Dear, My Love

"Mas Rama??!! Ngapain di sini?" tanya Anya kaget bercampur dengan rasa was-was saat melihat lelaki itu sudah berdiri di depan pintu kamarnya.

"Jemput calon makmum ku untuk sholat berjamaah." kata Rama dengan santainya.

Laki-laki itu sepertinya sudah mandi dan mengganti pakaiannya dengan baju koko dan sarung milik mas Iyan. Karena ukuran badan mereka memang sama.

"Tapi lebih baik mas sholat di masjid sama-sama mas Zaki dan mas Iyan." kata Anya sengaja menyarankan hal itu agar Rama pergi bersama dua kakak laki-lakinya.

"Aku maunya sholat bersama kamu. Aku mau jadi imam kamu, karena sekarang masih belum boleh menjadi imam dalam rumah tangga kita. Aku sudah cukup puas menjadi imam sholat mu." kata Rama menunjukkan keinginannya menikahi Anya untuk kesekian kali.

"Udah mas, kita turun sekarang. Pasti yang lain udah pada nungguin kita." kata Anya lalu keluar kamarnya.

Mata Rama sempat melihat buku tebal di atas tempat tidur milik Anya. Dan Rama yakin buku itu pasti pemberian laki-laki yang merupakan tetangganya.

"Buang buku itu!!" kata Rama saat Anya hendak menuruni tangga.

"Apaan sih, mas?" kata Anya pura-pura tak paham

"Kamu tau aku tak suka jika ada laki-laki lain yang mendekati kamu. Kamu itu calon istriku." kata Rama.

"Mas, tolong jangan begini. Mas tau kan kalau aku menganggap mas seperti kakak aku. Sama seperti mas Zaki dan Mas Iyan. Lagipula aku masih terlalu kecil untuk memikirkan pernikahan. Aku mau kuliah dan meraih cita-citaku." kata Anya lalu segera turun ke bawah meninggalkan laki-laki yang terlalu obsesi padanya itu.

Rama pun segera menyusul Anya turun ke bawah.

"Aku tak mau kamu mengganggap ku kakakmu. Aku mencintaimu dan kau tau itu, Anya. Dan aku tak akan melarang kamu meraih cita-cita kamu, bahkan aku akan mendukung sepenuhnya." kata Rama menyatakan perasaannya lagi.

Namun, seperti biasa Anya selalu mengacuhkannya dan kali ini Rama yang sudah merasa kesal pada gadis itu sejak tadi.

Rama merasa jengkel karena Anya didekati Fahri, apalagi gadis itu menerima dan membuka pemberian anak tetangganya itu.

Rama pun menarik Anya dan menghimpit gadis itu hingga tubuhnya itu bersandar pada dinding di bawah tangga.

Rama menatap mata Anya dengan penuh perasaan. Mata indah yang selalu membuat Rama terpesona itu kini terlihat ketakutan.

"Mas, please jangan begini." kata Anya dengan takut. Dia takut Rama akan nekat apalagi ini di rumah mertua mbaknya, bagaimana jika ada yang melihatnya.

Anya takut dianggap menggoda Rama, duda muda yang kaya raya.

"Kamu tau perasaanku kan, Anya? Aku selalu menunjukkannya dari dulu. Aku juga selalu sabar menunggu kamu hingga kamu dewasa." kata Rama kedua tangannya mengukung tubuh Anya.

Rama menatap wajah cantik Anya, mata bulat yang dibingkai dengan bulu mata tebal dan lentik itu selalu saja menghipnotis Rama.

Tangan Rama mengelus pipi lembut Anya. Dia tak perduli Anya menghindarinya dengan memalingkan wajahnya ke samping.

"Aku akan segera melamar kamu setelah kamu lulus. Aku juga gak akan melarang kamu kuliah yang penting kita menikah dulu." kata Rama dengan seenaknya.

"Mas Rama! Aku gak mau menikah muda, mas. Aku sudah bilang aku tak punya perasaan apapun sama mas Rama." kata Anya dengan kesal.

"Apa kamu mencintai laki-laki tadi? Atau ada lelaki lain yang kamu cintai?" tanya Rama yang geram dengan penolakan Anya.

"Nggak ada, mas. Aku memang masih mau fokus sama pendidikan dan cita-citaku. Mas taukan asal-usul ku dan bagaimana mbak April berjuang untukku. Aku mau membanggakan dan membahagiakan mbak ku dulu, mas." kata Anya dengan lembut.

Pasalnya Rama memiliki watak keras kepala dan jika Anya membalasnya dengan keras yang ada laki-laki itu makin menjadi.

"Aku sudah bilang kan, Anya. Aku akan mendukung semuanya. Tapi kita sebaiknya menikah dulu. Aku tak mau kamu dimiliki oleh lelaki lain." kata Rama lagi.

"Sudah ya, mas. Kita bahas masalah itu lain kali. Saat ini kita pasti udah ditunggu sama yang lain." kata Anya dengan lembut, tangan Anya pun mengelus lengan Rama agar laki-laki itu luluh.

Rama yang bucin nya tingkat akut pun langsung mengangguk dan membiarkan Anya pergi ke mushola kecil yang dibangun diantara dua rumah itu.

