"Jangan bermimpi aku akan jatuh hati pada mu, kau hanya anak kecil yang tidak mengerti apa-apa tentang pahit manisnya kehidupan. Aku terpaksa menikah dengan mu lantaran tidak ingin membuat malu keluarga ku di hari pernikahan ku yang batal bersama kakak mu Galang Saputra Dermawan. Aku benci dengan keadaan ini! Aku benci!" pekik Nada ketika dirinya menyadari kini ia telah sah menjadi istri dari berondong manis yang usianya 5 tahun lebih muda darinya.
"Aku akan membuat mu jatuh hati padaku Nada Rindu Kinandita! aku yakin kau akan bisa melupakan saudara kandung ku Galang Saputra Dermawan yang telah mengkhianati mu!" sahut Gilang Prasetya Dermawan ketika dirinya berada di kamar pengantin bersama sosok wanita dewasa yang telah berumur darinya.
Yuk ikuti terus kisah cinta beda usia antara Nada Rindu Kinandita dosen cantik berusia 25 tahun dengan mahasiswanya Gilang Prasetya Dermawan yang berusia 20 tahun, yang menjadi pengantin pengganti untuknya dalam novel Pengantin Pengganti Bu Dosen!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alinatasya21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6. Ide Gila ( Mati Lampu )
Gilang tersenyum penuh arti ketika tanpa sengaja ia telah menghembuskan angin segar untuk dosen kampusnya yang kini telah menjadi istri untuknya.
Namun, Nada tetap dengan pendiriannya. Ia sama sekali tidak ingin menganggap Gilang sebagai suami seutuhnya. Dalam pandangannya Gilang tetap seorang bocah yang berstatus sebagai mahasiswanya.
"Jangan merasa tinggi hati, aku tidak akan tergoda dengan senyuman mu yang memikat. Bagaimana pun bagiku kau tetap anak kecil yang masih harus banyak belajar bagaimana mengarungi pahit manisnya kehidupan. Kau tak kan bisa menjadi imam ku seutuhnya!" Nada terus mencecar Gilang dengan ucapan pedas dan menyakitkan demi untuk menghindari agar ia dan Gilang tidak saling menyentuh dimalam pengantinnya.
"Aku tidak merasa tinggi hati Bu Nada. Akan tetapi sorot mata anda tidak akan dapat membohongi apa yang anda rasakan saat ini. Aku tahu Bu Nada mulai menerima kehadiran ku. Dan aku yakin setelah ini Bu Nada tidak akan pernah bisa menjauh dariku. Ingatttt, Bu Nada sekarang telah berstatus sebagai istriku dan aku adalah suami sah untuk mu, meskipun usia kita berbeda jauh. Akan aku pastikan jika diriku mampu untuk menjadi imammu!" Gilang mencoba bersikap seperti seorang laki-laki dewasa, ia pun membaringkan tubuhnya di atas ranjang pengantin yang masih bertaburan bunga-bunga cinta.
Sedangkan Nada enggan untuk mendekati ranjang pengantin yang sebenarnya begitu memantik gairah untuk pasutri yang sama-sama memiliki rasa cinta yang mendalam. Jika saja laki-laki yang ada di hadapannya adalah Galang Saputra kekasih hatinya, yakni pria yang sangat dicintainya tentu saja Nada akan menyambut hangat malam pengantin mereka.
Namun, melihat Gilang Prasetya yang berbaring di ranjang pengantin yang indah itu Nada sama sekali tidak tersentuh rasa. Ia justru merasa enggan, membayangkannya saja Nada begitu merasa ilfeel.
"Kau tidak ingin tidur satu ranjang denganku, Bu Nada?" Gilang mencoba untuk bernegosiasi kembali dengan dosen cantiknya.
"Apa kau tidak mendengar atau pura-pura lupa dengan apa yang telah ku katakan berulang-ulang? aku tidak akan tidur satu ranjang yang sama dengan mu Gilang Prasetya Dermawan!" ketus Nada Rindu dengan gaya angkuhnya.
Wanita berwajah bulat itu pun berjalan menuju sofa tempat ternyaman untuknya merebahkan diri daripada harus satu ranjang dengan berondong manis yang berstatus sebagai mahasiswanya.
Gilang pura-pura memejamkan matanya, ia ingin melihat sejauh mana dosen cantik yang telah sah menjadi istrinya itu tetap kekeuh dengan pendiriannya.
