Nalendra, I Love You

Waktu jam masuk kerja adalah pukul 07.30 Waktu setempat. Tapi Ayra datang tepat pukul sembilan pagi. Sudah jelas apa yang gadis itu dapat. Bukan perintah ini dan itu layaknya karyawan yang lain, Tapi kemarahan dari sang managernya langsung.

Para teman yang lain pun juga menatap risih Ayra. Kebanyakan dari mereka memang berharap ayra di pecat mungkin karena kerjanya yang selalu tidak becus. Selalu berbuat ulah hingga yang lain ikut kena getahnya.

Di dalam sebuah ruangan pribadi sang manager, Ayra menunduk dalam, Gadis dengan penampilan yang sangat berantakan itu tidak berani mengangkat kepalanya untuk sekedar hanya menatap wajah sang manager yang super garang itu.

"Kamu itu kerja disini belum juga satu bulan tapi sudah membuat ulah.. Libur beberapa hari.. Bukan hanya itu saja, Kamu juga kerap kali melanggar peraturan yang ada di Cafe ini.. Berulang kali saya katakan! Kerja itu pakai sepatu sneaker bukan pakai sepatu hak tinggi seperti ini.."Ayra semakin menunduk, Ia melihat kakinya yang memang mengenakan sepatu hak tinggi bukan sepatu seperti temannya yang lain.

Bukan tidak punya, Tapi milik Ayra sudah rusak dan tidak layak pakai. Di desa saja dia selalu dapat sepatu bekas apalagi di ibu kota yang besar seperti ini. Beli makanan saja untung-untung Ayra mampu. Apalagi harus beli sepatu yang mahalnya tidak ketulungan.

Sebenarnya tidak masalah Ayra ingin memakai sepatu apa saja. Tapi selama tiga minggu kerja Ayra selalu membuat ulah. Gara-gara memakai sepatu hak tinggi tersebut Ayra tidak bisa bekerja cepat. Gadis itu sering keseleo hingga membuat barang-barang terjatuh hingga pecah dan itu terjadi bukan hanya sekali dua kali.

Ayra juga sudah beberapa kali menumpahkan makanan di pakaian pelanggan. Mustahil jika gadis itu masih di pertahankan.

"Ma..maafkan saya pak.. Saya janji deh gak akan ulangi lagi.."Begitu lirih Ayra meminta maaf agar ia tidak di pecat. Tapi sang manager yang biasa di panggil Bapak Aldo itu menggelengkan kepalanya. Ia tidak bisa mempertahankan Ayra.

"Saya tidak biasa memecat karyawan sebenarnya.. Tapi jika karyawan itu taat dengan peraturan serta tidak membuat ulah. Tapi untuk kamu, Saya maaf yaa... Saya tidak bisa mempertahankan kamu kerja lebih lama lagi..." Ucap pria itu tegas seraya bangkit dari duduknya.

"Tapi pak.. Saya mohon tolong beri saya kesempatan sekali lagi.. "Ayra sudah menangis, Jika ia di pecat kemana lagi ia mencari kerja. Setahun tinggal di ibu kota ini sudah enam kali Ayra di pecat.

"Saya sudah bilang.. Andai kamu tidak membuat ulah pasti saya masih bisa mempertahankan kamu! Kemarin saja kamu libur kerja satu minggu tanpa ada keterangan, Kerja tidak becus.. Selalu membuat ulah.. Lebih baik kamu pulang.. Untuk gajinya kamu tinggal minta ke mbak Titin.."Ayra sudah tidak bisa berkata-kata lagi. Gadis itu akhirnya pergi tanpa meminta gaji. Karena percuma, Ia memang bekerja selama tiga minggu itupun hanya hitungan hari saja. Karena selama tiga minggu tersebut Ayra libur selama satu minggu.

Niat pergi tanpa uang gaji nyatanya ia tetap di bayar. Ayra menatap uang lembaran yang kini sedang berada di tangannya.

"Uang segini mana cukup buat bayar Kost-an.."Gadis itu bergumam, Uang sisa yang kemarin sudah habis untuk ia pakai membeli makan dan untuk membayar uang Alkohol. Dan sekarang ia memang mendapatkan uang tapi hasilnya tidak seberapa...

"Aku masih punya waktu lima hari buat cari uang, Mungkin aku bisa cari kerja baru.. "Ya, Tidak ada pilihan lain selain mencari kerja. Ayra bertekad untuk mencari kerja ke tempat lain. Siapa tau ia mendapatkan bos yang baik hati, Bisa kan pinjam duit dulu.

.

.

.

Beberapa hari setelah di pecat dari Cafe, Ayra begitu kebingungan. Bagaimana tidak? Kesana kemari mencoba mencari kembali pekerjaan, Namun semua nihil tak ada lowongan sama sekali.

