Ronan-17:The Battle Cyborg

Hari yang cerah untuk kota Metro. Saat ini, waktu sudah memasuki jam 8 pagi. Tepat di sebuah arena WDT, semua Ronan telah melakukan banyak kegiatan taktikal.

Rupanya semua Ronan sudah memiliki kesadaran masing-masing. Hari ini memang jadi hari yang sibuk untuk semua Ronan karena Dokter Mayfreed ingin tahu seberapa tahan banting Ronan yang ia ciptakan.

Dari mulai rintangan yang sangat sulit hingga rintangan yang membutuhkan refleks cepat, semuanya dilibatkan. Seperti yang diketahui, semua Ronan memang sudah bukan lagi manusia normal. Namun, faktor-faktor manusianya masih diterapkan.

Kelelahan, perasaan senang ataupun sedih, dan tekad masih disisakan untuk setiap Ronan, agar mereka mampu beradaptasi ke tingkat selanjutnya di masa yang akan datang.

2 jam telah berlalu dari sesi fisik yang melelahkan, Reina tampak begitu kelelahan. Ia sengaja menemepelkan batre portabel ke bagian pundaknya untuk mengisi ulang dayanya. Reina memang payah dalam urusan fisik.

Semasa dia menjadi manusia normal ia bukan orang yang senang olahraga. Dan hal itu rupanya masih menjadi masalah bahkan setelah ia menjadi cyborg. Dokter Mayfred yang melihatnya lalu datang menghampiri Reina.

Sadar bahwa dia adalah aset berharga umat manusia, ia pun datang untuk membantu masalah tersebut. “Kita akan coba memakaikanmu batre yang lebih tahan lama. Karena tidak mungkin ketika nantinya ketika kita berperang dan kau harus masuk dulu sleeping pod 2 jam sekali” ujar sang dokter.

Mendengar itu, Reina hanya bisa terdiam. Ronan 4 yang melihat itu pun datang menghampirinya. “Kerja bagus nomor 17! Selanjutnya kita masih harus melakukan kegiatan ini” ucapnya menyemangati Reina. Reina pun hanya bisa tersipu malu dan mengangguk.

Keduanya yang sedang mengobrol kemudian dihampiri oleh Ronan nomor 7,8,9 dan 10. Ronan 7 adalah sosok yang bertubuh besar dengan rambut ikal dan perawakan yang sedikit gemuk.

Dia menamai dirinya sebagai Chips. “Aku suka nama itu. Aku melihat banner Chips dengan gambar keripik kentang di sebelahnya” ucapnya sambil menjelaskan asal usul namanya.

Ronan nomor 8 dan 9 ternyata memiliki wajah yang sangat mirip, bedanya nomor 8 memiliki bintik di bawah matanya. “Aku adalah Eve dan dia adalah Tiff.

Kami tidak tahu kalau kami memiliki wajah yang sangat mirip satu sama lain. Kekuatan kami pun juga sama dan kami merasa lebih nyaman bekerja seperti itu” jelas Eve yang sepertinya di masa lalunya, mereka berdua adalah saudara kembar.

Dan yang terakhir, pria dengan perawakan tinggi. Rambutnya panjang dan diikat. Dia juga memiliki mata sayu dan tidak banyak bicara.

“Namaku Rendo” ucapnya singkat. Dia memang tidak banyak bicara dan agak misterius, tapi ketika Chips mengajaknya berkenalan, ia tiak menolak sedikitpun.

Mendengar perkenalan tersebut, Reina dan si nomor 4 hanya bisa tersenyum kecil.

“Wah semuanya sudah punya nama masing-masing yah. Baiklah kalau begitu. Bagaimana kalau aku menamai diriku sendiri…. Reo.

Ya, namaku hari ini adalah Reo Hahahah” ucapnya kegirangan. Si nomor 4 kini sudah memiliki nama. Semua orang disana juga sudah berkenalan.

Hanya satu yang belum menyebutkan namanya. Yup, dia adalah Reina. Reina sendiri bingung memilih namanya.

Karena masih malu-malu dan dia juga tidak tahu mau menamai dirinya dengan apa, Reina pun hanya menjawab “cukup panggil aku ronan-17 saja” ucapnya.

Mendengar jawabannya, sontak semua orang kecuali Reo tertawa terbahak-bahak. “Yang benar saja. Masa kamu masih betah dengan nama itu ahah” ucap Eve cekikikan.

