Felisberta Divya Deolinda gadis pemalas dan putri kesayangan keluarganya, Naumi sebagai seorang sahabat selalu membantu dia dalam pelajaran. Sampai suatu hari terjadi kecelakan dan membuat Feli koma, saat terbangun dia terkejut mendapatkan dirinya ada di dalam novel yang selalu dibacanya berjudul ‘Bos Mafia Muda’. Pemeran utama wanita di novel itu bernama Shanaya, dalam cerita Shanaya berakhir menyedihkan. Feli menjadi Shanaya dan menjadi istri dari Bos Mafia Muda itu yang bernama Shankara Pramudya Anggara. Di usia yang masih muda Shankara bisa menaklukkan semua Mafia yang ada di Negaranya, sosok laki-laki itu ditakuti semua orang tidak ada siapa pun yang berani menentang maupun melawannya karena itu Shankara Pramudya Anggara dikenal sebagai Bos dari semua Mafia yang ada di Negaranya atau di sebut Bos Mafia Muda. Alur ceritanya berubah seiring waktu setelah Feli menjalankan kehidupannya bersama Shankara.
@KaryaSB026
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gibela26 Siyoon93, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 05
“Nina urus saja urusanmu sendiri !” tegur Dila dengan nada tinggi.
“Kalian ini tidak ada kapok-kapoknya yah ? jika Tuan tau kalian berniat menyiram nona ini dengan air keras bagaimana yah ?”
“DIAM KOU,” maju untuk menampar Nina.
“Jangan lupa aku bukan mereka yang mudah untuk kalian buli,” menahan tangannya dengan sangat kuat.
Dalam hati Feli berkata “Luar biasa selain baik, pandai menggunakan senjata ternyata dia sangat cantik.”
“Kamu tidak apa-apa ?”
“Tidak.”
“Kalian berani juga ternyata.”
“Eh ko dia ada disini ?”
“Aku memberi tahu Bos kalau di kamarnya ada tontonan menarik,” Nina mengedipkan mata.
“Saatnya menonton,” senyum puas Feli sangat lebar.
“Mereka seringkali ngebully pelayan yang baru di rekrut, aku pikir ada yang salah jadi mencari tahu lalu menemukan kalau merekalah biang keroknya,” bisiknya.
“Pantas saja pelayan yang baru tidak bertahan lama ternyata itu ulah kalian hah ???”
“Tuan maaf kami,” berlutut.
“Tuan Tuan maafkan kami,” dua orang temannya ikut berlutut memohon ampun.
“Bawa mereka keluar !” Dika segera memerintahkan anak buahnya menyeret keluar Dila dan kawan-kawannya.
Nina melirik Feli “Rambutmu ?”
“Mudah,” mengambil gunting.
Semua orang tertegun melihat Feli dengan santainya memotong rambut panjang yang sangat indah itu “Ah kenapa memotongnya ?”
“Sekalipun dibawa ke salon tetap tidak bisa di perbaiki, rambut indah memang sangat cantik tapi rambut pendek jauh lebih simple.”
“Tapi kamu mungkin sudah bersusah payah merawatnya ?”
“Rambut itu hidup dia bisa tumbuh kembali, menyesali dan menangisi hal yang akan kembali tidak perlu dilakukan.”
“Beri mereka bertiga pelajaran yang tidak akan terlupakan !” perintah Shankara.
Dika manggut lalu pergi meninggalkan ruangan “Bodoh tidak memikirkan apa akibatnya,” sembari berjalan Dika berkata.
“Nina keselamatan dia kini menjadi tanggung jawabmu !”
“Baik Bos.”
“Bereskan semua ini !” pinta Nina ke beberapa pelayan.
“Ikut denganku !”
“Kemana ?” Shankara tidak menjawab pertanyaan Feli.
“Shan mau dibawa kemana cucu menantu Nenek ?” Shankara menarik tangan Feli dan melewati meja makan.
“Nyonya tolong Nyonya kami mohon,” yang tadinya berniat jahat terhadap Feli kini memohon-mohon.
“Untuk apa dia membawaku kemari ?” Feli bertanya-tanya dalam hati.
Shankara mengeluarkan pistol miliknya “Pegang ini !”
“Apa yang ?”
“Bukannya mereka nge-bully nya? kamu sekarang adalah istri dari seorang Bos Mafia di Negeri ini orang yang ditakuti,” menarik pelatuk
“Tidak,” detak jantung Feli sangat cepat sampai-sampai Shankara bisa mendengarnya.
Suara tembakan bergema dan Feli menutup mata tidak berani menyaksikan kalau dia membunuh orang dengan tangannya sendiri.
“Nyonya maafkan kami,” suara Dila dan kedua temannya bergetar ketakutan.
