CEO Masuk Desa

CEO Masuk Desa

Anti Bakteri

'Yang...aku kangen kamu.'

Isi sebuah pesan yang masuk ke dalam handphone kentang keluaran lama. Membuat wajah seorang gadis desa berseri-seri.

'Aku juga...'

Pesan jawaban dari sang gadis yang tengah buang air besar di kali. Benar-benar tidak bermartabat, berjongkok dalam jamban sembari memikirkan ayang yang berada jauh di sana.

'Sayang setelah pulang nanti, kita menikah ya?'

Satu pesan lagi membuat wanita cantik yang tengah salah tingkah ini semakin berseri. Dilamar dalam jamban walaupun melalui pesan singkat, romantis bukan?

Tidak ala Korea, namun ala kadarnya.

Menghela napas kasar, dirinya mulai bangkit membersihkan diri setelah lega. Yang jelas saat perjalanan pulang kembali membalas pesan ayang.

'Iya, tapi janji segera pulang ya? Pak Burhan melamarku.'

Namun, anehnya tidak ada jawaban lagi dari kekasihnya yang bekerja di kota. Pemuda yang bekerja sebagai kuli bangunan.

Melanjutkan perjalanan pulangnya. Menghela napas berimajinasi tentang hidup bahagia, bersama Deni (kekasihnya).

Usianya saat ini sudah menginjak 30 tahun, anak pertama dari tiga bersaudara. Dapat dikatakan tulang punggung, walaupun dirinya anak kepala desa.

Sehari-hari bekerja di pasar menjual ikan, terkadang pula membantu panen padi atau kentang. Semua pekerjaan dilakukannya, yang penting cuan masuk ke kantong.

Kala dirinya sampai di rumah maka pembicaraan mengenai pernikahan kembali terdengar.

"Dewi! Buatkan ibu teh! Ibu pusing karena kamu belum juga menerima lamaran juragan Burhan! Lihat adik-adikmu! Satunya suaminya PNS, satunya lagi punya suami perawat! Sementara kamu---" Weni, sang ibu menggeleng-gelengkan kepalanya heran dengan anak sulungnya.

"Kan beda ibuku tercinta! Mereka tamatan SMU, nah aku SMP. Mereka tidak pernah jemur-jemuran, aku? Dari lulus SMP sudah seperti kerupuk tinggal digoreng." Jawab Dewi melangkah ke dapur membuatkan teh untuk ibunya.

"Kamu beda dengan mereka. Ingat jasa kami, kalau bukan karena---" Kalimat sang ibu terpotong.

"Iya! Aku tau, karena itu, ibuku yang cantik. Setelah Deni pulang dia akan melamarku. Mantu ibu sudah gagah bertanggung jawab." Dewi mengaduk teh penuh kebanggaan.

"Mending juragan Burhan, walaupun jadi istri ketiga. Tapi kehidupan terjamin. Deni? Sudah cungkring, hitam, tidak punya modal. Dengar! Dimana-mana orang tua ingin yang terbaik untuk anak-anaknya." Tegas sang ibu kala putrinya menghidangkan teh.

"Ibu! Biarpun hitam tapi manis, biarpun hitam harga kopi lebih mahal daripada gula." Celetuk Dewi.

"Terserah! Tapi tahun ini kamu harus menikah! Cari yang mapan! Jangan bikin malu!" Peringatan keras dari sang ibu menatap tajam pada putrinya.

"Siap! Deni sudah melamarku! Ibu tenang saja!"

*

Namun terkadang segalanya hanya dapat tertinggal sebagai rencana. Pujaan hati belum tentu pujaan yang hati sebenarnya.

Dimana sejatinya Deni yang telah merantau ke kota selama ini. Pemuda yang tengah mengetik pesan sembari berteduh dari hujan.

Tangannya memegang sebungkus martabak manis. Kemudian kembali melajukan motornya ke suatu tempat.

Tempat kost terpencil, mengetuk pintu. Kala itu wajah seseorang terlihat. Yunita (salah satu anak juragan Burhan, saat ini tengah kuliah di kota), meraih martabak yang diberikan Deni.

"Bapak kamu nikah lagi?" Tanya Deni pada Yunita, setelah sebelumnya berbalas pesan dengan Dewi.

"Mana aku tau... omong-ngomong main yuk?" Ucap Yunita, menunjuk-nunjuk pada bagian dada Deni. Perlahan melepaskan kemejanya.

"Yunita, setelah pulang aku akan menikah dengan Dewi. Kita tidak bisa bersenang-senang terus seperti ini." Deni menghela napas kasar.

"Itu nanti! Bukan sekarang! Lagipula juga tidak mungkin hamil." Yunita, menunjukkan sekotak alat pengaman yang dibelinya.

Pada akhirnya terbuai juga bukan. Bahkan kali ini Deni lebih ganas, menyerang tubuh Yunita.

Ini dimulai dari setahun lalu, dari sekedar teman satu kampung yang kebetulan bertemu. Saling membantu, hingga terbuai untuk melakukannya. Status? Entahlah mereka lebih dari sekedar teman, tapi bukan juga kekasih. Karena Yunita juga sudah dijodohkan dengan pria lain.

Terbuai melepaskan semua pakaian, menginginkan puncak penyatuan layaknya pasangan suami-istri.

***

Brak!

Sang anak laki-laki berlari ke arah anak perempuan yang berlumuran darah segar. Kecelakaan besar terjadi di persimpangan jalan.

"Joseph, aku kedinginan." Ucap sang anak perempuan dalam pelukannya.

