NovelToon NovelToon
Janji Cinta

Janji Cinta

Status: tamat
Genre:Tamat / Konflik etika / Pelakor
Popularitas:18.8k
Nilai: 5
Nama Author: aisy hilyah

Belum seumur jagung menikah, Wulan sudah ditinggalkan pergi oleh lelaki yang menjadi suaminya ke luar negeri untuk melakukan pengobatan. Wulan menjalani hari-hari sendiri sambil menunggu janji Sandi, sang suami.

Hingga badai itu datang, prahara yang mencipta kemelut dalam rumah tangganya. Wulan pergi meninggalkan rumah Sandi setelah ia diterima bekerja di perusahaan yang diimpikannya, menjadi seorang petugas kebersihan.

Hidup sendiri sambil menggantung harap pada kedatangan Sandi yang berjanji akan selalu percaya padanya. Namun, sejak Wulan tahu, jika Sandi adalah CEO di perusahaan tempatnya bekerja, ia tak berani mengharapkan Sandi.

Sikap Sandi yang dingin ketika berpapasan dengannya, semakin membuat Wulan tak percaya diri. Hingga akhirnya dia memutuskan untuk menjauh dan membuang harapan.

Apa yang terjadi? Akankah mereka dapat menyelesaikan kesalahpahaman di antara mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisy hilyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kedatangan Miranda

Esok hari yang tidak dinanti pun tiba, harapan yang selalu tersemat kini seolah beranjak menjauh. Suluh penyemangat kian padam tersiram butiran bening yang kini kembali menetes.

Wulan tercenung di depan cermin, menatap pantulan dirinya yang selalu terlihat menyedihkan. Senyum yang setiap pagi selalu menghiasi wajah sederhana gadis itu, kini raib bersama asa yang melayang semakin tinggi.

"Apakah mas Sandi masih mengingatku? Atau sudah tidak peduli padaku lagi?" Ia menunduk, meremas ujung kemeja yang dikenakan hari itu.

Helaan napas yang panjang ia lakukan demi mengurangi rasa sesak yang menghimpit rongga dada. Sungguh, rasanya amat menyakitkan ketika harus menerima kenyataan bahwa Sandi sudah tidak mempercayainya lagi.

Ditatapnya wajah yang beberapa bulan lalu selalu terlihat ceria dan cantik, kini pudar dan kusam. Bahkan, untuk sekedar pergi bekerja saja ia sudah tidak memiliki keinginan seandainya tak ingat bahwa hidup harus tetap berjalan.

"Jangan menyerah, Wulan. Semua ini sudah kamu jalani dulu. Tetaplah seperti biasa, anggap semua cibiran sebagai angin lalu yang tak mampu menghambat langkahmu. Semangat!"

Wulan menghentak napas, menarik kedua sudut bibir membentuk garis lengkung yang terlihat dipaksakan. Tangannya mengepal sampai sebahu, menyemangati diri sendiri. Ia beranjak dan menyambar tas kecilnya, berjalan keluar kamar untuk menemukan harapan baru.

"Semoga saja tidak terlambat," gumamnya lirih sambil melongo ke kanan dan kiri memperhatikan setiap kendaraan yang melintas.

Mita sudah berangkat lebih dulu dijemput Yudi--pacarnya. Wulan duduk di sebuah tugu, dengan sabar menunggu angkutan lewat. Tak sengaja, matanya menangkap tiga sosok yang ia kenal tak jauh dari tempatnya duduk. Tepatnya, di depan sebuah toko kue yang terkenal.

"Kenapa mereka ada di sini?" Wulan berpaling, tak ingin ketiganya melihat bahwa ia ada di sana.

"Tante, aku minta maaf soal kak Wulan. Aku sudah dengar semuanya. Kami benar-benar tidak pernah menyangka bahwa dia bisa melakukan hal kotor itu," ucap Salsa samar terdengar di telinga Wulan.

"Betul, Bu Miranda. Saya sebagai ibu tirinya pun ikut merasa malu saat mendengar kabar itu. Sampai sekarang dia tidak ada pulang ke rumah," sahut ibu tiri Wulan dengan wajah yang memelas.

Keduanya sedang menjadi penjilat untuk mendapatkan hati mertua Wulan. Miranda menatap keduanya, memindai dengan saksama. Baginya, mereka sama saja dengan Wulan. Sementara istri Sandi itu, menghela napas sambil menahan sesak di dada.

Bagaimana mungkin mereka mencari muka di hadapan mertuanya?