Feli menatap Shankara “Dia tidak melakukannya ?”
Shankara pergi lalu Nenek datang menghampiri Feli “Cucu menantuku ? kamu tidak apa-apa?”
“Iya…”
“Ayo kita masuk !”
Bukan hanya Shankara yang terkenal akan kekejamannya Dika dan Raymond pun sama, tanpa banyak berpikir Dika menyiramkan air keras ke wajah mereka. Dua orang teman Dila langsung meninggal di tempat sedangkan Dila hanya pingsan, dalam keadaan pingsan anak buah Dika membuangnya ke jurang.
“Astaga aku baru saja mau membunuh orang ?” menatap kosong.
“Ambilkan air !”
“Ini Nyonya.”
“Minum dulu Shanaya,” Feli meminum habis air serta dia tidak berhenti mengatur nafas.
“Ray siapkan mobilnya !”
“Baik Bos.”
Beberapa menit kemudian Raymond datang “Semuanya sudah siap Bos.”
“Shanaya apa kamu yakin bisa pergi ?”
“Iya Nek.”
Shankara, Feli dan Nenek sudah masuk ke mobil “Loe gak naik ?” Nina masih berdiri tidak ikut masuk.
“Gue nanti nyusul.”
Mobil Shankara sudah berangkat tidak lama Dika pun datang “Sudah selesai ?”
“Sudah,” masuk ke mobil dan Nina duduk di kursi depan samping Dika.
“Buset ini Mall atau apa besar banget ?” setibanya di Mall mata Feli tidak berhenti melihat sekelilingnya.
Nenek membawa Feli ke toko baju terlebih dulu “Berikan baju terbaik disini !”
“Baik Nyonya,” jawab karyawan toko.
Dua orang karyawan toko membawa rentetan baju terbaik di tokonya “Haist ..”
“Coba ini !”
“Baju ini ?” Feli ragu memakai baju feminim karena biasanya dia hanya memakai kaos atau kemeja.
“Nina bantu Shanaya berganti baju !” Nina baru saja tiba bersama Dika.
“Baik.”
“Sepertinya Nyonya tidak suka dengan model bajunya ?”
“Panggil saja Shanaya, oh atau Annya kedengarannya lebih akrab.”
“Tapi …”
“Tapi apa kamu bukan bawahanku tapi temanku,” deg hati Nina terenyuh mendengar perkataan Feli
“Baiklah Annya sesuai keinginanmu,” tersenyum bahagia.
“Ngomong-ngomong bagaimana memakai baju ini ?”
“Ah ?”
“Aku tidak pernah memakai baju seperti ini biasanya hanya kaos atau kemeja, menurutku baju wanita ribet dan gak nyaman dipakai.”
“Belum pernah sama sekali ?”
“Pernah sekali tapi itupun hanya sebentar selesai acara aku langsung mengganti baju.”
Di hari ulang tahunnya yang ke 17 orang tua Feli mengadakan pesta besar-besar. Saat itu Feli di minta memakai gaun tapi dia menolak, semua orang terus membujuknya sampai akhirnya dia pun mau memakai gaun itu walaupun terpaksa. Feli diam-diam pergi dari ruangan pesta lalu mengganti bajunya dengan kaos dan hal itu di ketahui Naumi sahabatnya.
“Annya berasal dari mana ?”
“Aku dari Desa Wilayah Bagian Timur.”
“Benar, emangnya kenapa ?”
“Dulu waktu usiaku 18 tahun pergi kesana mencari pekerjaan, menelusuri setiap tempat berharap ada lowongan kerja tapi tidak mendapatkan apapun.”
“Lalu ?”
“Lalu aku pergi ke Wilayah bagian Utara dan bertemu Bos, saat itu aku dijebak seseorang.”
“Dijebak ?”
“Pikiranku tidak karuan saat itu, tiba-tiba seseorang datang menawarkan pekerjaan di club malam. Awalnya aku menolak karena aku tau club adalah tempat yang tidak baik, pemilik club menjelaskan kalau dia akan memperkerjakan ku sebagai pelayan bukan wanita malam.”
“Dan kamu pun setuju ?”
“Benar, aku kira dia benar-benar mau menolong ternyata dia malah mau menjual ku ke salah satu pelanggan VIP nya. Dia memberikan minuman yang dicampur obat bius,” membuka baju yang tadi di pegangnya.
“Kamu meminumnya lalu pisan dan …”
“Dan kesadaranku pun mulai pudar, aku memang ahli menggunakan senjata tapi saat itu aku lemas tidak bisa memegang pistol dengan baik. Untungnya Bos Shan dan Dika datang menolongku, dia menghajar sampai mati orang itu dan membeli ku dari pemilik club. Tidak berhenti disana Bos Shan membakar habis club itu,” jelas Nina.
