NovelToon NovelToon
Lovestruck In The City

Lovestruck In The City

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Kantor / Keluarga / Karir / Romansa / Bapak rumah tangga / Office Romance
Popularitas:7.6k
Nilai: 5
Nama Author: nowitsrain

Bagi beberapa orang, Jakarta adalah tempat menaruh harapan. Tempat mewujudkan beragam asa yang dirajut sedemikian rupa dari kampung halaman.

Namun, bagi Ageeta Mehrani, Jakarta lebih dari itu. Ia adalah kolase dari banyak kejadian. Tempatnya menangis dan tertawa. Tempatnya jatuh, untuk kemudian bangkit lagi dengan kaki-kaki yang tumbuh lebih hebat. Juga, tempatnya menemukan cinta dan mimpi-mimpi baru.

“Kata siapa Ibukota lebih kejam daripada ibu tiri? Kalau katamu begitu, mungkin kamu belum bertemu dengan seseorang yang akan membuatmu menyadari bahwa Jakarta bukan sekadar kota bising penuh debu.”—Ageeta Mehrani, 2024

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nowitsrain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Daydreaming

Terkutuk lah mimpi tidak etis yang menghampiri tidur Ageeta semalam, karena berkat itu, ia jadi tidak bisa tidur sampai pagi hampir menjelang. Hasilnya, ketika kini matahari sudah berada persis di atas kepala, Ageeta baru terbangun dan menemukan seluruh tubuhnya pegal-pegal. Rasanya seperti habis digebuki massa, remuk redam.

Bukan hanya pegal di sekujur tubuh, Ageeta juga harus berhadapan dengan pening yang menyiksa tatkala tubuhnya dibawa bangun dengan gerakan tiba-tiba. Ia limbung, nyaris nyungsep ke lantai kalau-kalau tangannya tidak cukup cepat menahan di kasur.

Ageeta berdiam diri sebentar dengan kedua kaki yang menggantung, memegangi kepalanya berharap pening yang terasa bisa segera sirna karena sejujurnya ia harus ke dapur mengambil air minum. Tenggorokannya terasa begitu kering sekarang, seperti sudah tidak minum selama berhari-hari.

Apa yang menyambut Ageeta pertama kali ketika kesadarannya berhasil terkumpul adalah Rooney dengan wajah bloonnya. Buntelan bulu berdiri di depan pintu kamar, menatap serius ke arahnya seolah berkata, “Wahai, babu, segeralah bangun dan siapkan makananku. Aku sudah lapar.” Tanpa sedikit pun empati dan rasa belas kasihan.

Lalu sebagai babu yang baik, Ageeta menurut. Pelan-pelan menapakkan kaki, pelan-pelan juga melangkah mendekati bos bulu yang sudah tidak sabar untuk menyantap sarapannya yang kesiangan.

“Iya, iya, maaf. Tahu sendiri aku nggak bisa tidur semalaman,” ujarnya, dalam rangka menenangkan Rooney yang tampak seperti hendak menerkam ketika ia membungkuk untuk membawa buntelan bulu itu ke gendongan.

Ageeta membawa Rooney ke area makan, memenuhi mangkuk dan memastikan air minum milik bocah bulu itu tidak kering kerontang. Sesudah itu, barulah ia melipir ke dapur untuk mengurus dahaga yang sedari tadi menyiksanya.

Selesai menenggak segelas air dingin, Ageeta berjalan gontai kembali ke kamar. Sambil garuk-garuk kepala dan sedikit menjambak uraian rambutnya ketika dirasa kepalanya kembali berdenyut.

Ageeta hendak merebahkan tubuhnya lagi di kasur, kalau saja dia tidak tiba-tiba teringat pada Reno yang mengiriminya permintaan untuk dikirimkan alamat rumah.

Akhirnya, ia urung mencari posisi rebah. Beralih merogoh bagian bawah bantalnya untuk menemukan ponsel yang dia selipkan di sana semalam.

Tombol power di bagian samping kanan Ageeta tekan selama beberapa detik, sampai layar ponselnya yang semula padam mulai menyala dan menampilkan logo ponsel sebelum disusul kata-kata sambutan lainnya.