"Baguslah kalau kalian sudah tahu. Jadi, aku tidak perlu menjelaskan kenapa Wulan diusir dari rumah. Aku tidak peduli dia mau tinggal di mana dan sama siapa karena sudah bukan urusanku lagi," ucap Miranda seraya membawa langkahnya pergi meninggalkan tempat tersebut.

"Tunggu, Tante!"

Suara Salsa terdengar cukup lantang, mampu menghentikan langkah kaki Miranda. Ia menoleh tak senang, menatap rendah kedua manusia itu.

"Ada apa lagi?" tanyanya malas.

Salsa mendekat, jarak mereka semakin dekat dengan Wulan hingga percakapan dapat terdengar dengan jelas.

"Apa Tante tahu kalau Wulan kerja di perusahaan Wijaya sebagai cleaning service?" tanya Salsa sambil tersenyum miring.

Deg!

Jantung Wulan berdetak, memukul-mukul rongga dada dengan sangat kuat. Apa lagi yang dilakukan Salsa kali ini? Tak cukupkah ia mempermalukannya semalam?

Miranda mengangkat sebelah alisnya, ia tak pernah tahu tentang itu.

"Lalu, kenapa? Baguslah dia hanya jadi cleaning service, itu sudah cukup." Miranda jengah dan hendak pergi.

Salsa merasa kesal, dan kembali berkata, "Apa Tante tidak malu punya menantu seorang petugas kebersihan?"

Miranda menghela napas, memperhatikan wajah Salsa yang nampak kecewa karena jawabannya itu.

"Kenapa saya harus malu? Lagipula Wulan bukan lagi menantu saja. Dia sudah saya anggap orang lain," sahut Miranda tanpa beban.

Wulan menitikan air mata, kata-kata sang mertua benar-benar menghujam jantungnya. Dianggap orang lain, sementara dia masih memiliki ikatan dengan suaminya, anak Miranda sendiri.

"Sudah, kamu sangat menyita waktu saya." Miranda berucap dengan sengit, kemudian pergi.

Yang tak disangka-sangka, mamah Sandi itu berjalan ke arah di mana tempat Wulan duduk menunggu angkutan umum. Gadis itu menunduk, menyembunyikan wajahnya dengan rambut. Mulai saat ini, Wulan harus bisa melupakan mereka.

Miranda sempat menghentikan langkah ketika melewati tubuh Wulan, melirik beberapa saat merasa aneh dengan wanita tersebut. Beruntung Wulan mengenakan jaket, menutupi bagian kepalanya dengan hoodie, jadilah Miranda tidak mengenalinya.

"Syukurlah!" Wulan berucap lirih ketika sosok tersebut pergi begitu saja. Ia cepat beranjak dan naik ke dalam angkot.

Fokus pada pekerjaan, Wulan. Jangan jadikan mereka beban yang bisa menghambat perjalananmu.

Ia membatin, menarik udara banyak-banyak untuk mengurangi rasa sesak. Menyibukkan diri dengan bermain ponsel, mengalihkan rasa sakit yang terus menusuk-nusuk tiada henti.

Namun, semua itu, tak dapat memalingkan perasaannya. Rasa sakit tetap mendera dan menyesakkan dada.

****

"Wulan! Kenapa baru datang? Untung tidak terlambat," tanya Mita yang sudah bersiap dengan alat tempurnya berupa kain pel dan ember.

"Angkotnya lama." Wulan bergegas mengganti pakaian, dan menyambar senjatanya sama seperti Mita. Ia bertugas membersihkan lobi hari itu.

"Wulan, pel yang benar, ya. Yang bersih, jangan sampai ada noda. Hari ini akan ada kunjungan dari pemilik perusahaan," perintah seorang wanita berpakaian resmi yang bertugas sebagai resepsionis.

"Baik, Mbak," sahut Wulan mengangguk patuh.

Ia akan bekerja keras hari itu demi dapat melupakan rasa sakit atas kejadian pagi ini. Tak peduli lagi siapa pemilik perusahaan tersebut. Tugasnya hanyalah membersihkan semua lantai dan mematuhi perintah karyawan.

"Wulan!"

"Wulan!"

"Wulan!"

Begitu banyak yang dikerjakan Wulan hingga Mita merasa iba padanya. Gadis berambut sebahu itu menarik tangan Wulan ketika ia hendak menyambar sapu untuk membersihkan lantai lagi.

"Cukup Wulan! Ada apa denganmu? Kenapa kamu bekerja begitu keras hari ini?!" sentak Mita dengan geram.

