NovelToon NovelToon
Dibuang Suami Dinikahi Dokter Anakku

Dibuang Suami Dinikahi Dokter Anakku

Status: tamat
Genre:Tamat / Pengganti / Cerai
Popularitas:4.2M
Nilai: 4.7
Nama Author: Dewi Risnawati

"Mas, besok jadwal kontrol Revan. Kamu punya waktu untuk nganterin aku 'kan?" tanya Azzura pada sang suami.

"Tidak bisa, aku besok ada urusan," jawab Rio ketus

"Tapi, Mas. Sungguh aku repot bila pergi sendirian. Bahkan untuk makan saja aku tidak bisa," jawab Zura masih meminta pengertian lelaki itu.

"Aku bilang tidak bisa ya tidak bisa! Kalau kamu kerepotan, yasudah, kamu tidak perlu membawa anak itu lagi ke rumah sakit. Lagipula percuma saja ngabisin uangku saja!" bentak lelaki itu dengan bicaranya yang menyakiti relung hati Zura.

Ya, sejak kelahiran anak pertama mereka yang diagnosa cerebral palsy, maka dari sanalah dimulainya hubungan pasangan itu tak harmonis. Rio selalu saja menyalahkan Zura karena telah memberikannya keturunan yang tidak sempurna.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Risnawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kejujuran Umi

Akhirnya Zhera dan Humaira bertukar posisi, gadis cantik berniqab itu duduk bersama Bundanya di mobil Umi Zahira.

Maira melakukannya bukan tidak ada alasan. Wanita itu tak sengaja mendengar percakapan Zaf dan Rayy saat dirinya hendak ke toilet.

Maira baru tahu bahwa Zaf mencintai Zurra, dan bahkan ia mendengar ucapan Zaf yang menginginkan punya anak yang banyak dengan wanita beranak satu itu.

Menurut Maira ia lebih baik menjaga jarak agar bisa mengontrol perasaannya sendiri. Maira tahu bahwa jodoh itu adalah rahasia Allah. Meskipun hatinya ada rasa pada Zaf. Namun, ia juga tak ingin menaruh harapan apapun agar tak merasakan sakit nantinya.

Sementara itu Rayy yang tadi sangat malas duduk di kabin tengah, tiba-tiba saja ia semangat 45 karena mendengar Zhera menggantikan tempat duduk Maira.

"Zaf, ayo buruan! Itu yang lain sudah jalan!" panggil Rayy pada Zaf yang masih termangu.

"Ck, dasar licik!" rutu Zaf segera menduduki bangku kemudi. Zafran menoleh kebelakang untuk memastikan bahwa jarak sang adik dan tukang modus itu aman.

"Abang lihat apaan?" tanya Zhera sedikit heran.

"Hah? Nggak, Abang cuma mastiin bahwa kamu sudah duduk dengan nyaman," jawab Zaf berbohong.

"Oh, yaudah buruan, Bang. Itu Umi udah duluan," titah sang adik.

"Tahu tuh, ayo cepat jalan," sambung Rayy dengan senyum penuh kemenangan.

"Iya iya!" Rayy segera melajukan kendaraannya mengimbangi kecepatan kendaraan yang membawa keluarganya.

Di perjalanan, Zurra tampak mengantuk sembari memangku Revan.

"Kak Zurra, kalau capek sini aku yang pegang Revan, Kak," seru Zhera.

"Ah, tidak apa-apa, Dek. Masih aman kok," jawab Zurra sungkan.

"Tapi aku pengen pegang Revan, boleh ya Kak?" pinta Zhera.

"Tapi, Dek?"

"Kenapa Kak? Nggak boleh ya?" tanya Zhera salah paham.

"B-bukan begitu, tapi Kakak takut Revan merepotkan kamu," jawab Zurra dengan cepat.

"Kenapa aku harus repot, Kak. Kan ada Kakak disini. Jadi kalau dia nangis tinggal kasih ama Kakak saja," timpalnya.

"Udah berikan Revan pada Tante Zhera," titah Zaf tersenyum penuh arti.

Zurra hanya tersenyum samar, lalu menyerahkan Revan pada Zhera. Terlihat gadis cantik berlesung pipi itu sangat senang menimangnya.

Zurra tersenyum hangat melihat bayinya di sukai oleh banyak orang. Meskipun Revan terlahir tidak sempurna, tetapi keluarga Dokter itu tak pernah memandang aneh padanya.