"Lily, A...akan aku belikan selimut. Sebentar lagi---" Kalimatnya yang memegangi luka Lily. Tidak ingin darah mengalir lebih banyak lagi.

"Ti... tidak apa-apa." Tangan sang anak perempuan lemas. Bersamaan dengan kedatangan ambulance dan petugas kepolisian.

Darah, lumpur semuanya masih membasahi tubuh sang anak laki-laki, berusaha menghentikan ambulance atau setidaknya mengikutinya."Lily!" Teriaknya, terjatuh kala mengejar ambulance.

Dua orang anak jalanan yang tidak menemukan jalan untuk bersama.

*

Napas Joseph terengah-engah baru terbangun dari tidurnya, mimpi tentang kecelakaan itu terlintas lagi, sudah 23 tahun berlalu, tapi dirinya masih mengingat segalanya.

"Lily..." Gumam pemuda yang menderita mysophobia (ketakutan berlebih terhadap kuman atau bakteri). Pemuda yang kini berusia genap 33 tahun.

"Kakak! Sudah setahun dari perjanjian! Kapan menikah!" Teriak Jonathan, sang adik memasuki kamarnya tanpa ijin.

Srak!

Brak!

Serangan berkecepatan tinggi, lemparan bantal yang hampir mengenai wajah Nathan. Namun dapat dihindari dengan cepat.

"Jangan masuk ke kamarku sembarangan! Kamu hanya membawa virus ke tempat ini." Komat-kamit mulut sang kakak mengomel membuat sang adik menahan tawanya.

"Jadi kapan menikah?" Tanya Nathan yang telah menang taruhan, menagih janji pada kakaknya.

"Tidak mau, dapat dibayangkan bagaimana berbagi kamar dengan wanita. Wanita yang kalau menstruasi mengeluarkan darah penuh bakteri dan bau amis, wanita yang terlalu sering shopping juga membawa virus dan bakteri dari luar." Keluh Joseph merapikan tempat tidur.

"Menikah itu enak! Buktinya anak pertamaku sudah lahir. Begini kak, berani kotor itu baik." Nasehat dari sang adik nan bijaksana.

"Berani kotor itu baik? Coba kamu fikirkan sekali lagi, jujur karena penasaran aku pernah menonton videonya. Wanita menjilati milikmu dan kamu menjilati miliknya. Lalu keringat kalian bercampur, ditambah liur yang didalamnya pasti terdapat jutaan bakteri, bercampur aduk saat berciuman. Gilanya lagi, tubuh menyatu, hingga ada cairan yang membuat seprei basah. Menjijikkan..." Joseph membayangkannya sebagai sesuatu yang laknat.

Tapi Nathan, memikirkan dengan cara normal."Itu enak, terutama saat mendengar dia menjerit!"

"Percuma bicara pada makhluk jorok sepertimu!" Gumam Joseph, mengambil bantal yang tadi dilemparkannya pada Jonatan. Kemudian menyemprotkan semprotan anti kuman pada bantal.

"Kak kapan menikah?" Tanya Jonatan lagi, membuat Joseph benar-benar muak.

"Aku tidak akan pernah menikah. Menikah itu menjijikkan." Jawaban Joseph untuk kesekian ribu kalinya.

"Itu curang! Melanggar perjanjian! Aku sudah menang taruhan, bahkan tinggal di desa satu tahun lebih, karena taruhan gila kakak!" Geram Nathan tidak dapat menerima segalanya.

"Aku tetap tidak mau menikah." Kembali jawaban datar terdengar.

"Aku dan Hana (istri Jonathan) akan tinggal di Jepang, selamanya tidak akan pulang! Kalau kakak terus begini." Bentak Nathan.

"Itu bagus, tinggal sendiri itu lebih baik." Jawaban penuh senyuman dari sang makhluk anti bakteri.

Nathan mengangkat salah satu alisnya."Bagaimana kalau aku sendiri yang memilihkan calon untuk kakak?"

"Aku bilang tidak mau! Lebih baik aku tinggal di desa selama setahun dari pada berbagi kamar dengan wanita!" Bentak sang kakak, melangkah ke kamar mandi.

"Nah! Itulah! CEO seharusnya tinggal di desa! Agar tau berani kotor itu baik!" Teriak sang adik menggedor-gedor pintu kamar mandi.

Jonathan yang tersenyum merencanakan dengan matang, membuat sang kakak merasakan apa yang dirinya rasakan. Tinggal di desa selama setahun, dengan jumlah uang yang minim dan sepetak tanah serta gubuk.

"Aku adalah adik yang baik!"

🥔🥔🥔

...Cinta terbaik bagaikan nasi hangat, begitu sederhana namun memikat....

...Cinta terbaik bagaikan nasi hangat, mirip dengan gadis yang selalu setia, menunggumu pulang....

...Cinta terbaik bagaikan nasi hangat, tidak akan berselera tanpanya....

...Cinta terbaik bagaikan nasi hangat. Betapa aku merindukannya, sejauh manapun kaki ini melangkah....

Joseph Northan Fredrik

Terpopuler

Comments

Miss Typo

Miss Typo

mampir dan tetep komen walaupun dah tamat 😁

2024-10-02

0

Evi Marena

Evi Marena

ceritanya bagus🤩tp sayang peminat nya sedikit😬

2024-08-27

0

Putri Nunggal

Putri Nunggal

yeeh si pujaan hati malah lagi ngapel anaknya juragan Burhan

2024-04-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!