Keduanya tidak menyadari jika orang tua mereka begitu sangat mengkhawatirkan pernikahan beda usia yang terjadi dengan anak menantu mereka. Kedua keramat hidup mereka dari sejak tadi menguping dibalik pintu kamar mendengar perdebatan di antara Nada dan Gilang.
"Jeng Soraya gimana ini, putriku sama sekali tidak ingin didekati oleh putramu? apa kita telah keliru menjodohkan dan menikahkan mereka secara paksa? Tapi mau bagaimana lagi semua sudah terlanjur terjadi!" sesal mama Alya yang merasa berdosa menikahkan putrinya dengan pengantin pengganti yang memiliki rentang usia 5 tahun lebih muda dari putrinya.
"Sabar Jeng Alya, semua butuh proses. Aku tidak mungkin membiarkan keluarga kita menanggung malu jika sampai kami membatalkan pernikahan putra-putri kita. Ini adalah kesalahan putra sulung kami Galang Saputra. Ia kabur dari pernikahan tanpa alasan yang jelas. Sehingga putra bungsu kami harus menjadi pengantin pengganti untuk calon kakak iparnya sendiri. Aku tidak ingin putra-putri kita sampai bercerai-berai. Bagaimana jika kita melakukan sebuah ide gila agar anak menantu kita bisa tidur seranjang malam ini?" usul mommy Soraya ibunya Gilang sambil berbisik kecil di telinga besannya mama Alya.
Kedua wanita paru baya itu memang sengaja berdiri di depan pintu kamar pengantin. Mereka sengaja ingin mengintip dan mendengarkan apa yang dibicarakan oleh sepasang pengantin yang baru merajut janji suci pernikahan yang sama sekali tidak ada rasa cinta di antara putra putri mereka yang baru saja melangsungkan pernikahan secara paksa itu.
"Ide apa, Jeng?" mama Alya terlihat polos, ia tidak mengerti ide apa yang ingin disampaikan oleh besannya.
"Bagaimana jika kita mengerahkan pihak hotel untuk mematikan lampu kamar pengantin Gilang dan Nada? Kemungkinan besar mereka akan bisa tidur bersama karena dalam keadaan yang gelap!" usul mommy Soraya dengan ide konyolnya.
"Ide bagus! putriku sangat takut dalam kegelapan, ia pasti akan meringkuk di bawah selimut dengan syarat ada yang menemaninya. Bukankah Nada dan Gilang sudah halal untuk saling menyentuh? jadi tidak masalah kita lakukan ide konyol itu, dengan begitu kita akan cepat menimang cucu!" sanggah mama Alya dengan wajah sumringah mengikuti ide mommy Soraya, ibunya Gilang.
"Oke, mari kita laksanakan kesepakatan ini!" mommy Soraya menggandeng lengan mamanya Nada menuju ruang kerja pihak hotel yang bertugas mengawasi jalannya arus listrik di dalam hotel bintang lima yang mereka sewa itu.
Mereka hanya akan minta tolong untuk mematikan lampu yang ada di kamar hotel milik sepasang pengantin yang baru menikah hari ini, yakni Nada dan Gilang.
Pintu kamar pun telah dikunci dari luar, mommy Soraya sengaja menyimpan kunci kamar hotel milik anak menantunya. Ia sudah merencanakan hal itu sebelum kedua pasang pengantin itu masuk ke kamarnya dengan begitu ia bebas melancarkan aksinya agar pihak hotel bisa mematikan lampu kamar yang saat ini ditempati oleh Nada dan Gilang.
Tidak butuh waktu lama pihak petugas hotel itu pun mematikan aliran listrik yang terhubung dengan kamar yang saat ini ditempatkan oleh Nada dan Gilang setelah melakukan kesepakatan bersama mommy Soraya dan mama Alya dengan alasan agar anak menantu mereka bisa menikmati malam pengantinnya tanpa ada rasa malu dan bisa saling menyalurkan rasa satu sama lain.
Pihak hotel pun menyetujui itu semua atas alasan yang akurat diberikan oleh kedua orang tua Nada dan Gilang mengingat keluarga Dermawan telah membooking kamar hotel itu dengan biaya yang cukup fantastis. Jadi tidak ada alasan untuk pihak hotel menolak apa yang menjadi keinginan keluarga terpandang itu karena memang malam ini dan satu minggu ke depan hotel mereka di booking penuh atas nama keluarga Galih Arshaka Dermawan yang memiliki harta kekayaan yang tak habis dimakan tujuh turunan.
