Hang Jihan, seorang anak jenius dari keluarga sederhana, lebih memilih fokus pada pekerjaannya dan membantu sang ibu yang terserang penyakit. Dunianya yang tenang berubah ketika ia mendengar tentang pil ajaib yang konon dapat menyembuhkan penyakit sang ibu.
Tekadnya untuk menyelamatkan sang ibu menyeretnya ke dalam dunia bela diri yang penuh bahaya. Di sana, bakat terpendamnya bangkit, menunjukkan bahwa dia dilahirkan untuk kebesaran.
Namun, perjalanannya tak mudah. Rintangan tak terduga menghadangnya. Diperkuat oleh harapan sang ibu, Hang Jihan bertekad untuk menjadi kuat, mendaki puncak, dan kembali sebagai orang yang bisa dibanggakan!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichwan Fzn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gua Ajaib Di Balik Penderitaan
Di bawah naungan hutan rimba yang rimbun, kepanikan memicu langkah tergesa-gesa Yun Qing'er dan pengawalnya. Daun-daun kering berderit di bawah sepatu kulit mereka, memecah keheningan yang mencekam. Kelelahan bagaikan belenggu yang melilit tubuh mereka, namun adrenalin memacu mereka untuk terus berlari. Bayangan bandit hutan, pemburu mereka, bagaikan monster tak kasat mata yang menghantui setiap langkah mereka.
Hari demi hari, mereka berlari tanpa henti, tersesat dalam labirin pepohonan yang tak berujung. Rasa lapar dan haus mulai menggerogoti mereka. Setiap suara sekecil apa pun membuat mereka bergidik ketakutan. Rasa putus asa menyelimuti mereka bagaikan kabut tebal yang meredupkan harapan hidup.
Yun Qing'er menoleh ke belakang, matanya liar mencari tanda-tanda para bandit. Sesekali, dia menangkap bayangan-bayangan yang bergerak di antara pepohonan. Dalam kondisi seperti ini, sulit membedakan antara khayalan dan kenyataan, membuat jantungnya berdegup kencang. Ekspresinya mencerminkan ketakutannya yang mendalam.
Wajah tegang dan penuh memar sang pengawal tak menyurutkan langkahnya. Dia terus berlari di samping Yun Qing'er, tak berani melambat sedikit pun. Luka di kakinya berdenyut, namun tekadnya bagaikan bara api yang tak kunjung padam. Satu-satunya tujuannya adalah membawa Yun Qing'er ke tempat yang aman, sebagaimana amanah yang diberikan kakaknya.
Bayangan nasib sang kakak yang rela mengorbankan diri untuk mereka mengundang kesedihan di wajah sang pengawal. Kenangan tentang masa lalu mereka terlintas di benaknya.
Lima belas tahun silam di Kota Yunlan, dua insan bersaudara, Zhang Long dan Zhang Chen, menorehkan prestasi gemilang dengan lolos seleksi menjadi pengawal kota. Awalnya, mereka hanyalah prajurit biasa yang bertugas menjaga gerbang kota.
Namun, prestasi demi prestasi mereka ukir, menarik perhatian Tuan Kota Yunlan, Yun Quangyin, dan mengantarkan mereka pada posisi prestisius sebagai pengawal pribadi putrinya, Yun Qing'er. Kepercayaan besar yang diamanahkan Tuan Kota mengikat mereka dalam sumpah hidup dan mati untuk melindungi Yun Qing'er.
Awalnya, keraguan menyelimuti hati mereka, namun ketulusan Tuan Kota meluluhkan keraguan itu dan menumbuhkan tekad bulat untuk mengabdi kepada nona muda. Landasan itulah yang menguatkan tekad mereka hingga saat ini, di mana mereka berikrar untuk melindungi nona muda dengan sepenuh jiwa raga, membalas kepercayaan yang telah diberikan Tuan Kota.