“Wah tuh orang gelap mata atau apa sih ?” Feli ikut kesal.
“Di Negara ini memang begitu jika kita tidak bisa bertahan mereka akan memanfaatkan kita.”
“Selama ini kamu sudah sangat kesulitan demi bertahan hidup, untuk sekarang nikmatilah aku akan selalu ada di sampingmu, jika ada sesuatu kata kan jangan ragu-ragu anggap aku keluargamu.”
“Ini …” Nina berlinang air mata.
“Kemari lah,” menawarkan pelukan hangat.
“Terima kasih,” Nina menangis.
“Baru kali ini ada orang yang berkata padaku seperti itu, aku sungguh merasa memiliki keluarga lagi. Mulai saat ini hanya Annya keluargaku, dimana pun kapan pun aku akan selalu bersamamu, melindungi mu, menjagamu, merawat mu …” memeluk erat Feli.
“Kenapa aku juga malah ikut menangis,” menghapus air mata.
“Shanaya ?” Nenek memanggil.
“Iya Nek sebentar lagi aku keluar.”
“Sudah jangan menangis lagi hapus air matamu,” Feli mengusap air mata Nina dan Nina pun mengangguk.
“Nenek baju ini terlalu mahal aku tidak bisa memakainya,” ucap Feli keluar memakai dres yang dipilih Nenek tadi.
“Apanya yang mahal ? Nenek cukup kaya untuk membeli dres itu atau Mall ini.”
“Bahkan Nenek tidak perlu membelinya karena Mall ini milik Bos Shan,” sela Raymond.
“Bungkus semua semua ini,” Nenek mengeluarkan kartu hitam.
“Nenek …” Feli mencegahnya.
“Kartu ini milik suamimu, biarkan dia yang membayarnya.”
“Astaga sekarang aku Nyonya Besar,” batin Feli tersenyum.
“Ganti !” suara Shankara yang dingin menyuruh Feli mengganti pakaiannya.
Semua orang melirik Shankara “Baju itu tidak cocok untukmu, ganti yang lain !”
“Syukurlah dia tidak suka,” pergi mengganti baju kembali.
“Bagaimana dengan ini ?” Shankara menggeleng.
“Apa ini ?” tanya Feli memutarkan tubuhnya.
“Tidak.”
“Ini ?” menggeleng kembali.
“Ini ?” berulang kali Feli mencoba dres tidak ada satu pun yang disukai Shankara.
“Ini yang terakhir kalau dia masih tidak menyukainya awas saja,” kesal Feli keluar tempat ganti.
Feli memakai baju berwarna hitam, dengan desain yang sederhana membuat dia terlihat lebih menawan.
Shankara terdiam sejenak “Ambil yang itu,” menyimpan tablet lalu berdiri pergi.
“Begitu saja ? dia bahkan tidak memuji aku cantik atau apa gituh ?” Feli sangat kesal.
Nina berbisik “Untuk pertama kalinya Bos menatap wanita dengan penuh kasih.”
“Apanya yang penuh kasih ?”
“Kamu cocok memakai baju apapun tapi baju ini lebih membuat kamu semakin cantik,” puji Nenek berhasil meredakan emosi Feli.
“Sungguh ?”
“Betul tapi tidak mungkin baju ini dipadukan dengan sepatumu.”
“Oh soal itu …”
“Sebelah barat adalah toko sepatu terbaik disini,” Nenek mengajak Feli mencoba beberapa sepatu di toko itu.
Feli menelusuri setiap sepatu yang dipajang “Tidak ada yang menarik tampak biasa-biasa saja.”
“Nyonya Besar anda datang tapi tidak memberi tahu kami,” karyawan toko menyambut Nenek.
“Dadakan, aku membawa cucu menantuku melihat-lihat sepatu siapa tau ada yang cocok dengan seleranya.”
“Nyonya kami tidak akan mengecewakanmu,” tersenyum.
“Sepatu ini keluaran terbaru,” mengambil sepatu merah jambu.
“Astaga sepatu cewek,” Feli mengeluh.
“Dia kan cewek ?” Nina merasa aneh.
“Dimana Shan ?”
“Bos pergi ada urusan mendadak, Bos menyampaikan kalau dia akan segera kembali,” jawab salah satu orang yang mengawal.
“Mending dia pergi dari pada membuat aku kesulitan.”
Nenek mengambil sepatu itu “Cobalah !”
“Hehe …” berbeda dari awal kali ini Feli pasrah.
“Ukurannya terlalu kecil,” melepaskan sepatu merah jambu itu.
“Tunjukan yang lainnya !”
“Baik Nyonya,” karyawan itu pergi mengambil sepatu lain sekaligus melapor ke Manajer toko kalau Nenek pemilik Mall datang.
