya. Ia mengambil roti panggang isi coklat lalu mulai memakan nya.
Setelah selesai makan, ia langsung saja bersiap untuk berangkat sekolah.
"Ma, Pah, Kak Tina. Rara pamit ya mau ke sekolah." Tyra mencium tangan mereka semua.
"Hati-hati di jalan sayang," ujar Dika.
Risa memasukkan kotak bekal ke dalam tas Tyra."Jangan lupa di makan ya, Rara."
"Iya Mah."
"Jalan nya di pinggir," ujar Tina.
"Kakak kira aku bodoh jalan di tengah," Tyra mendengus kesal. Tina terkekeh kecil.
Tyra keluar dari rumahnya. Langit terlihat cerah, ia berjalan menuju rumah Tania yang berada tak jauh dari rumahnya.
Terlihat Tania yang baru saja membuka gerbang rumahnya.
"Yaya."
"Rara, tumben duluan kamu. Biasanya aku yang datang ke rumah kamu," ujar Tania.
"Aku bangun lebih pagi dari biasanya."
"Pantesan."
Mereka pun berjalan ke rumah Naysa. Lalu ke rumah Candy. Rumah Candy cukup dekat dengan rumah Naysa.
Setelah itu mereka berjalan bersama menuju sekolah. Saat sedang berjalan sambil melamun tiba-tiba Tania ingat sesuatu.
"Sesel kamu udah ngerjain tugas? " tanya Tania menatap Candy yang ada di sebelahnya.
"Udah kalau kamu? " tanya balik Candy.
"Belum," Tania panik.
"Nanti di marahi bu guru loh Yaya," ucap Naysa menakut-nakuti Tania yang sudah panik.
"Tenang aja aku bisa kok ngerjainnya di kelas," Tania berusaha terlihat tenang.
"Itu sih kalau keburu." ujar Tyra santai.
"Bakal keburu soalnya aku nulisnya cepat. Jadi, Candy bolehkan aku liat PR kamu? " Tania menatap Candy dengan wajah memohon.
"Jangan di biasain nyontek, Yaya," tegur Naysa.
"Iya-iya, ini yang terakhir. Pas malam gak ingat ada PR," ujarnya. Candy baru menyadari mata Tania terlihat sembab.
"Kamu nangis ya sepanjang malam? " tuding Candy.
"E-enggak kok."
"Jangan bohong, Yaya. Kita bisa tahu dari mata kamu," ucap Tyra.
"Iya aku nangis," akhirnya Tania jujur.
"Karena apa? "
Tania diam tidak ingin menjawab pertanyaan Naysa. Naysa pun memilih tidak bertanya lebih lanjut. Mungkin Tania belum siap memberi tahu mereka.
"Kamu boleh liat PR aku."
"Makasih Sesel."
Tidak terasa mereka telah sampai di sekolah. Mereka segera masuk ke kelas mereka.Setelah sampai di kelas Tania segera mengerjakan tugasnya. Sesekali melirik jam tangan miliknya. Takut Bu Rosa sudah datang. Bu Rosa emang tipe guru yang selalu datang tepat waktu.
Tak berselang lama bu Rosa selaku guru yang mengajar di kelas 6 telah tiba. Untung saja Tania sudah beres mengerjakan tugasnya.
"Baik anak-anak tugas yang kemarin ibu kasih kumpulkan ke depan," ucap Bu Rosa.
"Baik Bu," ucap semua murid serentak.
Mereka pun satu persatu mengumpulkan tugas di meja bu Rosa. Bu Rosa menghitung buku ternyata ada dua orang yang tidak mengumpulkan tugas.
"Yang tidak mengerjakan tugas angkat tangan," ucap bu Rosa.
Melihat tidak ada murid yang mengangkat tangan. Bu Rosa kembali bicara."Jika tidak ada yang mengangkat tangan hukumannya makin berat."
Akhirnya ada dua orang yang mengangkat tangan dia adalah Silvi dan Dini. Semua murid menatap mereka berdua.
