"Aku tidak mau menikah!" Teriak seorang petani miskin tidak dapat menerima segalanya.
Dalam hatinya masih yakin, jika ini hanya perangkap.
Namun...
"Sayang, aku hamil anakmu..." Kalimat sang gadis desa membuat dirinya terpojokkan. Gadis yang melekat bagaikan lem, tidak ingin menerima pernikahan dengan juragan Burhan. Hingga membuat perangkap untuk tetangga barunya.
Namun sang tetangga baru yang terkenal sebagai petani miskin, berusaha tersenyum."Kalian sudah gila! Saat pulang nanti desa kotor ini akan ku ratakan dengan tanah!"
Teriakan dari Jefri (Joseph Northan Fredrik), CEO anti bakteri. Yang terjebak di desa akibat melanggar aturan taruhan dengan saudaranya.
Menikah dengan gadis paling jorok di desa ini? Tentu saja dirinya tidak akan pernah sudi. Walaupun ada kalanya, ketika batu kali diamplas maka berlian akan muncul.
🍀🍀🍀🍀
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KOHAPU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kamu
...🌾🌾🌾CEO Masuk Desa 🌾🌾🌾...
Hampir 12 jam perjalanan menggunakan bis. Kemudian berganti kendaraan sekali lagi, maka udara ibukota akan tercium. Berbeda dengan aroma pedesaan yang menyegarkan. Mereka kini masih berada dalam busway.
"Jadi ini kota? Wah! Lihat itu ada orang yang berlari membawa boneka!" Teriak Dewi antusias.
"Itu *njing ras." Jefri menghela napas berkali-kali setidaknya di tempat persinggahan dirinya sudah membeli stok sarung tangan karet. Semacam sarung tangan yang digunakan dokter untuk mengoperasi.
"Oh! Tapi seperti boneka! Gedungnya tinggi! Dimana Deni tinggal ya?" Gumam sang gadis desa tersenyum-senyum sendiri. Membayangkan tempat tinggal kekasihnya. Apa seperti di film-film dalam apartemen?
Namun, pandangan mata Jefri berbeda dirinya menatap ke arah anak-anak jalanan. Satu persatu temannya menghilang, Lily, Si Pesek, Sandi, Cungkring. Apa mungkin hanya dirinya yang masih hidup?
Lily orang yang disukainya, mengalami kecelakaan. Entah dimana saat ini. Si Pesek menghilang tidak pernah datang ke jalanan lagi. Sandy ditemukan meninggal akibat overdosis. Sedangkan Cungkring? Joseph tidak pernah ingin bertemu dengan orang itu lagi.
Enggan dan lelah dirinya memutuskan untuk melupakan masa lalu. Walaupun masa lalu itulah yang menciptakan mysophobia ini.
"Kita turun disini. Jangan pernah menaruh uang di satu tempat! Di saku letakkan uang kecil saja. Selebihnya selipkan di beberapa tempat." Ucap Jefri ingin Dewi bersiap-siap.
"Kenapa?" Tanyanya.
"Nanti kamu juga akan tau." Jefri menghela napas bangkit berjalan mendahuluinya.
Tidak mengerti sama sekali, dirinya hanya menurut saja. Menyelipkan setiap lembar uang dalam satu tempat. Termasuk pakaian dalam bagian atas.
Mengikuti langkah Jefri sembari mengamati tempat ini. Tempat yang biasanya hanya dapat dilihatnya dari layar televisi.
Mobil-mobil mewah terjebak dalam kemacetan.
"Alamat?" Tanya sang pemuda, ingin dirinya mengucapkan alamat Deni sekali lagi.
*
Ada tempat seperti ini di kota? Gila! Melewati gang sempit, dimana jemuran ada di atas kepala. Banyak rumah lantai dua, yang bahkan bagian atasnya bagaikan semi permanen.
Wajah Jefri pucat pasi, keringat dingin menetes dari pelipisnya. Pemuda yang bagaikan ketakutan, dengan cepat pula gadis itu berkata padanya."Tidak apa-apa, setelah keluar nanti kamu bisa membersikan diri. Tahan ya?"