Kembali wanita itu teringat pada ayah sang bayi. Kenapa Rio tidak bisa menyayangi darah dagingnya sendiri? Sungguh Zurra tak habis pikir, kenapa ada seorang ayah yang begitu membenci anaknya sendiri hanya karena alasan dia lahir tak sempurna.

"Nih, lap air matamu," ucap Zaf menyerahkan sehelai tissue pada Zurra.

"Ih, Dokter apaan sih?" jawab Zurra memalingkan wajahnya.

"Bukannya kamu mau nangis?"

"Aih, sok tahu banget," sangkal wanita itu.

"Kenapa, apakah masih memikirkan sang mantan?" tanya Zaf menatap sesaat, lalu kembali fokus mengemudi.

"Nggak, Dokter hanya tidak tahu apa yang sedang saya pikirkan."

"Apa? Coba beritahu aku," ucap Zaf

"Nggak usahlah, Dokter nggak perlu tahu."

"Ya baiklah, aku tahu bahwa aku tidak penting bagimu," jawab Zaf datar.

"B-bukan begitu maksud aku..."

"Bang Rayy, bawa sini biar aku yang peluk Reva!"

"Nggak mau, Dek. Biar Abang dulu yang peluk Revan, jika kamu mau peluk Abang saja," jawab Rayy membuat Zaf dan Zurra berhenti bicara saat obrolan mereka terputus karena perdebatan kedua insan yang duduk di belakang.

"Bang Rayy!" sarkas wanita itu membesarkan matanya.

"Hehe... Bercanda, Dek," jawab lelaki itu cengengesan.

"Ih, Bang Rayy apaan sih gangguin aja. Tadi kan aku yang minta Revan sama kak Zurra," kesal gadis itu menatap malas.

"Tapi aku juga pengen peluk Revan. Eh, tapi kayaknya kamu suka banget sama bayi ya?" tanya Rayy.

"Iya, aku suka banget. Sini Revan biar aku yang pegang," pinta Zhera.

"Iya bentar dulu. Eh, tapi jika kamu suka sama bayi, kenapa tidak menikah saja setelah tamat sekolah," seru Rayy yang membuat Zhera semakin gemas mendengar ucapan lelaki itu.

"Bang Rayy! Kenapa sih suka banget nyuruh-nyuruh aku nikah? Aneh banget deh!" celoteh gadis itu sembari memukul Rayy dengan bantal yang ada di sampingnya.

"Hahaha... Kamu kok lucu banget sih." Rayy terkekeh sembari mendekap tubuh Revan dengan gemas.

Zafran sedari tadi mengemudi rasanya pengen banget memberi pelajaran pada mulut Rayy yang tukang modus itu.

Zurra hanya tersenyum mendengar kedua insan yang sedang bercanda. Sesaat ia melihat Zaf sedang memperhatikan dari kaca kecil yang menghadap ke belakang.

"Dok, lihat kedepa," tegur Zurra.

"Ah ya." Zafran kembali fokus mengemudi. Biarkan saja polisi modus itu berinteraksi dengan adiknya. Lagipula ia tahu bahwa Rayy begitu menyayangi Zhera.

"Disepanjang perjalanan Zaf hanya diam. Entah kenapa hatinya merasa sedikit kecewa karena melihat Zurra masih saja memikirkan Rio.

Cukup lama mereka menempuh perjalanan jauh, akhirnya rombongan itu sampai dengan selamat. Pak hakim sengaja menyewa sebuah villa yang ada di kawasan wisata pulau Mandeh.

Zico ingin membuat anak dan seluruh keluarganya merasa nyaman, maka dari itu ia lebih memilih menyewa sebuah villa daripada menyewa kamar hotel.

"Wah, bagus banget ya view-nya!" seru Zurra tampak antusias.

Zafran mengamati senyum di bibir wanita itu. Sudah lama sekali ia ingin melihat Zurra tersenyum lepas seperti ini.

"Apakah kamu suka?" tanya Zaf yang sudah berada di belakangnya.

"Ah ya, aku sangat suka," jawab Zurra masih dengan senyum manisnya.

Zurra masih mengamati sekeliling villa dengan segala rasa kagumnya. Sungguh hal ini adalah sebuah keinginan yang pernah ia utarakan pada Rio ia ingin liburan bersama keluarga kecilnya menikmati pemandangan yang indah. Namun, semua harapan itu terwujudkan bersama orang lain.