"Mommy!"
"Mama!"
Galih dan Nadhim memekik bersamaan memanggil istri mereka yang terlihat sumringah setelah keluar dari ruang petugas yang berwenang untuk mengatur arus listrik hotel.
"Daddy, ayo kita masuk ke kamar! mommy akan ceritakan apa yang telah kami rencanakan!" Mommy Soraya mengedipkan matanya pada besannya Alya. Ia terlalu bahagia karena akhirnya rencana mereka terlaksanakan dengan begitu apiknya.
Daddy Galih pun mengikuti titah sang istri, begitupun dengan mama Alya. Ia melakukan hal yang sama. Ia pun menarik lengan papa Nadhim untuk masuk ke kamar hotel khusus mereka berdua.
"Ini maksudnya apa, Ma? Kalian tidak melakukan hal-hal yang aneh bukan? kasihan Putri kita ia harus menikah dengan laki-laki yang tidak dicintainya, masih brondong pula. Yang mengenaskan lagi Gilang itu masih muda berstatus sebagai mahasiswa putri kita pula." Nadhim nampak memijit kepalanya yang sakit akibat ulah istrinya. Iapun menyetujui pernikahan putrinya dengan anak bungsu dari keluarga Dermawan lantaran sang mempelai pria kabur dari pernikahan.
"Kami mengerahkan petugas untuk mematikan aliran listrik yang terhubung dengan kamar Putri kita. Biar Nada dan Gilang bisa saling meluahkan satu sama lain. Kunci kamar mereka pun sudah dipegang oleh Jeng Soraya. Anak menantu kita sengaja kami kunci dari luar. Mama dan Jeng Alya menginginkan cucu dari Nada dan Gilang." Mama Alya memberitahukan papa Nadhim.
"Tidak begitu juga seharusnya bersikap, Ma! Kasian Putri kita, ia terpaksa dengan pernikahan ini. Mana mungkin ia ingin tidur bersama dengan laki-laki yang tidak dicintainya!" Papa Nadhim keberatan dengan rencana yang diusulkan oleh istrinya.
"Siapa suruh si Galang kabur dari pernikahan? mama kecewa, Pa. Biarkan saja Gilang jadi penggantinya! terpaksa ataupun tidak pokoknya mama tidak ingin Nada dan Gilang bercerai, menikah itu cukup sekali seumur hidup, Pa." Mata mama Alya terlihat berair, memikirkan nasib pernikahan putrinya.
Alya sebenarnya tidak ingin melakukan semua ini pada putrinya. Akan tetapi, semua sudah terlanjur terjadi. Harapan mereka kedepannya berharap pernikahan Nada dan Gilang tetap terjaga tanpa ada kata perceraian.
"Maafkan papa, Ma! Jika ini memang yang terbaik menurut mama, papa ikuti!" ujar papa Nadhim sambil menyeka air mata sang istri.
Jika dalam urusan bisnis Nadhim begitu sangat apik memimpin perusahaan yang dinaunginya.
Namun, berhadapan dengan sang istri Nadhim mengalah jika itu untuk kebaikan bersama.
***
Dikamar Pengantin.
Gilang tetap berpura-pura memejamkan matanya berharap sang istri luluh dan bisa tidur seranjang dengannya.
Akan tetapi nihil, Nada justru membelakanginya. Dosen cantik itu tetap kekeuh dengan pendiriannya memeluk erat bantal guling dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut sebatas lehernya.
Nada lebih baik rebahan di sofa daripada harus tidur satu ranjang dengan mahasiswanya sendiri, masih berondong pula. Dua poin penting itu memantapkan hati Nada agar tidak terbuai akan pesona dan kharisma Gilang yang sangat gagah dan perkasa.
"Mati lampu, mama tolong aku!" pekik Nada memanggil mamanya. Ia meringkuk di balik selimut bersandarkan sofa sebagai tempat rebahannya. Nafasnya mulai sesak karena rasa takut yang mendera ketika berhadapan dengan kegelapan.
"Bu Nada, Kau tidak apa-apa?" Gilang sontak berlari dan meraih tubuh Nada yang sedang ketakutan bermodalkan lampu senter ponselnya.
semangat ya.
semangat ya
Lanjut thor. 5 like mendarat buatmu thor.
semangat ya