Uang gaji yang Kemarin-kemarin sudah habis untuk kebutuhan sehari-hari. Yang sekarang Ayra pikirkan hanya uang untuk membayar kots-an yang sudah menunggak beberapa bulan.

"Huuufftt.. Harus kemana lagi aku cari kerja.."Gumam Ayra sembari mengusap keningnya yang mulai bercucuran keringat. Ayra duduk di bawah pohon rindang. Gadis yang malang itu menangis. Jujur ia sangat bingung sekarang, kemana lagi ia akan mencari kerja.

Sementara sekarang adalah hari terakhir ia di beri waktu untuk membayar uang kost-an nya. Jika sekarang ia tidak bisa bayar sudah jelas bahwa besok atau nanti malam dirinya akan di tendang dari tempat itu.

Ayra meraba perutnya yang sejak tadi berisiknya minta ampun. Padahal Ayra sudah mencoba irit demi bisa hemat untuk sisa uangnya yang memang tidak seberapa. Bahkan Ayra rela makan satu kali sehari itupun hanya makan Mie instan saja.

"Gini banget jadi orang miskin ya.. beli yang murah aja susah.."Lagi-lagi Gadis yang berparas cantik itu bergumam, Dalam pertimbangan Ayra lebih memilih untuk pulang saja dan agaknya ia harus memasak mie instan saja demi mengisi isi perutnya.

Usai pulang dan memasak mie demi bisa mengganjal rasa lapar. Hingga malam hari Ayra masih berada di dalam kamar kostnya. Persediaan mie instan yang cukup banyak membuat Ayra tenang-tenang saja, Bahkan gadis cantik itu seakan tidak peduli lagi dengan kesehatannya.

"Untuk sementara gapapa lah makan mie dulu.. yang penting gak laper gitu ajah... "Setelah tadi menghabiskan dua bungkus mie, Sekarang pun demikian.

Begitu lahap Ayra menyantap mie tersebut. Saking lahapnya gadis itu lupa bahwa besok adalah hari terakhir dirinya tinggal di tempat itu. Merasa sudah kenyang Ayra tertidur dengan begitu nyenyaknya.

Semalaman telinga Ayra tidak mendengar apapun. Tidurnya sungguh nyaman dan aman tanpa ada gangguan sedikitpun. Sampai di pagi hari sebuah mimpi buruk datang.

Bu Luluk masuk dan Melempar semua barang-barang Ayra ke bawah. Ayra yang menyadari bahwa ia salah pun hanya bisa pasrah dan tak melawan sedikitpun.

"Pergi lu dari sini!! Jangan kembali lagi ngerti!!! Udah gue kasih enak, Gue kasih waktu buat bayar taunya...? Gue tuh juga manusia! Butuh hidup, Butuh makan! Sumber rejeki gue ya dari ini.. Lu malah enak-enakan Mau numpang doang.. Nih Ambil, Bawa barang-barang lu tuh.."Tak punya pilihan lain selain turun dari tangga. Dengan menahan tangis, Ayra yang sudah siap hendak mencari pekerjaan itu harus pergi detik itu juga.

Tanpa ada yang menyadari seseorang pria dengan pakaian lengkap dengan hoodie serta Maskernya berdiri bersembunyi di sana sejak tadi. Pria itu menghampiri Bu Luluk yang masih berkacak pinggang disana. Sisa-sisa kemarahannya pun masih ada hingga kedatangan pria tak di kenal itu membuat pemilik kost itu terdiam dan mencoba bersikap manis.

"Berapa jumlah uang yang harus di bayar oleh gadis tadi..?" Tanpa basa basi Pria yang tak lain adalah Nalendra itu bertanya. Bu Luluk yang mendadak kaget pun bertanya-tanya siapa pemuda ini.

"E.. kau siapa?" Tanya Bu Luluk seolah ingin tau siapa pemuda di depannya ini.

"Maaf, Tapi anda tidak perlu tau siapa saya.. Tugas anda hanya menjawab berapa jumlah uang yang harus di bayar gadis tadi.. "Suara datar dan dingin Nalendra jelas membuat Bu Luluk merinding. Dengan gugup wanita bongsor dengan make up tebal itu mengatakan berapa nominal yang harus Ayra bayar.

Tanpa pikir panjang Nalendra meraih amplop coklat dan meletakkannya di atas telapak tangan Bu Luluk. Wanita itu terbelalak melihat jumlah uang yang banyaknya tidak main-main. Bahkan nominal uang tersebut melebihi dari jumlah bulanan kost-an nya.

"Siapa ya pria itu.. Kayaknya bukan pria biasa deh.. "Batin Bu luluk menatap punggung Nalendra yang semakin jauh dari pandangan nya.

.

.

.

TBC

..... Yuk tinggalkan jejak setelah membaca dengan memberi like.. karena Othor butuh like dari kalian🙏🙈😁