Wulan menatap Mita dengan tatapan hampa, kosong, dan terlihat bingung. Ia menjatuhkan diri di lantai, terkulai lemas. Gagal mengalihkan pikiran dari rasa sakit yang mendera.

"Kamu kenapa?" Mita mengusap peluh yang membanjiri wajah Wulan.

Tak ada air mata, juga tak ada isak lirih yang terdengar. Gadis itu hanya diam, membeku karena pikirannya sendiri.

"Wulan-"

"Cepat-cepat! Pemilik sudah datang!"

Mita mendongak mendengar seruan itu. Melihat lalu lalang karyawan yang sibuk menyiapkan sambutan.

"Wulan, kita pergi dari sini. Katanya, kita tidak boleh ada di sini." Mita menarik tangan Wulan agar beranjak.

Setengah sadar, istri Sandi itu mengikuti tarikan tangan Mita. Mereka masuk ke dalam pantry, beristirahat sebelum jam pulang tiba.

"Wulan, kamu tidak apa-apa, 'kan?" Sekali lagi Mita bertanya dengan cemas.

Wulan menggeleng, tersenyum getir sambil menatap sahabatnya.

Sementara di lobi, Miranda datang bersama Risna dan suaminya. Menemui bagian HRD di perusahaan tersebut.

"Apa ada karyawan yang bernama Wulan di sini?" tanya Miranda pada laki-laki paruh baya di ruangannya.

"A-da, Bu. Dia bagian cleaning service di kantor ini," jawabnya dengan gugup.

"Aku ingin kamu memecatnya hari ini juga."

Karyawan tersebut nampak terkejut dengan keputusan yang diberikan Miranda.

****

Bagaimana nasib Wulan selanjutnya? Apakah dia akan bertemu dengan Sandi?

1
Wicih Rasmita
dah tamat aja Thor
Aisy Hilyah: sepi kak
total 1 replies
Sugiharti Rusli
wah dibikin tamatnya ko cepat yah😁😁
Hafifah Hafifah
g nunggu mereka punya anak dulu nih tamatnya
Hafifah Hafifah
siwulan ngapain sih mau ngurusin tuh anaknya si salsa entar dia bisa ngelunjak lagi.ngebantu sih boleh tapi untuk merawat anaknya si salsa kan harus berunding dulu ama sandi jangan asal ambil keputusan aja
Soraya
lanjut thor
Hafifah Hafifah
wah bagus itu biar semua orang tau lw wulan itu istrimu
Hafifah Hafifah
makanya jadi cewek tuh jangan murahan jadi ginikan hamil tapi g diakui ama pacarnya
Hafifah Hafifah
😁😁😁😁si lisa ketar ketir nih
Sugiharti Rusli
masih yah si Wulan mau berkorban tuk keluarganya walo itu akan menentang Sandi,,,
Sugiharti Rusli
makanya Wulan kamu lebih baik ikut saran Sandi jadi asprinya kalo masih mau kerja, jadi kan ga jadi bahan omongan nantinya😉
Hafifah Hafifah
lebih baik diumumin lw wulan tuh istrinya biar g ada salah paham dan membicarakan wulan dibelakang
Ochyie Aguztina
harus nya di umumknan biar salah paham ,org kan banyak sa nua ngehujat doang
Hafifah Hafifah
kayaknya nih sekertaris mau caper deh ama sandi.g tau aja tuh si lisa lw wulan tuh istrinya sandi.kenapa g diumumkan sih lw wulan tuh istrinya
Hafifah Hafifah
😁😁😁😁😁nah kan bener lw kamu asprinya itu +++ yg khusus melayani sandi aja
Hafifah Hafifah
wah promosi yg bagus tuh jadi asprinya suami sendiri paling kerjaannya hanya nemenin aja tanpa bekerja 🙊🙊
Sugiharti Rusli
orang si Wulan spesualis OG tuk pak CEO juga, dasar aja sekretaris kegatelan sepertinya nih si Lisa,,,
Soraya
lanjut thor
Hafifah Hafifah
paling sisaudara tirinya wulan nih yg hamil
Hafifah Hafifah
emangnya bisa tahan tuh ampe satu minggu g nyentuh istrinya apalagi udah tau rasanya surga dunia 😁😁😁
Hafifah Hafifah
😁😁😁😁😁 bisa"nya sisandi lupa apa yg udah terjadi alamat g dapet jatah nih lw si istri ampe ngambek
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!