Hingga pada suatu sore, Yun Qing'er dan pengawalnya, Zhang Cheng menemukan sebuah harapan kecil: sebuah gua kecil tersembunyi di balik semak belukar. Kelelahan dan rasa lega bercampur aduk dalam diri keduanya saat mereka memasuki gua tersebut. Sejenak, Yun Qing'er dan pengawalnya merasa aman dari bayangan-bayangan bandit hutan yang terus menghantui mereka.
Di dalam gua yang remang-remang, sang pengawal mengamati nona muda yang tampak ketakutan. Tatapan matanya kosong, jiwanya seolah terkuras oleh peristiwa mengerikan yang akhir-akhir ini mereka alami.
“Nona muda,” kata pengawal dengan suara serak, “hamba yakin Anda sangat terpukul dengan kondisi yang telah terjadi. Meskipun harus mengorbankan nyawa, hamba berjanji akan melindungi nona muda.”
Kini, di hadapan Zhang Chen, Yun Qing'er tak memberikan respon jelas. Mulutnya terkunci rapat, seolah terpaku, tak mampu mengeluarkan sepatah kata pun. Tubuhnya gemetar hebat, diliputi rasa trauma dan Ketakutan yang mendalam.
Zheng Chen melangkah mendekat ke Yun Qing'er, berusaha menenangkannya. Dengan penuh kelembutan, dia menggenggam bahu nona mudanya, dan suaranya berbisik penuh kepedulian.
“Tenanglah, nona muda,” bisiknya. “Kita aman sekarang. Hamba akan selalu berada di sini untuk Anda.”
Namun, Yun Qing'er tetap tak bergeming. Zhang Chen menghela napas panjang, kecewa karena usahanya tak membuahkan hasil.
Dia melepaskan baju besinya, menyelimuti nona muda dengan kehangatan. Gua kecil yang tersembunyi ini membangkitkan rasa penasarannya. Mungkinkah ada harta karun di dalamnya? Setidaknya, air atau buah-buahan untuk menghilangkan rasa haus dan lapar mereka.
Zhang Chen melangkah, menelusuri kedalaman gua, meninggalkan nona muda Qing'er yang terpaku tak berdaya. Tepat sebelum dia benar-benar pergi, sebuah genggaman erat dari tangan nona muda Qing'er menahannya. Genggaman itu seakan berkata, "Jangan pergi, jangan tinggalkan aku sendiri". Namun, tatapan kosong nona muda masih membingkai wajahnya, menandakan bahwa kesadarannya masih belum sepenuhnya pulih.
Melihat hal itu, senyum tak kuasa tertahan di bibir Zhang Chen.
"Tenanglah, nona muda," bisiknya dengan penuh kelembutan, suaranya menenangkan. "Aku hanya pergi sebentar untuk mencari sumber air dan makanan."
Dia pun melepaskan genggaman nona muda Qing'er dengan hati-hati, mengangkat tangannya dengan penuh kasih sayang.
"Percayalah, aku akan kembali secepatnya."
Zhang Chen tahu bahwa dia harus berhati-hati, tidak hanya dalam mencari sumber daya, tetapi juga dalam menjaga nona muda Qing'er. Dia adalah tanggung jawabnya, dan dia tidak akan pernah mengecewakannya.
Semakin jauh dia menapaki lorong gua yang remang-remang, semakin kuat pula esensi kehidupan yang menyapa inderanya. Tekadnya bagaikan api yang berkobar, membakar rasa penasarannya untuk menguak rahasia di balik gua tersembunyi ini.
Kakinya terpaku di ujung lorong. Pemandangan di hadapannya bagaikan mimpi. Sebuah gua bagaikan surga tersembunyi terhampar, memancarkan aura kehidupan yang kental. Tanaman herbal langka dan batu mulia berjejer rapi, memancarkan aroma harum yang menenangkan jiwa. Keberuntungan tampaknya berpihak padanya hari ini. Di sudut ruangan, ia menemukan mata air yang selama ini dicarinya. Tanpa keraguan, ia berlari kecil, mengeluarkan kantung airnya, dan menampung air jernih dari kolam mata air itu.
