(Area orang dewasa🌶️)
Hidup Viola Amaral berubah drastis ketika sebuah kontrak mengikatnya pada kehidupan seorang jenderal berpengaruh. Bukan pernikahan impian, melainkan perjanjian rahasia yang mengasingkannya dari dunia luar. Di tengah kesepian dan tuntutan peran yang harus ia mainkan, benih-benih perasaan tak terduga mulai tumbuh. Namun, bisakah ia mempercayai hati seorang pria yang terbiasa dengan kekuasaan dan rahasia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon medusa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 21.
...Para tamu yang hadir pun tak kalah dibuat terkesima dengan dekorasi mewah gedung pernikahan. Bisik-bisik kekaguman mulai terdengar di antara mereka, memuji setiap detail persiapan yang begitu megah, seolah tak menyangka semua ini diatur oleh seorang ibu tiri....
"Aku sungguh tidak menyangka pernikahan Tuan Revan akan semewah ini," ujar seorang tamu dengan nada kagum.
"Iya, ini benar-benar mengagumkan," timpal tamu lainnya dengan mata berbinar.
...Para tamu mulai duduk di tempat yang telah disediakan. Di antara mereka terlihat Olivia dan Brian. Olivia menatap sekeliling dengan ekspresi datar, tanpa menunjukkan keterkejutan atau emosi apapun. Pemandangan mewah itu seolah tak berbekas padanya....
"Sayang," bisik Brian penuh semangat, mendekatkan wajahnya ke telinga Olivia. "Nanti pernikahan kita, aku akan menyiapkan yang jauh lebih mewah dari ini."
Olivia menoleh dengan tatapan datar, lalu memasang wajah kesal. "Sudahlah, Brian. Ayo duduk," sela Olivia singkat, menarik lengan Brian untuk duduk di kursi yang kosong.
...Pintu aula terbuka lebar, memperlihatkan Viola yang anggun dalam gaun pengantin mewahnya. Ia berjalan perlahan menuju pelaminan, menggandeng lengan Tuan Hernan dengan langkah mantap, diiringi barisan pengiring pengantin yang cantik. Di pelaminan, Revan berdiri dengan wajah datar, enggan menatap Viola yang mendekat. Pandangannya terpaku pada Olivia yang duduk di antara para tamu, bersanding dengan adiknya, Brian....
"Olivia..." lirih batin Revan, matanya tak lepas dari sosok wanita yang dicintainya. Dalam hatinya, ia berharap Olivia akan bangkit, menghentikan pernikahan ini, dan menggantikan Viola di sisinya.
...Namun, harapannya hancur berkeping-keping saat Olivia tanpa sengaja menangkap pandangannya, lalu dengan cepat mengalihkannya, kini fokus sepenuhnya pada Brian yang tampak sedang berbisik dan menggoda nya....
"Nak Revan," tegur Tuan Hernan dengan senyum lebar, berdiri di samping Revan sambil menggenggam tangan Viola, siap menyerahkan putrinya.
"Hhhmm," desis Revan dingin, hanya melirik sekilas ke arah mereka dengan ekspresi tidak tertarik.
"Ini, terimalah putriku," ucap Tuan Hernan dengan nada penuh harap, mengulurkan tangan Viola ke arah Revan.
"Apa dia tidak tahu bagaimana caranya naik ke atas sini?" tanya Revan dengan nada dingin dan tatapan merendahkan, menatap Viola dan Tuan Hernan dengan sinis.
...Senyum cerah di wajah Tuan Hernan langsung memudar, tergantikan oleh ekspresi terkejut dan terluka. Viola segera menarik tangannya dari genggaman ayahnya, lalu dengan gerakan cepat mengangkat sedikit gaun pengantinnya dan melangkah naik ke atas pelaminan, berdiri tegak di samping Revan dengan wajah tertunduk....
...Seorang pendeta muncul dan berdiri di hadapan Revan dan Viola, memulai upacara pernikahan. Suasana seketika menjadi hening, seluruh perhatian tamu tertuju pada pasangan di pelaminan....
