NovelToon NovelToon
Tidak Pernah Ada Kata Perpisahan Antara Kita

Tidak Pernah Ada Kata Perpisahan Antara Kita

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Poligami / Lari dari Pernikahan / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:7k
Nilai: 5
Nama Author: jnxdoe

Selama 2 tahun menjalin mahligai rumah tangga, tidak sekali pun Meilany mengucapkan kata 'tidak' dan 'tidak mau' pada suaminya. Ia hanya ingin menjadi sosok seorang isteri yang sholehah dan dapat membawanya masuk surga, seperti kata bundanya.

Meski jiwanya berontak, tapi Mei berusaha untuk menahan diri, sampai pada akhirnya ia tidak bisa menahan lagi ketika suaminya meminta izinnya untuk menikah lagi.

Permintaan itu tidak membuat Mei marah. Ia sudah tidak bisa marah lagi ketika sudah kehilangan segalanya. Tapi ia juga tidak bisa tinggal di tempat yang sama dengan suaminya dan memilih pergi.

Selama 7 tahun Mei memendam perasaan marah, sampai pada suatu ketika ia menemukan kebenaran di dalamnya. Kebenaran yang sebenarnya ada di depan matanya selama ini, tapi tidak bisa ia lihat.

Bisakah Mei memperbaiki semuanya?

*Spin off dari "I Love You, Pak! Tapi Aku Takut..."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jnxdoe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 6 -

\= Tujuh tahun kemudian. Salah satu bandara internasional. Kota J \=

"Kau yakin tidak mau ikut menginap di hotelku, Mei?"

Kepala wanita cantik itu mengangguk kecil.

"Tidak Tuan... Anda mau saya pesankan sesuatu? Mungkin yang 'hangat-hangat' untuk malam ini?"

Kekehan pelan terdengar dari pria di depannya itu. Senyumannya melebar, memperlihatkan ketampanannya yang memabukkan. Salah satu tangannya berusaha meraih dagu Mei, yang langsung dihindari wanita itu.

"Kau masih belum berubah, Mei. Masih belum percaya."

Senyuman pria itu dibalas Mei dengan senyuman sinis yang sama.

"Saya akan percaya kalau melihat Anda hidup selibat. Sayangnya, sampai tadi malam, saya melihat Anda masih senang bertukar air liur dengan mereka yang berp*yudara besar."

"Hanya sebatas itu, Mei. Tidak lebih. Aku bersumpah!"

Membuka pintu mobil berwarna hitam di depannya, Mei masih memperlihatkan senyumannya.

"Simpan sumpah itu untuk pasangan Anda nanti, sir. Jangan untuk saya."

Cemberut, pria berambut hitam itu akhirnya masuk ke mobil. Pria itu tampak masih berusaha mengatakan sesuatu, sampai Mei membanting pintu di depan hidungnya.

Wanita itu mengetuk pintu pengemudi dan memberi tanda. Ia juga memberikan lambaian pada lelaki di balik kaca yang terlihat mengacungkan jari tengahnya geram.

Tawa masih tertinggal di mulut Mei, sampai ia melakukan panggilan pada seseorang. Tidak lama, mobil sedan kecil terparkir di depan matanya. Seseorang menghampiri dan memberikan kunci padanya.

"Terima kasih. Saya akan mengembalikannya sesuai perjanjian."

"Oke, non. Tidak masalah."

Tidak sampai 10 menit kemudian, wanita itu telah menelusuri jalanan di kota J.

Saat menyusurinya, ia sadar telah banyak yang berubah di kota ini. Bangunan yang tadinya dikenalinya dulu, kini berubah menjadi bangunan lain atau pun rata dengan tanah. Jalanan yang dulu sering ia lewati, kini telah dibangun banyak jalur baru dan infrastruktur yang jauh lebih canggih.

Ia hampir tidak mengenali lagi kota kelahirannya ini.

Kakinya membawanya ke satu kawasan perumahan mewah dan ia pun berhenti sejenak di seberang salah satu bangunan berlantai dua di depannya. Kedua matanya sedikit berkaca-kaca saat ia melihat seseorang yang sangat dikenalnya di sana, tapi ia tahu dirinya sudah tidak diterima lagi di dalamnya.

Hatinya sakit saat mengingat pertengkaran terakhir dengan kedua orangtuanya. Selama ia tumbuh, tidak satu kali pun Mei melihat keduanya akur. Tapi di saat tahu dirinya telah berpindah keyakinan, saat itulah dua manusia yang tadinya tidak pernah bicara satu sama lain itu, justru bersatu untuk menyerangnya.

Mereka kembali berbaikan hanya untuk mengasingkannya. Sungguh ironis sekali.

"Still. I love you, mom and dad."

Mengerjapkan matanya yang tidak lagi basah, tangan Mei memasukkan persneling dan ia pergi.

Tahunan ia telah putus hubungan dengan keluarganya dan ia pun tidak menangisinya lagi. Kalau masih ada hal yang ia tangisi, itu adalah rumah mungil yang saat ini sedang ia tatap penuh kerinduan dari jauh.

