Anara gadis 25 tahun mengalami kecelakaan setelah mengetahui perselingkuhan calon suaminya dengan kakak tirinya. Tubuhnya yang tidak berdaya dan dinyatakan koma, tetapi ternyata arwahnya gentayangan. Arwah bisu itu harus menyaksikan banyaknya kepalsuan yang terjadi selama hidupnya. Ibu diri yang dianggap sudah sebagai ibu kandungnya yang ternyata juga selama ini hanya berpura-pura baik kepadanya. Tetapi takdir berkata lain, Dokter tidak bisa menyelamatkan Anara.
Anara menangis meminta keadilan untuk hidupnya, meminta kesempatan agar diberi kehidupan kembali untuk membalaskan dendam pada orang-orang yang telah menyakitinya.
Siapa sangka di saat matanya terbuka, Anara
berubah menjadi anak kecil yang berusia 6 tahun, walau tubuh Itu tampak kecil, tapi sisi dewasanya masih ada. Anara gunakan kesempatan itu untuk membongkar kepalsuan ibu tirinya.
Jangan lupa untuk ikuti terus novel saya.
Follow Ig saya : Ainuncefenis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 23 Tidak Percaya.
"Ada apa ini ribut-ribut!" keduanya sama-sama kaget ketika mendengar suara itu dan siapa lagi jika bukan Haris yang tiba-tiba ada di sana yang membuat Nindy dan Heri schok
"Pa...." lirih Nindy.
"Suara kalian sampai kedengaran ke ruang kerja Papa! kalian seperti sudah pasangan yang bertengkar," ucap Haris.
Pernyataan itu semakin membuat Nindy kaget yang pasti sangat takut jika Haris mengetahui ada hubungan di antara mereka.
"Ti-tidak. Pa, tadi Nindy hanya mencoba untuk memberitahu Heri agar sementara waktu untuk tidak ke rumah sakit menemui Anara, karena Papa belum memberikan izin. Heri memaksa Nindy untuk meminta izin kepada Papa. Jadi makanya kami sempat ribut," ucap Nindy dengan suara yang terdengar sangat jelas sangat gugup memberikan alasan itu.
"Benar Om! Aku benar-benar sangat frustasi sudah beberapa hari tidak melihat Anara! aku minta maaf sudah membuat keributan di rumah ini dan bahkan sampai menyalahkan Nindy," Heri menambah pembelaan dari Nindy agar mereka berdua tidak dicurigai dan bahkan ekspresi Heri terlihat menyesal seolah-olah apa yang dia katakan benar.
"Tapi bukan itu yang saya dengarkan tadi!" sahut Haris yang membuat Nindy dan Heri semakin kaget dengan mata mereka berdua melotot seperti bola mata itu ingin jatuh.
"Tidak ada nama Anara yang disebutkan dalam pembicaraan kalian dan kalian malah membicarakan tentang Nindy meminta nomor Dokter sialan," jawab Haris ternyata tidak bodoh-bodoh amat.
"Papa pasti salah dengar," Nindy masih berusaha untuk mencari pembelaan agar Haris tidak mencurigai.
"Mungkin karena saya kesal sampai harus menyebut Dokter itu sialan, bukankah hal itu sangat wajar, karena gara-gara dia saya tidak bisa melihat Arana," ucap Heri yang harus mengkondisikan situasi agar tidak semakin dicurigai Haris.
"Kamu berhenti menyalahkan orang lain atas kesalahan yang kamu buat sendiri!" ucap Haris yang hanya mengatakan kalimat itu dan kemudian dia pergi dari hadapan Nindy dan Heri yang membuat tanya kedua orang tersebut apakah Haris masih memikirkan hal lain di antara mereka berdua.
"Papa kamu pergi begitu saja? Apa dia mencurigai kita?" tanya Heri.
"Ini semua gara-gara kamu. Aku sudah mengatakan untuk beberapa hari ke depan jangan dulu menemuiku dan lihat. Aku tidak tahu apa yang sekarang di pikiran Papa!" tegas Nindy.
"Nindy cukup kamu terus-terusan menyalahkanku. Kamu dan Mama kamu sama saja. Berurusan dengan perusahaan dan salah sedikit kalian akan menyalahkanku dan padahal kalian berdua yang tidak sabaran dan begitu juga dengan apa yang aku lakukan di rumah sakit. Itu juga berdasarkan keinginan kalian dan saat aku melakukannya aku yang disalahkan!" tegas Heri.
"Pelankan suara kamu! kamu masih ingin Papa kembali dan mendengarkan pembicaraan kita hah!" kesal Nindy memperingati Heri.
"Jika kamu datang ke rumah ini hari ini bertengkar denganku. Maka sekarang kamu pergi dari sini! rumah ini bukan tempat untuk bertengkar!" tegas Nindy yang tidak segan-segan mengusir Heri.
"Kau benar-benar sangat keterlaluan hari ini Nindy. Urusan kita berdua belum selesai!" tegas Heri yang mengangkat jari telunjuknya dan langsung berlalu dari ada Nindy yang membuat Nindy semakin kesal dengan Heri.
"Dia yang membuat masalah dan aku yang dimarahi! sekarang aku yang harus bertanggung jawab atas semua ini. Papa tidak boleh mencurigai hubunganku dengan Heri!" umpat Nindy kesal.
Nara tersenyum berada di balik tembok yang ternyata sejak tadi pertengkaran pasangan ibu dan belum kedatangan Anthony yang secara tiba-tiba.