Mungkin karena semalam dipaksa untuk mati secara tiba-tiba, Ageeta merasa proses loading berjalan terlalu lama. Ah, atau bisa jadi ini adalah efek dari bisikan halus di telinganya yang sudah tidak sabar untuk memeriksa balasan pesan dari Reno.

Selagi menunggu, Ageeta meninggalkan ponsel dengan foto Rooney sebagai wallpaper itu di atas meja belajar. Sementara dirinya bergerak ke lemari pakaian, memilah-milah baju ganti. Oke, dia akan bergegas mandi setelah ini. Mandi keramas. Mengguyur kepalanya yang sudah mulai terkontaminasi dengan hal-hal kotor agar kembali suci seperti dulu ketika ia pertama kali datang ke perantauan.

Sepotong kaus oversize warna hitam dan celana training gombrong berlogo sekolah SMA yang warna biru tuanya sudah mulai luntur Ageeta pilih untuk menjadi outfit santainya di hari Sabtu yang cerah ini. Toh dia tidak akan pergi ke mana-mana, sudah berencana untuk tinggal di rumah menyelesaikan episode drama Korea yang tersisa.

Kembali ke meja belajar, Ageeta mengecek ponselnya yang sudah selesai proses loading. Untuk kemudian menemukan dua pesan dikirimkan oleh Reno di jam yang berbeda. Yang satu dikirim semalam, tidak sampai satu menit setelah ia mengirimkan alamat rumahnya kepada lelaki itu. Sementara yang satunya lagi dikirim 45 menit yang lalu dan berbunyi, Saya bisa ke rumah kamu jam berapa, Git?

Setelan santai yang semula ia dekap erat-erat pun terjun bebas ke lantai, jatuh menimbun kaki-kakinya yang sekali lagi terasa berubah menjadi jelly. Oh, siapa pun, tolong Ageeta! Dia butuh seseorang untuk menampar wajahnya agar sadar dan tidak semakin bermain dengan imajinasinya sendiri.

“Pak Reno mau ke sini? Pak Reno? Mau ke sini?” oh, tapi, bahkan dengan menampar dirinya sendiri berkali-kali pun, Ageeta masih tidak bisa menentukan apakah ini kenyataan atau justru mimpi aneh seperti yang dia miliki semalam.

...****************...

Entah kerasukan jin dari mana, Ageeta bertingkah super tidak masuk akal setelah membalas pesan Reno dengan mengatakan bahwa ia free seharian. Seakan sudah tidak punya urat malu, dia mengundang seorang lelaki datang ke rumahnya untuk kali pertama seumur hidupnya. Dan yang lebih di luar nalar lagi, ia bahkan berdandan.

Seorang Ageeta Mehrani berdandan!

Wajah yang biasa hanya dia baluri sunscreen dan moisturizer setiap pagi itu kini dipenuhi riasan. Pipinya merona merah ditimpa blush on, bulu matanya yang tak seberapa lentik kini mencuat badai setelah disapu maskara sebanyak tiga kali, alisnya digambar sedikit, dan bibirnya dipulas gincu warna peach yang terkesan segar dan manis. Oh! Jangan lupakan rambut cokelatnya yang dicurly!

Untuk ukuran seseorang yang hendak menerima tamu, tampilan Ageeta hari ini termasuk heboh dan agak too much.

Sekitar 45 menit menunggu sejak Reno mengirim pesan sedang on the way, sudut bibir Ageeta akhirnya tertarik ke atas tatkala menemukan mobil lelaki itu datang dari kejauhan. Dengan dada yang berdebar dan kaki sedikit gemetar, Ageeta berjalan meninggalkan teras, menyambut kedatangan Reno ketika mobil yang lelaki kendarai itu mencapai halaman depan.

Gugup, Ageeta menarik dan membuang napas dengan irama ketukan yang sama sebanyak delapan kali. Kemudian ia berusaha bersikap biasa-biasa saja ketika pintu mobil terbuka dan Reno muncul dari baliknya. Lelaki itu datang dengan mengenakan kaus pas badan warna putih dan celana hitam pendek sedikit di atas lutut. Kakinya dibalut sneaker warna putih dengan satu garis hitam di bagian samping. Outfit yang sederhana, tetapi Ageeta tahu bahwa harganya bisa berkali-kali lipat dari gaji bulanannya.