Jalur perumahan yang tadinya masih kosong itu saat ini telah penuh. Di depan rumah mungil itu kini telah dibangun taman bermain untuk anak-anak. Lahan kosong yang ada di sampingnya pun telah dibangun rumah lain. Terdengar teriakan anak-anak dan juga beberapa orang membawa bayinya berjalan-jalan sore itu.

Kembali hati wanita itu terasa sakit saat melihat sosok-sosok mungil di sana. Ia juga masih merasa sakit saat melihat tidak ada yang berubah dari rumah itu. Rumah itu masih seperti yang diingatnya dulu. Asri dan indah.

Merasakan matanya memanas dan basah, wanita itu memalingkan wajahnya dan membawa mobilnya pergi.

Tepat saat ia pergi, sebuah mobil berhenti di depan rumah itu. Tampak seseorang keluar dari dalamnya dan perlahan, kepala itu menoleh tepat ke arah mobilnya terparkir tadi.

Kedua mata cokelat itu terlihat kosong saat menatap lahan di seberangnya.

Pria itu tampak mematung beberapa saat, dan ia akhirnya memasukkan mobilnya ke halaman. Ia baru saja membuka pintu depannya, dan tampak senyuman lebar di wajah yang tadinya muram.

"Halo cantik..."

Keesokannya, tampak sebuah mobil hitam berhenti di depan sebuah gedung tinggi di kota itu. Dari dalamnya keluar sosok pria sangat tampan. Pria itu didampingi oleh seorang wanita yang juga tidak kalah cantik.

Keduanya berjalan tegak memasuki gedung dan sang wanita mendahului pria itu ke meja resepsionis.

"Selamat pagi."

"Selamat pagi bu. Anda mau ke lantai mana?"

Wanita itu tersenyum. "Kami perwakilan GuardYourInvest.com. Kami ada janji temu dengan pak Stanley?"

Wajah sang resepsionis terlihat tegang dan ia mengangguk kaku.

"Mohon ditunggu sebentar. Anda berdua dipersilahkan untuk duduk di sofa lebih dulu."

"Terima kasih. Tapi kami menunggu di sini saja. Tuan Conrad tidak punya banyak waktu, karena beliau harus melakukan kunjungan lain setelah ini."

Resepsionis itu kembali mengangguk. Wajahnya lebih pias. Tampak ia melirik ke pria bule di belakang wanita itu dan melakukan panggilan cepat di telepon.

"Mohon ditunggu sebentar bu. Sekretaris pak Stanley akan menjemput Anda berdua."

"Baik. Terima kasih."

Meski jawaban itu dilontarkan ramah, tapi aura intimidasi yang kuat terasa dari wanita cantik itu.

Tidak lama, keluar seseorang dari lift. Wanita yang mengenakan rok dan jas itu berjalan cepat ke arah Mei.

"Selamat pagi. Dengan ibu Meilany dan Tuan Conrad? Perkenalkan, saya Tantri. Sekretaris pak Stanley."

Sapaan berbahasa Inggris itu ditanggapi Mei dengan senyuman. Ia membalas uluran tangan wanita itu kuat.

"Selamat pagi. Saya Meilany."

Saat uluran tangan itu disambut oleh atasannya, pria tampan itu tersenyum lebih lebar.

"Halo, Tantri. Senang bertemu denganmu."

Pria itu tiba-tiba saja mengaduh kesakitan.

"Tuan Conrad? Anda tidak apa-apa?"

"Oh! Tidak. Tidak. Saya baik-baik saja. Sepertinya tadi ada semut nakal yang menggigit pinggang saya."

Tantri tersenyum canggung dan mengarahkan kedua tamunya ke lift.

Tanpa diketahui wanita itu, di belakangnya terjadi pembicaraan cukup panas.

"Jangan macam-macam, sir. Saya tidak mau membereskan kekacauan Anda seperti waktu di Bali kemarin!"

"Aku tidak macam-macam! Aku hanya bersalaman dengannya!"

Mei terlihat mendelik galak dan menggeram rendah.

"Pokoknya, tolong tahan n*fsu Anda selama berada di TJ Corp. Kalau masih tidak bisa, saya akan memesan seorang escort untuk Anda malam nanti!"

Bibir pria itu masih cemberut saat mereka masuk ke dalam lift.

"Kenapa kau kira aku pria gampangan-"

"Diam!" Bisikan keras dari Mei berhasil membuat Conrad bungkam.

Tidak ada yang bicara saat lift menyentuh lantai 56. Dengan sopan, Tantri mengarahkan tamunya ke salah satu ruangan meeting khusus di lantai itu.

Wanita itu tersenyum pada para tamunya.

"Sebentar lagi pak Stanley akan menyusul. Anda berdua mau minum apa?"

"Kopi saja. Terima kasih."

Segera setelah pintu tertutup, Conrad membelalak pada sekretarisnya.