Reina hanya bisa tersipu malu mendengar perkataan dan tertawaan semua orang. Reo pun melihatnya dan mengusap punggung Reina.

“Tak usah khawatir. Nama ini hanya sebatas untuk memudahkan kita untuk berkomunikasi saja. Kalau kamu nyaman dengan nama itu, kita akan terima” ucapnya.

Mendengar itu Reina pun kembali tersenyum. Tak lama dari situ, datang Ronan nomor 2. Perawakannya adalah seorang wanita yang sudah cukup berumur, memiliki rambut panjang berwarna kuning keemasan dan punya postur tubuh yang berliuk-liuk.

Dengan raut yang tampak tidak begitu senang, ia pun berkata “simpan tertawa kalian. Siapkan batre. Kita masih ada sisa latihan hari ini” ucapnya sambil berlalu.

Seketika mereka ber-enam terdiam. Tiff pun langsung menjelaskan “Dia menamai dirinya sebagai Charo. Dia memang yang paling menyebalkan di sini. Akan kujambak rambut si nenek tua itu pada saat yang tepat” ucapnya sambil mengepalkan tangan.

Entah kedengaran atau memang kebetulan saja, Charo berbalik dan menatap ke arah Tiff. Sontak semua orang terkejut tak terkecuali untuk Tiff sendiri.

Setelah menatap cukup lama, dia pun melanjutkan jalannya. “Wow.. wanita yang mengerikan” gumam Chips.

Di saat yang sama, Reina pun jadi tahu kalau Ronan di tempat ini sama seperti manusia biasanya. Dokter Mayfreed memang jenius, pikirnya.

Reina merasa kesadaran manusia yang disisakan sedikit ini berhasil membuat suasana di tempat ini jadi lebih santai dan tiap Ronan mampu menjalankan tugasnya dengan baik. Atleast it is for what she tought. Kenyataanya, untuk semua Ronan masih memiliki kesadaran diri saja sudah menjadi hal yang aneh.

Namun Reina percaya kalau itu semua demi kelancaran Ronan yang akan terus berkembang dari waktu ke waktu.Tak lama alarm pun menyala.

Kali ini, mereka semua ditugaskan untuk membantu polisi kota. “Sebagai metode pengenalan warga sipil dan pengenalan kota Metro itu sendiri, semua Ronan pun ditugaskan di satu tempat. Semoga beruntung” ujar Dokter Mayfreed lewat speaker yang ada di dalam ruangan.

Merasa kebingungan, akhirnya semua Ronan pun dibawa dengan jet milik WDT.

Sesampainya di kantor polisi, semua anggota polisi yang ada disana menyampaikan ketenangan karena kini Ronan telah hadir untuk umat manusia.

“Semoga semua hal yang terlah kalian lakukan dan segenap pelindung dunia ini memberkati kalian” ucap sang pemimpin polisi, Jeff Holace. Setelah sambutan hangat tersebut, semua Ronan pun berpencar.

Ada yang membantu polisi lalu lintas, ikut menjaga ketertiban pendemo di depan kantor pemerintah, ikut ke kantor polisi di pos sebelah dan lain-lain.

Reina yang tentu saja bersama Reo hanya melihat-lihat semua warga di taman. Disana banyak sekali orang-orang dengan kegiatan berbeda-beda.

Ada yang sedang piknik, bermain bola basket dan lainnya. “Menjadi manusia normal ternyata seru juga ya” gumam Reo. Reina pun hanya bisa tersenyum.

“Aku heran kenapa ada entitas di luar sana yang ingin menghapus keberadaan mereka di bumi ini” lanjutnya. Reina pun hanya terdiam sambil memandangi ke arah danau. Semua Ronan yang berpencar pun tampak menikmati dalam membantu tugas polisi.

Di sisi lain, 2 mahluk berjubah hitam menatap ke arah kota Metro dari luar. Tampak mereka berdiri di sebuah gundukan pasir di tengah luasnya padang pasir.

Menatap lewat teropong, satu orang disana juga bergumam “Ayo kita pancing dia keluar” ucapnya sambil menjulurkan lidahnya yang tampak seperti ular itu. Sang rekan yang memakai jubah hitam hanya mendengarkan tanpa merespon. Mereka berdua pun berjalan mendekati kota Metro sambil memegang foto Reina.