Mereka pun segera mengambil wudhu karena sudah ditunggu oleh yang lainnya.

"Lama banget sih mas Rama manggil kamu, pasti ngapa-ngapain dulu." bisik Zahra dengan usil.

Sontak saja mata Anya melotot pada saudaranya itu.

"Kamu yang nyuruh mas Rama manggil aku?" tanya Anya namun hanya dibalas gelengan kepala oleh Zahra.

Namun, arah tatapan Zahra membuat Anya paham siapa yang menyuruh Rama memanggil Anya untuk turun sholat.

Dia adalah wanita paruh baya yang berdiri di sebelah Bu Vivi. Wanita yang ceplas-ceplos namun baik hati. Oma nya Rayyan dan Raisa itu memang sangat semangat menjodohkan Rama dengan Anya.

Bahkan sudah mencuri start dengan mengenalkan Anya sebagai calon mantunya agar tak ada yang menyerobot Anya dari Rama.

'Ya Allah. Gak anak, gak ibu sama aja gilanya.' batin Anya sambil melirik Bu Dewi yang menyemangati anak bungsunya dengan kepalan tangan dan mengucapkan kata 'fighting '.

Rama pun mulai mengimami sholat, di belakangnya adalah wanita-wanita dalam keluarganya. Ibunya, mertua kakaknya, kakak iparnya beserta keponakannya, Raisa juga dua remaja yang merupakan adik dari iparnya.

Dan salah satunya adalah gadis pujaannya, gadis yang membuatnya jatuh hati sejak empat tahun yang lalu.

Suara Rama begitu merdu saat membaca Al Fatihah dan surah pendek. Semenjak bercerai dari Zena dan membuat perusahaan mereka hampir bangkrut, Rahardian menyuruhnya untuk selalu dekat pada sang pencipta.

Menurut Rahardian semua cobaan hidupnya bisa jadi teguran karena Rama tak mau mendekat pada sang pencipta.

Akhirnya sejak saat itu, Rama mulai belajar agama dan mulai melaksanakan sholat walaupun masih belang-belang.

Namun ketika bertemu Anya saat gadis ABG yang saat itu bersama April menginap di rumahnya, Rama pun mulai berubah.

Gadis ABG yang terlihat sangat bahagia karena pernikahan sang kakak itu selalu tersenyum dan membuat Rama begitu terpesona.

Sejak dia mulai mendekati keluarga kakak iparnya dengan tujuan agar mereka menyetujui keinginannya untuk melamar Anya.

Dan Rama tak lagi menjadi sosok arogan dan sombong seperti sebelumnya. Apalagi Anya pernah mengatakan pada ibunya tipe ideal suaminya adalah laki-laki yang bisa menjadi imam yang baik untuknya dan mengajaknya ke surga bersama-sama.

Sejak itu Rama mulai rajin beribadah dan sedekah. Alhasil, perusahaan Rama yang hampir bangkrut pun mulai membaik dan sekarang sudah kembali berjaya melebihi saat ayahnya masih hidup dan memegang perusahaan itu.

Setelah selesai sholat, Rama pun memimpin doa. Bacaan doa yang keluar dari bibir Rama begitu fasih dan mengalun indah.

Dan membuat Anya hampir saja terpana mendengarnya.

'Subhanallah, ternyata mas Rama sudah menjadi bisa menjadi imam sholat yang baik.' batin Anya tanpa sadar memuji laki-laki itu.

Setelahnya Rama pun menyalami ibunya, mencium tangan wanita yang melahirkannya dengan khidmat. Tak ketinggalan kecupan di kedua pipi ibunya.

Bu Dewi pun memeluk putra bungsunya dengan sayang.

Begitupun mbak Raina dan Zahra yang menghampiri Bu Vivi dan melakukan hal yang sama seperti Rama lakukan padanya ibunya.

Semua itu tak luput dari pandangan Anya, gadis itu merasa iri pada Rama yang masih bisa memeluk ibunya. Juga mbak Raina dan Zahra yang masih bisa merasakan hangatnya pelukan seorang ibu.

"Kamu gak mau cium tangan mbak, Nya?" tanya April yang melihat adiknya melamun saja.

April yang sudah selesai mencium tangan ibunya dan Bu Dewi segera menegur adiknya yang dari tadi tak beranjak dari tempatnya.

Anya pun menghampiri kakaknya, mencium takzim tangan yang merawat dan membesarkannya.

Anya memeluk April, kakak yang disayanginya. Tanpa disadari air mata pun menetes dari mata indah Anya. April memang bukan wanita yang melahirkannya. Namun kakaknya itu mengorbankan segalanya demi dirinya.

Bahkan meninggalkan keluarga pihak ibunya karena mereka meminta April menaruh Anya ke panti asuhan.

Dalam hidup Anya sekarang, dia tak memikirkan dirinya. Namun memikirkan wanita yang terpaksa dewasa demi mempertahankan dirinya.

Wanita itu adalah April, kakak yang juga ibu serta ayah bagi Anya.

"Anya sayang mbak." kata Anya dengan sepenuh hati tersenyum sambil menyeka air matanya.

♥️♥️♥️

Salut banget buat April yang rela mengorbankan segalanya demi adiknya.

Jangan lupa likenya ya 🤗