Lagi-lagi senyum wanita itu hilang seketika saat ia teringat kembali janji-janji yang pernah ia jalin bersama Pria yang dulu sangat ia cintai.

"Ayo kita masuk dulu. Ingatlah Zurra, kita kesini untuk happy. Bukan untuk mengingat segala kenangan buruk," sindir Zaf sembari berlalu di hadapan wanita itu.

Zurra terdiam sejenak, otaknya berpikir kenapa Zaf seperti selalu saja mengerti apa yang sedang ia pikirkan.

Zurra segera beranjak mengikuti langkah Zaf untuk masuk kedalam villa yang cukup mewah itu. Sementara Revan sudah dibawa masuk terlebih dahulu oleh Rayy dan Zhera.

Karena mereka sampai di pagi hari, maka mereka memutuskan untuk istirahat terlebih dahulu. Rencananya nanti siang mereka akan jalan-jalan di sekitarannya.

Zurra mengambil Revan untuk mengurusinya, setelah itu menidurkan bayi itu agar dirinya juga bisa istirahat sejenak.

"Zurra!" Panggil Zaf sembari mengetuk pintu kamar wanita itu.

"Iya, bentar!" Zurra gegas membuka pintu kamarnya. Ia melihat Zaf berdiri di depan pintu dengan membawa bubur kacang hijau dengan topingnya yang lain.

"Ini kamu sarapan dulu, habis itu baru istirahat," ucap Zaf sembari menyerahkan bubur itu.

"Ah, terimakasih, Dok," ucap Zurra segera menerimanya.

"Yaudah, makan dulu buburnya, habis itu istirahat ya. Kalau Revan tidak mau tidur berikan padaku," ujar Zaf sebelum beranjak.

Zurra lagi-lagi hanya bisa mengangguk. Hatinya merasa entah saat lelaki itu begitu perhatian terhadap dirinya.

Saat Zurra hendak memakan bubur itu, namun ia melihat tidak ada sendoknya. Ia tersenyum, mungkin Zaf lupa memberinya sendok. Zurra segera keluar untuk mengambil sendok. Namun, langkahnya terhenti saat tak sengaja mendengar percakapan para ibu-ibu yang ada di meja makan.

"Menurut kamu bagaimana, Za?" tanya Mama Mila pada Umi.

"Sebenarnya jika kalian ingin aku jujur, maka jawabannya adalah... Aku lebih suka Zaf bersama Humaira, tetapi, itu kembali lagi pada anaknya. Dan jodoh itu kita juga tidak tahu," jawab Umi membuat Zurra semakin tahu diri.

Bersambung....

Happy reading 🥰

1
Yuyun
ceritanya begitu menginspirasi, contoh keluarga yg nggak membedakan dan menganggap semua mahluk Allah itu sama.
Yuyun
si jahil turunan papanya 😃😃😃
Agustina Agrety Muntu
Luar biasa
Nur fadillah
Selalu bahagia Pak Pol...😃😍😍
Rani Kania
bukannya klo duplikat kunci itu ada contoh kuncinya ya? 🙄🤔
Rani Kania
thor... aq mampir tertarik sm judul jg sinopsis plus ulasannya 😊
btw perusahaan kmu krisis krn tdk setia sm istri jg menyia nyiakan Revan
Rosmaida Sihombing
ceritanya sangat bagus
Bu Neng
love banyak banyak buat author...❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️
Bu Neng
sedih baca nya😥😥😥
Aji Priatun
Luar biasa
Bu Neng
miris...😫
Bu Neng
hallo Thor baru mampir nih...
salam kenal...
siti rohimnah
Kecewa
siti rohimnah
Buruk
Rizkaa
Luar biasa
☠🦃⃝⃡ℱTyaSetya✏️𝕵𝖕𝖌🌈༂နզ
Semoga bahagia selalu ya Rayy Zhera
☠🦃⃝⃡ℱTyaSetya✏️𝕵𝖕𝖌🌈༂နզ
Semoga diterima ya Rayy sama Zhera
☠🦃⃝⃡ℱTyaSetya✏️𝕵𝖕𝖌🌈༂နզ
Semangat Rayy, semoga dipermudah jalannya 🤗🤗🤗
Eka Umiy Khanaya
itu segugut baha kami lampung lo thor ...
Eka Novariani
wah umur 30 thn jadi Kapolda...pake jalur apa si Rayyan 😂😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!