“Hai, Git,” sapa lelaki itu.

Ageeta menyapa balik dengan kikuk. Terlebih, saat dia sadar bahwa Reno mulai memindai penampilannya dari rambut sampai ke ujung-ujung jempol kakinya.

“Rapi banget, mau pergi ya?” tanya Reno.

Sedikit gelagapan, Ageeta menjawab, “En—enggak, Pak. Saya emang suka dandan rapi kalau di rumah,”

Di luar dugaan, Reno hanya menganggukkan kepala tanpa melontarkan ledekan-ledekan yang Ageeta tahu akan membuat pipi penuh blush on miliknya semakin merona. Lelaki itu kemudian terlihat merogoh saku celana, lalu menyodorkan sesuatu yang butuh lebih dari tiga detik sampai Ageeta mengenalinya.

“Ya ampun!” pekiknya. Sudah lupa dengan image anggun dan cantik yang sesaat sempat ingin dia bangun, Ageeta merebut sesuatu itu dari tangan Reno, membolak-baliknya beberapa kali dan berakhir mengusap-usap permukaannya penuh sayang. Itu adalah kartu akses yang membuatnya bisa masuk ke gedung perusahaan dan beberapa ruangan lain di sana. Kalau tidak ada, bisa repot urusannya.

“Kok bisa sama Bapak?” tanyanya kemudian, sudah setengah sadar dari reaksi hebohnya yang berlebihan.

“Ketinggalan di meja pantri. Saya nggak sengaja nemu pas mau balikin gelas kotor.”

“Aduh, makasih banget, Pak. Kalau nggak ada ini, saya bisa kalang kabut nanti hari Senin.” Ageeta menangkupkan kedua tangannya di depan wajah, berkali-kali mengucapkan terima kasih.

Reno mengibaskan tangannya santai. “No problem, saya juga nggak sengaja nemuinnya. Lagian kalau kamu kesusahan masuk ke kantor, saya juga yang repot. Jam ngopi saya kan nggak bisa digeser lebih cepat atau lebih lambat.”

“Oh!” tiba-tiba saja, Ageeta memukul keningnya sendiri dengan cukup keras. Praktis membuat Reno keheranan.

“Kenapa kamu?”

“Saya lupa mempersilakan Bapak buat masuk. Ayo, Pak, masuk dulu biar saya bikinin kopi buat Bapak.” Dengan gestur mempersilakan agar Reno menginjak pintu masuk rumahnya lebih dulu, sebagaimana mestinya seorang tuan rumah mempersilakan tamu.

Namun, Ageeta lagi-lagi dibuat tidak mengerti ketika Reno malah menggelengkan kepala menolak tawarannya.

“Saya ke sini cuma buat anterin access card punya kamu aja,” jelas lelaki itu.

“Iya, tahu, tapi sebagai tuan rumah yang baik, saya mau suguhin kopi buat Bapak. Hitung-hitung sebagai ucapan terima kasih juga.” Ageeta dengan pendiriannya yang teguh.

Tetapi, Reno juga tetap kekeuh menolak. “Kamu udah bilang makasih tadi, itu udah cukup. Lagian...” Reno memberi jeda, untuk sekali lagi memindai penampilan Ageeta. “Kamu kayaknya emang mau pergi.”

“Enggak!” sergah Ageeta. Sambil menggeleng heboh dan menyilangkan kedua tangannya di depan dada membentuk huruf X. “Saya free hari ini, nggak mau ke mana-mana.”

“Kalau gitu,” secepat kilat, Reno mendekat, mengulurkan tangan dan menariknya kembali setelah menjumput sehelai bulu mata yang menempel di dekat hidung Ageeta. “Selamat menikmati weekend ini di rumah.” Seraya menyerahkan bulu mata yang dia jumput ke telapak tangan Ageeta.

“Lain kali aja saya mampir. Hari ini jadwal saya cukup padat.”