"Aku mau minum whiskey! Kenapa kau malah pesan kopi!?"

"Tidak baik minum di siang hari. Anda bisa puas minum malam nanti."

Dua orang itu masih berdebat seperti anjing dan kucing, sampai pintu berat itu terbuka kembali.

"Selamat pagi?"

Sapaan penuh tanya itu membuat kedua orang itu langsung diam. Tampak Mei segera berdiri dan tersenyum profesional. Wanita itu mengulurkan tangan kanannya.

"Selamat pagi pak Stanley. Saya dengan Meilany, sekretaris Tuan Conrad."

Mata biru Stanley berbinar ceria dan ia menatap pria bermata hijau di depannya.

"Julius Conrad. Akhirnya kita bertemu. Selamat datang di Indonesia dan juga TJ Corp."

Senyuman Conrad melebar, cenderung terkekeh.

"Terima kasih, Stan. Aku juga senang bisa berkunjung ke sini."

Meski ini kali pertama mereka bertemu, tapi dua orang itu telah bekerja sama hampir setahunan ini. Kontak keduanya hanya dilakukan via online maupun email. Cukup sulit untuk menemukan waktu yang tepat.

Tiga orang itu baru saja akan duduk, saat terdengar ketukan pelan dari arah pintu.

"Maaf pak Stanley. Saya sedikit terlambat."

"Tidak apa. Masuk, Ash."

Perhatian Stanley kembali ke arah tamunya. Tampak tangannya berada di bahu pria yang baru datang itu.

"Oh ya. Ini Aslan. Dia Senior Manager untuk Finance & Accounting. Dia mewakili Herman, yang akan memberi penjelasan mengenai laporan keuangan saat ini."

1
Sri Mulyati
lanjut Thor ceritanya seru
Anis Rohayati
jujur gua malah jiji klu smpe mei balikan lagi sma si smpah aslan ingat laki2 modelan kya gini ga harus di pertahan kan pantes di buang
Sunaryati
Segera urai kesalahpahaman kalian, mulai dari awal jika sudah kembali bangun komunikasi yang baik jangan ada hal yang harus ditutpi
Harun Gayam
hadeuh muter² tetuss
Sunaryati
Itu akibat tak ada komunikasi yang jelas tujuh tahun yang lalu
Sunaryati
Dobell up Thoot makin menarik ceritanya
Sunaryati
Makin ada kejelasan, tapi tetap saja penyebabnya Ashlan telat menjelaskannya pada Mei sehingga Mei menyimpulkan jika Ashlan bersedia menikahi Cristine apalagi dugaan itu dikuatkan dengan kebersamaan Ashlan dan Cristine di kedai kopi dan terlihat Ashlan memegang tangan Cristine
Sunaryati
Itu sepenuhnya bukan salahmu, karena Ashlan tidak menjelaskan setelah kamu kecelakaan yang menyebabkan keguguran, seharusnya waktu itu mengurai kesalahpahamanmu memergoki Ashlan dan Cristine di kedai, karena sebelumnya Ashlan minta izin menikah
Ma Em
Aku kasihan pada Aslan kalau memang Aslan tdk menikah dan tdk pernah tidur dgn Cristine bilang sama Mei dan buktikan agar Mei percaya
Ma Em
Luar biasa
Sunaryati
Selidiki duli Mei, dan kamu Ashlan jika kamu tidal menikahi Cristine buktikan. Kesalahan kamu dulu minta izin menikahi Cristine, dua kamu ketemuan sama Cristine yang dipergoki Mei sehingga Mri kecelakaan dan keguguran
kesalahau besar Ashlan
Sunaryati
Lanjuut donel up Thoor, ceritanya semakin seru dan menarik
Sunaryati
Jelaskan dulu Ashlan Mei dan pembaca juga penasaran, kamu jadi menikahi Cristine? Jika ya kabulkan permintaan Mei untuk menceraikannya, jika tidakk kejar dan perjuangkan cintami, karena Mei sangat setia padamu
Sunaryati
Ceritanya menarik jika berkenan tolong up tiap hari Thoor
Sunaryati
Jika Ashlan tidak jadi menikah dengan Cristin, kembalilah. Namun jika sudah menikah lebih baik mundur dari pada sakit hati
Sunaryati
suka, jika penasaranku terjawab ttg Cristine tak kasi bintang 5
Sunaryati
Lanjuut fobel up, ya
Sunaryati
Bagaimana pernikahan Ashlan dengan Cristine, Thoor, bukankah kepergian Mei karena Ashlan akan menikahi mantannya itu
Sunaryati
Oh ternyata Mei keguguran ketika kecelakaan saat melihat Ashlan dan Cristin di Cafe, kasihan Mei
jnxdoe: Terima kasih kak buat komentarnya... Tetep baca sampai tamat ya... 🥰🙏
total 1 replies
Sunaryati
Sebelum pergi kan mengabarkan kehamilan Mei pada Ashlan, mana anak Mei?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!