"Tidak sia-sia ternyata!" ucap Nara dengan senyumnya penuh arti.
**
Terlihat kepala pelayan berdiri di depan Haris. Bukan hanya ada Haris di sana tetapi juga ada Tami, Nindy dan Nara.
"Apa maksud kamu mengambil tindakan dengan meliburkan semua karyawan di rumah ini. Saya sama sekali tidak pernah memerintahkan kamu melakukan hal itu dan bahkan kamu tidak berhak untuk mengambil wewenang itu!" tegas Haris pada karyawan yang sejak tadi menunduk itu.
"Aku yakin. Bibi pasti sudah diancam oleh wanita itu sehingga sejak tadi dia mengakui hal yang pasti bukan dia pelakunya," batin Nara yang melihat bagaimana ekspresi Tami dan juga Nindy yang sejak tadi tersenyum tanpa ketahuan oleh Haris.
"Maafkan saya tuan! Saya salah mendengar instruksi. Saya benar-benar tidak bermaksud untuk melakukan hal itu dan saya juga tidak berani mengambil tindakan itu. Maafkan atas kelancangan saya," ucap pelayan itu dengan suaranya bergetar yang benar-benar sangat takut.
"Kamu sudah begitu lama bekerja di rumah ini dan bahkan saat Anara masih kecil kamu yang merawatnya sampai dia tumbuh menjadi dewasa. Tetapi saya tidak menyangka jika kamu mengambil tindakan sebodoh ini. Kamu tidak tahu apa yang terjadi di saat di rumah ini tidak ada orang," ucap Haris yang terdengar begitu kecewa.
Pelayan itu tidak mampu membela diri yang benar-benar seperti orang yang melakukan kesalahan itu.
"Apa kamu juga yang membuatkan kopi untuk saya?" tanya Haris.
Kepala pelayan itu terangkat dan sepertinya itu tidak ada dibicarakan kepadanya dan pelayan itu melihat ke arah Tami.
"Benar. Pa! seperti biasa dia yang selalu membuatkan kopi jika Mama tidak membuatkan untuk Papa," sahut Tami.
Kepala pelayan berusia 50 tahunan itu ingin menggeleng namun tidak mampu yang mendapatkan tatapan tajam dari Tami yang mungkin saja berupa ancaman besar.
"Apa maksud kamu mencampurkan sesuatu di kopi itu?" tanya Haris.
Lagi-lagi pelayan itu tidak bisa berkata apapun yang hanya mengeluarkan air mata yang mana dirinya benar-benar di kambing hitamkan oleh Tami.
"Kamu benar-benar sangat mengecewakan saya Indah. Kamu keterlaluan, hampir saja membuat nyawa saya melayang jika tidak ada Nara menolong saya. Saya tidak bisa mempertahankan kamu di rumah ini!" tegas Haris yang membuat pelayan itu kaget dengan mata melotot.
Pelayan itu langsung bersujud memegang kaki Haris.
"Tuan tolong saya mohon jangan pecat. Saya benar-benar minta maaf atas kecerobohan saya. Saya berjanji tidak akan melakukan hal itu lagi!" pelayan itu hanya memohon ampunan untuk belas kasihan.
Haris yang terlihat tidak peduli sama sekali yang mungkin dia sangat kecewa kepada orang yang telah dia percayai. Haris mungkin berat hati mengambil keputusan itu sehingga dia memilih pergi daripada mendengarkan permohonan dari pelayan yang sudah ikut sangat lama dengannya.
"Tuan!"
"Tuan saya mohon jangan lakukan itu?"
"Saya tidak tahu harus bagaimana memberi makan keluarga saya jika saya tidak bekerja," apapun yang dikeluhkan oleh pelayan itu tidak dipedulikan Haris yang tetap pergi.
Tami dan Nindy sama-sama bergerak dan melihat ke arah pelayan tersebut. Mungkin karena Nara masih berada di sana yang membuat Tami tidak berbicara apapun tetapi dari tatapan matanya seolah ada ancaman besar.
"Nyonya mohon selamatkan saya!" ucapnya yang sudah tidak ada harapan lagi.
Nara turun dari kursi dan mendekati pelayan itu.
"Bibi jangan khawatir, nanti Nara akan berbicara dengan om Haris, agar Bibi tidak dikeluarkan dari rumah ini," ucap Nara yang turut bersimpati yang pasti dia tahu apa kebenarannya.
Dia juga sangat sedih dengan orang yang sudah ikut selama ini bersamanya dan tiba-tiba dijadikan kambing hitam dengan keserakahan Tami dan Nindy.
"Bibi harus tenang. Om Haris hanya butuh waktu untuk sebentar saja," lanjut Nara.
Bersambung.....
dan pastinya ku harap ini cerita sp end..sumpeh capek bgt baca cerita udah baca berbab" eh diujung malah diganting kayak jemuran...gariiinngggg bookk
apa setelah ini ada kejutan lainnya yang akan terbongkar??? wah, pasti seru ini...
Ceritanya bagus, Konfliknya tidak terlalu bertele2 dan Sesuai alurnya jadi gak buat bosan ...
Penyampaian kosakatanya mudah dipahami....
Semoga sukses kakk othor❤️
kasian anara dikeliling orang jahat yang suka berkhianat apalagi ibu tiri & kakak tirinya, ingin menguasai apa yg dimiliki anara... termasuk heri, berselingkuh dgn kakak tiri anara.