Benar-benar permintaan yang sabar, Jefri hanya mengangguk. Menghindar dari tempat-tempat yang mungkin dapat menyebarkan virus. Hingga tibalah mereka pada alamat yang dituju. Kala itu hari masih sore, seharusnya Deni baru pulang dari bekerja bukan?
Tempat kost sempit yang... entah ada bau apa di sekitarnya. Perlahan Dewi mengetuk pintu."Sayang! Aku datang membawa kejutan!"
"Gila! Bucin! Wanita tidak tahu malu!" Batin Jefri merinding mendengarnya.
"Kalian mencari Deni?" Tanya bapak-bapak yang tengah meminum kopi di depan kamar kostnya, yang bersebelahan dengan kamar kost Deni.
"Iya, apa Deni ada?" Tanya Dewi.
"Jam segini paling masih di tempat kost pacarnya. Beli nasi bungkus untuk berdua." Kalimat yang berusaha dicerna oleh Dewi, dirinya berusaha tersenyum benar-benar berusaha.
"Tempat kost pacarnya dimana ya?" Tanyanya.
"Lurus masuk gang samping. Ada sampah ban bekas di depannya." Jawaban dari sang bapak.
Ini sudah biasa, Jefri menghela napas kasar. Menyodorkan uang 20 ribu."Dimana?" tanyanya lagi.
"Dari ban truk bekas, belok kanan. Nah tempat kostnya bercat biru muda. Pintu kedua." Barulah jawaban lengkap yang didapatkannya.
Joseph hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sembari tersenyum. Melangkah pergi diikuti oleh Dewi.
"Bagaimana kamu bisa tau?" Tanya Dewi penasaran.
"Ada tempat yang dipenuhi dengan kejujuran. Ada juga tempat yang dipenuhi dengan tipu daya." Hanya itulah jawaban dari Jefri yang telah tinggal di jalanan hampir separuh hidupnya.
Terkadang ada beberapa tempat dimana kita bisa percaya pada manusia. Tempat yang begitu sederhana. Namun, ada pula tempat dimana kita hanya dapat percaya pada uang.
Dirinya mengepalkan tangannya. Kembali melangkah, diikuti oleh Dewi.
Namun gadis itu terlihat tertunduk ragu."Bagaimana jika Deni benar-benar..."
"Fikirkan nanti!" Jawaban yang begitu dingin bukan?
Namun sejatinya.
"Hajar! Jambak! Tendang, hingga telurnya pecah!" Batin Jefri yang sejatinya ngilu membayangkan runtutan kejadian.
Pada akhirnya tempat kost yang dimaksud terlihat. Motor bebek tua yang biasanya digunakan Deni untuk pulang kampung dua tahun sekali juga terparkir di depannya.
Menanti kejelasan hubungan? Itulah yang dilakukan olehnya. Tapi kala hendak mengetuk pintu, suara benda jatuh terdengar dari dalam sana. Bukan satu, tapi beberapa benda.
Diiringi dengan suara napas tertahan. Memang tidak ada suara erangan. Tapi sayangnya suara tepukan dua kulit terdengar pelan dalam ruangan tidak kedap suara tersebut.
Seketika Dewi mengurungkan niatnya. Air matanya mengalir tidak dapat dihentikan.
Impiannya untuk menikah dengan Deni bagaikan akan berakhir.
"Kamu ingin menyelesaikan ini dengan gaya atau ala sinetron?" Satu pertanyaan yang membuat Dewi menoleh pada pria disampingnya.
"De...dengan gaya..." Jawaban darinya tidak mengerti.
"Kalau begitu hapus air matamu. Jangan menangis, kemudian tersenyum angkuh, bagaikan mereka pembantu dan kamu majikannya." Sebuah perintah tidak masuk akal.
Anehnya Dewi mengepalkan tangannya menurut. Walaupun air mata itu masih juga mengalir.
Meraih tissue basahnya, dirinya masih takut kotor. Tentunya ada bakteri dari dua orang yang tengah ekhem... ekhem...
Cklek...
Benar saja kala pintu terbuka, pemandangan yang membuat Jefri mual terlihat. Pemuda yang tengah menyatukan tubuhnya sembari berciuman di atas tempat tidur. Ingat! Ini tempat kost murah yang tidak memiliki ruang tamu.