Ageeta tidak menjawab. Sebab dia sedang sibuk menahan napas. Gerakan Reno yang tiba-tiba bukanlah sesuatu yang baik untuk kesehatan jantungnya. Senyum sialan yang disunggingkan oleh lelaki itu sebelum berjalan menjauh seraya melambaikan tangan juga tidak kalah dahsyat efek damage-nya.

“See you hari Senin, Ageeta!”

Oh, tidak. Seharusnya, Reno langsung saja tancap gas dan pergi meninggalkan kediaman Ageeta tanpa perlu membuka kaca jendela, menyembulkan kepala dan sekali lagi melambai sambil berkata demikian.

Karena, persis setelah mobilnya menghilang ditelan kelokan, Reno tidak akan tahu bahwa tubuh Ageeta perlahan-lahan merosot ke lantai. Memulai lagi adegan dramatis dengan iringan irama jantung yang berdentang-dentang tidak keruan.

Bersambung

1
F.T Zira
lha... gak sadar main nyelonong😅😅😅..
ninggalin 🌹 dulu buat ka author✌️✌️✌️
Zenun
Tidur aja, Renonya lagi kena pelet masa lalu😁. Tapi dia lagi di obatin sama Noa sama Laras kok
nowitsrain: Atuh nggak bisa goyang
Zenun: ehehehehe, digoyangin aja
total 5 replies
Zenun
tuh dengerin Ren
nowitsrain: Iyaaa
Zenun: ya ampun, se-rombeng itukah kuping Reo
total 5 replies
Dewi Payang
Untung bukan roh jahat🤣🤣
Dewi Payang: wkwk🤣
nowitsrain: Roh jahat mah udah dipaten sama Pak Ruben
total 2 replies
Dewi Payang
Sisa hidup kamu Ren.... ingat kata2 itu Ren....😄😄
Dewi Payang: 😄😄😄😄😄
nowitsrain: Iya tuuu
total 2 replies
Dewi Payang
Jangan, tar kamu jadi kuda lumping Ren
Dewi Payang: 🤣🤣🤣🤣🤣
nowitsrain: Wkwk mau debus dia kak
total 2 replies
Alesha Qonita
baca judulnya mirip sama drakornya babang ichang dan mami Ji-won 😂, Yangyang couple 🤭
Dewi Payang
sepupuan yaa saama si Laras?
nowitsrain: Bukan Kak hehe
total 1 replies
Dewi Payang
Untuk selalu ada? What? Aduh Ren....
Dewi Payang: 🥺🥺🥺🥺🥺🥺
nowitsrain: Sebagai sesama manusia 😭
total 2 replies
Nana Hazie
kenapa teresa nggak suka banget ma clarisa ya
Aresteia
good
esterinalee
luar biasa
Zenun
tuh kan tuh kan
nowitsrain: Salahhhhhh sayangkuuu
Zenun: iiiihh bener itu
total 5 replies
Zenun
setelin lagi last child coba
Zenun: penantian😄
nowitsrain: Wkwk lagu yang mana nih yang cocok untuk menggambarkan suasana suram ini
total 2 replies
Zenun
ada mah, di dengkul hehe
Zenun: hihihihi
nowitsrain: Wow, pantes...
total 2 replies
Zenun
lagi begulet jangan-jangan
Zenun: nyok 🏃‍♀️
nowitsrain: Astaghfirullah... ayo kita grebek!
total 2 replies
Zenun
Omelin mak. Reno masih aja bermain-main sama masa lalu hihihi
Zenun: Reno sukanya nyari kuman nih
nowitsrain: Emang sukanya nyari penyakit
total 2 replies
Dewi Payang
Ren.... Ren... bisa ga sih, ga usah pake peluk2 gitu.....
Dewi Payang: 🤣🤣🤣🤣🤣👍
nowitsrain: Bener sih ini...
total 6 replies
Dewi Payang
Seperti Clarissa bakalan lama deh Mam,🤭
nowitsrain: Betul...
Dewi Payang: Dia memang gak jahat kak, tapi situasi akan membuat dia terlihat jahat karena berada diantara Reno dan Ageeta, iya gak kak....
total 7 replies
Dewi Payang
Baru baca fikirannya si Mami, kok udah buat aku antipati sama si Clarissa🤭
nowitsrain: 😌😌 begitulah
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!