"Akhirnya, usahaku tidak sia-sia! Nona muda Qing'er akan selamat!" Zhang Chen bergumam, kegembiraan terpancar di wajahnya. Tak hanya mata air, ia juga mengambil beberapa tanaman langka dan batu mulia yang mungkin berguna ke dalam cincin spasialnya.
Bagai pelita harapan yang membelah malam kelam, penemuan di gua itu terasa layaknya anugerah surgawi. Penderitaan dan perjuangan mereka bertahan hidup dari kejaran kelompok bandit kejam seolah menyentuh hati para dewa, mengirimi mereka keberuntungan tak terduga.
Saat persiapan telah selesai, Zang Chen tak lagi menunda. Langkahnya bergegas meninggalkan ruangan gua yang dipenuhi esensi kehidupan, sementara bayangan nona muda Qing'er memanggilnya pulang. Waktu yang terbuang tak lagi menjadi pertimbangan, karena keselamatan sang nona jauh lebih berharga.
Kembali ke tempat awal, hati Zhang Chen sedih melihat nona muda Qing'er yang masih terbelenggu trauma. Luka batinnya belum pulih sepenuhnya. Tanpa ragu, ia mengeluarkan kantung berisi air dan menyodorkannya ke bibir tipis sang nona muda.
"Minumlah, nona. Pulihkan kekuatanmu. Besok, kita akan keluar dari neraka ini!" Ucapnya dengan keyakinan yang membara di kedua bola matanya.
***
Di balik tirai pepohonan rimbun, sekelompok bayangan bermasker hitam bergerak dengan penuh kewaspadaan. Jemari mereka cekatan menelusuri tanah yang diselimuti dedaunan, memastikan tak ada jejak yang terlewatkan. Jejak kaki, patahan ranting, dan setiap detail terkecil diperiksa dengan seksama, menjadi petunjuk bisu dalam upaya mereka menguak keberadaan dua orang yang sedang dicarinya.
"Sudahkah kalian menemukannya?" Baili Sedum memecah keheningan.
"Belum, tapi jejak mereka mengarah ke barat."
Mendengar itu, amarah membakar Baili Sedum.
"Perluas pencarian! Kita tidak boleh membiarkan mereka lolos dari hutan ini!" Suaranya menggelegar seperti guntur, membangkitkan rasa panik di hati para pengikutnya. Bagaimanapun, jika mereka tidak segera dihentikan, kedua buronan itu akan keluar dari hutan dan menuju kota Yunlan. Konsekuensinya tak terbayangkan, terlebih jika master kota Yunlan turun tangan.
Pemimpin kelompok bandit, Baili Sedum mencengkeram erat gagang pedangnya, matanya berkilat penuh tekad. "Kita harus bergerak lebih cepat!" serunya dengan suara lantang. "Bagi tim menjadi dua dan lacak mereka ke segala arah! Jangan biarkan mereka lolos!"
Para pengikutnya mengangguk patuh, bayangan mereka membaur dengan pepohonan saat mereka berpencar ke segala arah. Hutan yang sunyi kini menjadi arena perburuan yang menegangkan.
Sementara itu, sang pemimpin kelompok bandit hutan yang tinggal sendirian, tersenyum puas. Tawa cengengesannya menggema di hutan yang sunyi, menandakan kepuasannya.
"Ha ha ha!" Baili Sedum mencekikik, matanya berkilat penuh kelicikan. "Gadis kecil, kini kau tak bisa bersembunyi lagi!"
Setelah mengatakan itu, ia pun bergegas pergi, menghilang dari pandangan.
harusnya sebagai MC.... ilmunya di perdalam dulu... yaah kalo kalah sekali kali ya ndak papa... laaah ini, mc kalah muluuu.... hanya mengandalkan nasib baik di tolong orang lain....bener2 naif. gak menarik babarblaaas.
1. Ada sosok kuat yang membantunya.
2. latar belakang Hang Jihan yang tidak biasa, meski dia tidak mengetahuinya
3. kekuatan dari doa atau harapan ibu pada bab sebelumnya.
4.faktor lain.
dan itu aja teori dari saya hehe