Cairan wanita menetes dari.... sudahlah yang pasti tempat tidur itu acak-acakan.
Sedangkan nasi bungkus di atas karpet baru habis setengahnya. Mereka bahkan lebih jorok dari Dewi yang hanya buang air besar di kali.
"Dewi!" Deni meraih selimut menutupi tubuhnya dengan Yunita. Sudah pasti layu... itulah kondisinya saat ini."A...aku bisa jelaskan."
"Dewi! Kalian menjalani hubungan jarak jauh jadi wajar saja kalau Deni dan aku berbuat kesalahan." Yunita membela dirinya."Maafkan Deni...ini kesalahanku."
Tangan Dewi gemetar masih menatap ke arah mereka.
"Lagipula aku dengar ayahku akan melamarmu menjadi istri ketiga. Untuk menghindari pernikahan dengan ayahku Deni akan melindungimu. Kami melakukannya bukan karena cinta, kamu tenang saja setelah menikah maka---" Kalimat Yunita disela.
Dewi tertunduk dan berfikir. Apa memaafkan Deni saja? Tidak ada cara lain menghindari pernikahannya dengan juragan Burhan.
"Siapa yang memerlukan Deni?" Sebuah pertanyaan aneh dari sang pemuda anti bakteri.
"Jefri, tapi---" Kalimat pertimbangan Dewi disela.
Pemuda yang tersenyum, berotak bagaikan Sengkuni ini. Tentu saja dapat memutar balikkan fakta."Siapa yang memerlukan siapa? Kamu mana mungkin mau memiliki ibu tiri lagi."
"Dewi memerlukan Deni untuk mengindari pernikahan dengan ayahku yang sudah tua! Kamu tidak mengerti juga." Yunita kembali membentak.
"Tuntutan atasan perzinahan, aku mendoakan agar kalian tidak terkena sangsi sosial setelah kalian menikah nanti." Jefri malah tertawa, masih menatap ke arah mereka.
"Dewi! Aku mohon maafkan aku 9 tahun kita pacaran. Hanya ini kesalahanku, kamu mau bukan?" Pinta Deni mengenakan boxernya berusaha meraih tangan Dewi.
"Dewi jangan dengarkan mereka. Dengarkan kataku, kamu pekerja keras pantas mendapatkan yang lebih baik ..." Bisikan bagaikan setan dari Jefri.
Dewi mengepalkan tangannya."Aku kemari untuk memutuskan hubungan kita. Tapi tidak menyangka kamu melakukan ini dengan anak juragan. Maaf! Tapi berita baik ini akan aku sebarkan pada juragan dan seluruh warga agar kalian segera dinikahkan. Aku ikhlas..."
Jawaban menusuk bukan? Bagaimana Dewi yang ragu-ragu ini dapat yakin?
"Kenapa!? 9 tahun apa tidak berarti untukmu?" Pertanyaan dari Deni dengan mata berkaca-kaca.
"Bagus! Harus tegas!" Batin Jefri tersenyum di balik maskernya.
"Aku sebenarnya kemari untuk minta maaf. Aku jatuh cinta pada pria lain. Ayo sayang... kita kencan, aku sudah memutuskan hubunganku, hanya untukmu..." Ucap Dewi menatap penuh keseriusan pada Jefri.
"Tunggu! Tunggu! Kenapa jadi seperti ini!" Teriakan yang tidak dapat diucapkan olehnya. Inilah saat klien jatuh cinta pada pengacaranya.
🌾🌾🌾
...Air yang begitu dingin, udara tidak terasa lagi. Hidup seperti mati......
...Suara hujan terdengar, kala itulah aku tersadar telah merindukannya begitu lama....
...Bergerak ke permukaan, hanya menemukan hampa......
...Lily-ku masih lenyap hingga kini......
Joseph Northan Fredrik.
tapi maaf thor, kok nama anak kembar Dewi, Tika dan Taka?
bukannya adik kedua Dewi namanya Tika ya?
jadi sama dong Thor? hehehe ✌️
cengeng bgt aku ikut bangus 😭