“Nyonya jika Anda memberitahu lebih awal saya pasti menyiapkan sepatu terbaik di toko ini,” Manajer Toko datang bersama beberapa karyawan yang membawa sepatu terbaik di tokonya.
“Hanya ada beberapa sepatu yang kami miliki disini,” menunjukkan satu persatu sepatu yang dibawanya.
“Coba kamu lihat-lihat cari yang mana menurutmu cocok.”
“Baik Nek,” Feli maju melihat satu persatu sepatu itu.
“Nina bisa bantu aku memilih ?” wajahnya memasang ekspresi pemintaan tolong.
“Oh tentu,” melihat-lihat.
“Nyonya Besar silahkan duduk !” Manajer Toko meminta karyawannya menyiapkan sofa.
“Emn semuanya sangat bagus.”
“Bukannya membantu kamu malah mempersulit diriku.”
“Nona mungkin anda menyukai sepatu jenis ini,” karyawan wanita menunjukan sepatu putih seperti pantofel.
“Nona dia karyawan baru tidak tau apa-apa,” Manajer mencegah karyawan itu memberikan sepatu berkualitas standar.
“Sepatu ini yang aku suka, tidak ada hak tinggi maupun desain yang terlalu rame,” Feli langsung mengenakannya.
“Annya sekarang kamu adalah istri orang yang paling dihormati di Negara ini jika memakai sepatu itu ditakutkannya orang lain berkata yang tidak-tidak,” bisik Nina.
“Yang dia katakan ada benarnya juga,” melepaskan kembali sepatu itu.
Feli melirik terus sepatu itu “Aku ambil yang lain saja.”
“Dika beli sepatu itu !” saat Feli mengenakan sepatu pantofel putih itu Shankara melihatnya.
“Baik Bos,” Dika pergi menemui karyawan wanita tadi dan Shankara pergi mengangkat telpon.
Nina membawa tas belanjaan yang cukup begitupun pengawal pria yang mengawal mereka, saat berjalan melewati toko jaket Feli tertarik dengan jaket berwarna abu.
“Kenapa berhenti ?” tanya Nenek.
“Nek bisa aku melihat ke toko ini ?”
“Tentu saja, Nina temani Shanaya nenek mau ke toilet dulu !”
“Baik,” Nenek diikuti pengawal sedangkan Feli hanya bersama Nina.
“Silahkan Nyonya ,” ucap karyawan toko.
“Jaket ini menarik perhatianku dari luar bisa aku mengambilnya ?”
“Selera Nyonya sangat bagus, jaket ini adalah model terbaru dan hanya ada satu-satunya.”
“Kalau begitu bungkuskan untukku !”
“Tunggu berikan jaket itu padaku,” seorang wanita bergaya sombong datang bersama pacarnya.
“Tapi Nyonya ini yang datang lebih dulu.”
“Aku bayar tiga kali lipat,” mengeluarkan kartu.
“Cih cewek kaya yang sombong.”
“Annya yang lebih dulu membelinya kenapa kamu menginginkan milik orang lain ?” Nina membela Feli.
“Siapa kamu tidak tau aku siapa ?”
“Dilihat lihat kaya kenal, oh iya dia Haselin sepupunya Bos Shan,” suara hati Nina melihat dari atas ke bawah.
“Aku tidak mengenalmu dan kamu pun tidak mengenalku,” julid Nina.
“Uuhh kamu keren Nina,” Feli mengacungkan jempol.
“Tidak peduli berapapun dia mau membeli jaket itu tetap jaket itu milik Annya !!!” tegas Nina.
“Bungkus sekarang untuk Annya !!!” mengambil paksa jaket itu dari tangan Haselin.
“Sayang aku menginginkan jaket itu,” merengek ke pacarnya.
“Tenang sayang,” mengusap tangan Haselin.
Pacar Haselin memanggil beberapa bodyguardnya, setelah mendapat perintah para bodyguard nya bersiap menyerang Feli dan Nina.
“Dia pikir gue lemah apa,” Feli masang kuda-kuda.
Aksinya itu menambah semangat Nina “Aku kira cupu ternyata suhu,” siap melawan mereka.
“Hajar !!”
“Lawan kita gak seimbang,” Nina dan Feli saling membelakangi.
“Selanjutnya apa ?”
“Pasrah.”
“Apa kamu serius ?” Feli tidak menyangka seorang Nina mengatakan hal itu.
“Sebentar lagi Bos Shan pasti datang.”
“Dia datang kesini ?”
“Bertahanlah sebentar lagi !”
“Baiklah akan aku usahakan.”
Seseorang dari belakang memukul Nina “ Ninaaaa ….” teriak Feli.
“Belaga nya sih selangit dan ujung-ujungnya kalah juga,” Feli dipegangi bodyguard.