"Tuan muda Revan Reynard," tanya pendeta dengan suara khidmat, "bersediakah Anda menerima Nyonya Viola Amaral sebagai istri Anda yang sah?"
...Revan terdiam sejenak, menciptakan keheningan yang menegangkan di antara Tuan dan Nyonya Rose yang saling bertukar pandang cemas....
"Aku terima," jawab Revan akhirnya, suaranya datar tanpa sedikit pun emosi.
"Dan Anda, Nyonya Viola Amaral," pendeta beralih menatap Viola dengan lembut, "bersediakah Anda menerima Tuan muda Revan Reynard sebagai suami Anda yang sah?"
"A-aku terima," jawab Viola gugup, suaranya sedikit bergetar.
"Baiklah," ujar pendeta dengan senyum, "dengan ini saya nyatakan kalian resmi menjadi suami dan istri. Tuan Revan, silakan cium pengantin Anda."
"Ayo! Cium pengantinmu, Revan!" sorak Brian dengan nada riang yang terdengar mengejek, senyum lebar terukir di wajahnya.
...Perhatian para tamu sejenak teralih pada Brian, lalu kembali tertuju pada Revan dan Viola di pelaminan....
...Revan menoleh tajam ke arah Brian dengan amarah yang membara, namun pemandangannya disambut oleh Brian yang tiba-tiba mencium bibir Olivia. Olivia tampak berusaha membebaskan diri dan menarik lengan Brian agar kembali duduk....
...Rahang Revan mengeras, kedua tangannya mengepal erat. Dengan geram, ia mengalihkan pandangannya pada Viola. Tanpa peringatan, tangannya terulur kasar, mencengkeram tengkuk Viola dan menariknya paksa. Sebuah ciuman kasar mendarat di bibir Viola, disertai lumatan yang brutal hingga bibir gadis itu terluka dan mengeluarkan cairan merah pekat....
"Tuan—"
"Ah... maaf, aku terlalu bersemangat," sela Revan cepat, memotong perkataan pendeta yang terkejut melihat cairan merah di bibir Viola. Nada bicaranya terdengar sinis dan sama sekali tidak menunjukkan penyesalan.
"Baiklah," ucap pendeta dengan nada berat, menghela napas panjang sebelum meninggalkan pelaminan. "Selamat atas pernikahan kalian, Tuan dan Nyonya muda."
"Tentu saja akan sangat bahagia," bisik Revan dengan senyum dingin yang menusuk, menatap Viola dengan tatapan penuh arti yang mengancam. "Mengingat wanita ini telah membuatku kehilangan orang yang paling berharga, akan kupastikan dia akan melewati sisa hidupnya dengan 'kebahagiaan' yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya." Lalu, ia berbalik dan berjalan pergi meninggalkan Viola yang terpaku.
...Viola menelan ludah dengan susah payah, hatinya mencelos mendengar bisikan Revan. Ia tahu betul arti terselubung di balik kata-kata itu, namun ia tak memiliki pilihan lain selain pasrah pada takdirnya. Di tengah kecamuk hatinya, ia melihat Nyonya Adelia yang begitu bersemangat bertepuk tangan dengan wajah bahagia menatapnya....
"Aku menyayangimu, Ma..." gumam Viola lirih, memaksakan senyum getir ke arah ibunya. Dengan langkah lemah, ia menyusul Revan dan duduk di sofa pelaminan di sampingnya.
...Kemeriahan pesta pernikahan mulai memuncak, para tamu berdansa dan bersukacita. Namun, Revan hanya duduk membisu di sofa pelaminan, matanya kosong menatap keramaian sambil terus meneguk alkohol hingga mabuk berat. Melihat kondisi putranya yang semakin memprihatinkan, Tuan Finn terpaksa memanggil pengawal untuk membawa Revan dan Viola pulang ke mansion. Sementara itu, Tuan Finn dan Nyonya Rose tetap tinggal, memberikan isyarat rahasia kepada Tuan Hernan dan Nyonya Amalia untuk menemui mereka. Ada hal penting yang ingin mereka bahas: soal mahar dan pemutusan hubungan keluarga antara Viola dan mereka....
...(FLASH BACK OFF)...
(Bersambung)