"Kenapa kalian gak ngerjain tugas? " tanya bu Rosa.
"Buku nya ketinggalan bu." ucap Silvi sambil menunduk karena malu. Silvi lupa mengerjakan PR karena terlalu senang bermain ponsel yang di berikan Papi nya.
"Lupa bu." ucap Dini sambil menggaruk lehernya yang tak gatal. Ia kemarin bermain bersama Silvi sampai lupa waktu.
"Halah alasan basi," ujar Naysa.
"Alasannya sama mulu," sahut Candy.
"Nanay, Sesel jangan ngomong gitu," Bisik Tyra. Ia tidak mau teman-temannya terkena masalah.
"Ini tuh fakta Rara." ujar Candy. Ia senang Silvi yang selalu mengganggunya mendapatkan hukuman.
"Setuju rasain tuh," ucap Tania.
Silvi dan Dini menatap sinis Candy dkk. Bu Rosa yang mendengar perdebatan itu langsung saja menghentikannya.
"Udah-udah diam semua," Tekan bu Rosa.
Mereka pun langsung diam. Bu Rosa menghembuskan nafasnya lelah mendengar perdebatan ini setiap hari. Untung saja Bu Rosa memiliki kesabaran setebal buku kamus jadi ia selalu memaafkan murid-murid nya yang nakal ini.
"Silvi sama Dini berdiri di depan kelas angkat satu kaki kalian dan pegang telinga kalian." Bu Rosa sambil menunjuk dekat papan tulis.
Silvi dan Dini pun menuruti perintah Bu Rosa. Selama melaksanakan tugas mereka menunduk karena malu apalagi Candy dkk melihat mereka dengan tatapan mengejek membuat mereka kesal. Pelajaran pun di mulai Bu Rosa menulis materi di papan tulis.
"Nanay nunduk dikit gak keliatan papan tulisnya," ucap Tania.
"Sesel kamu juga nunduk dong aku gak keliatan," ujar Tyra.
Tania dan Tyra tidak bisa melihat papan tulis karena terhalang kepala Candy dan Naysa. Maklum tubuh mereka lebih pendek dari Candy dan Naysa.
"Kata aku juga kalian mending duduk di depan," jawab Naysa. Naysa menghembuskan nafasnya lelah sudah ia bilang berapa kali kalau mereka lebih baik duduk di depannya, tetap saja dua bocah pendek itu tidak mau mendengarkan perkataan.
"Iya kalian ini gak sadar kalau kalian berdua ini pendek kayak kurcaci." ejek Candy.
"Heh kita ini bukan pendek tapi kurang tinggi aja." bela Tyra tidak mau di bilang pendek.
"Daripada kamu siti." ledek Tania.
"Hah siti maksudnya? " tanya Candy.
"Sitiang listrik," ucap Tania sambil ketawa.
Ucapan Tania terdengar oleh Azel dkk. Mereka terlihat menahan tawa, membuat Candy dan Naysa geram.
"Hahaha siti sitiang listrik,"ujar Azel sambil tertawa terbahak-bahak. Sepertinya Azel sudah tidak kuat menahan tawanya. Anka yang mendengar itu hanya tersenyum. Anka emang cukup pendiam jadi maklum saja kalau dia jarang mengekspresikan suasana hatinya. Apalagi Anka ini paling dewasa sikapnya diantara mereka.
"Kalian ini nama aku Candy bukan siti nama sebagus itu di ganti siti," Kesal Candy. Enak saja nama sebagus ini malah di ubah jadi Siti.
"Selain permen pait ternyata nama kamu juga Siti," ujar Azel, mereka yang mendengar itu makin tertawa.
Rupanya suara ketawa mereka terdengar oleh Bu Rosa.
"Kalian yang di depan diam," tegur Bu Rosa.
"Iya Bu." ucap mereka setelah menghentikan tawanya.
"Rasain tuh di marahin makanya jangan ngejek aku," ucap Candy tersenyum mengejek. Ia puas melihat mereka di tegur oleh Bu Rosa.