ini tentang alea si gadis polos keturunan mata sipit yang mencari jawaban mengenai hidupnya
tentang ketidak Adilan yang dia terima dari orang orang dekat yang dia sebut keluarga
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
thirty
...Alea baru selesai mengerjakan tugas sekolahnya sekaligus materi baru tentang soal matematika nya. Gadis itu menguap, merentangkan tangan untuk mengusir pegal....
Dia berdiri dari duduknya dan berjalan menuju kasur. Sepertinya tubuh Alea sudah membutuhkan istirahat. Baru saja akan menarik selimut dan memejamkan mata, sebuah kebisingan masuk dalam telinga nya.
Jantung Alea berdegup kencang, di was was dan bangkit dari posisinya. Begitu membuka sedikit jendela. William sudah ada di bawahnya melambaikan tangan.
" Rapunzel, rapunzel. Turunkan rambutmu".
"Shhtt ". Alea meletakan jarinya di bibir sambil melotot.
" Jangan berisik, lagi ada tanteku ".
William menutup mulutnya.
Dia lalu berkata dengan suara pelan. " Buka pintunya, aku mau masuk ".
" Pulang aja, syohh,syohh ".
Alea mengusir William seperti mengusir anak ayam.
" Buka atau aku teriak".
William menarik nafasnya dalam dan siap berteriak. Alea dengan panik langsung melambaikan tangan sambil menggeleng.
" Ak-aku buka, tapi kamu diam ".
"Nice". William memberi jempol.
" Kamu ngapain sih di sini? ".
Alea menyembur william tepat saat membuka pintu. Dia melirik ke kiri kanan memastikan tidak ada orang yang sedang melihatnya.
" Lo nggak kangen gue?".
" Nggak ".
" Enggak apa-apa. Gue kangen ". Kata laki-laki itu masuk dengan enteng. Dia lalu membuka leher pintu dan menutupnya perlahan. Lampu ruang tengah sudah padam. Hanya pencahayaan dari dapur satu-satunya sumber penerangan.
William berkunjung sudah macam jelangkung. Datang tak di undang, pulang tak di antar. Kemunculannya yang tiba-tiba juga kerap Alea samakan dengan maling.
" Lo lagi ngapain? Udah mau tidur, ya?". Tanyanya.
William berjalan santai mendahului Alea menuju lantai 2. Seolah ini adalah rumahnya sendiri.
" Aku habis belajar". Kata Alea memberitahu.
" Belajar apa? Rajin banget lo belajar sampai jam segini. Nggak sakit mata Lo".
" Ya, kamu juga rajin banget berkeliaran tengah malam gini. Masuk masuk ke rumah orang.nggak dicariin ayah Kamu apa?".
" Anak-anak ngajak ngumpul.lagian bosen di rumah, ayah lagi ngga pulang. Gue juga jarang liat mukanya ".
Sejujurnya, sampai sekarang masih ada perasaan takut yang besar di dalam diri alea terhadap wiliam. Alea Tidak mengenal wiliam dengan baik, tidak tahu asal muasal laki-laki itu. Yang alea tahu, wiliam muncul macam ninja dan perampok yang melecehkan nya macam penjahat kelamin.
Orang ini seharusnya Alea laporkan ke polisi, bukan malah diizinkan masuk.
William bisa dikategorikan bukan orang yang baik, meski memang alea sudah terbiasa dengan kehadiran laki-laki itu. Namun yang alea khawatirkan adalah, pernyataan wiliam yang menganggap mereka berpacaran dan alea adalah miliknya.
Memangnya hubungan bisa dimulai dengan cara seperti itu? Seperti membeli tahu di pasar, dibayar dan diambil. Alea bukan tahu , dia tidak dibayar, kalau Alea dibayar, julukan alea bukan pacar, tapi sugar baby. Dan wiliam terlalu muda untuk mendapat julukan sugar Daddy.
" Liam?". Kata Alea ingin mempertanyakan ketidak mengertian di dalam kepalanya.
William menoleh dan menatap gadis itu. Mereka sudah sampai di kamar wajahnya yang terlihat tajam, serius, Dan galak membuat alea ngeri sendiri.wiliam tampan, tapi kalau dia disuruh memainkan peran dalam drama percintaan. Alea yakin wiliam kebagian peran psikopat, perebut pacar orang, perebut warisan keluarga, tukang selingkuh, abusive, dan lain-lain.
William sulit untuk tidak cabul kalau sedang bersama Alea. Pikirannya langsung porno,kotor, Dan kata-katanya mengarah pada hal yang tidak tidak. Alea sampai pusing sendiri menghalau tangan-tangan kecepatan kilat wiliam menyentuh nyentuh badannya.
" Kenapa Lo manggil gue? Mau dicipok, ya ?".
Tuh, kan . Baru saja dibicarakan wiliam sendiri sudah membuktikan kecabulan nya.
" Nggak ". Alea menggeleng.
" Nggak jadi, kayanya tanpa perlu ditanya, aku udah tahu jawabannya sendiri ".
" Apaan sih ". Wiliam berjalan mendekat. Dia membuka jaketnya yang hari ini berwarna abu-abu. Meletakkan pakaian itu di kursi belajar alea.
Dahi Alea mengernyit penuh selidik. Wajar saja gadis itu curiga, terakhir kali wiliam ke sini kan dia mengaku membunuh orang, dan kemarin. Alea teringat kejadian saat William menabrakkan mobilnya sendiri ke kendaraan kakak kelasnya. Peristiwa itu belum lepas dari ingatannya meski sudah hampir seminggu berlalu.
" Kamu nggak habis melakukan tindakan kriminal kan?".
" Tindakan kriminal gimana? Aku ini anak baik, rajin sedekah ".
Alea menyipitkan mata saat melihat luka lebam yang sedikit samar di bagian pipinya.
" Ini kenapa? Tuh , bener kan, Kamu abis berantem ".
William menyentuh spot yang alea maksud " yang ini?".
Alea mengangguk.
" Oh, ini. Bukan berantem, tapi tempeleng ayahku".
" Digebukin ayah kamu? Kenapa? Kamu buat masalah lagi".
" Yang kemarin, gara-gara aku ngerusak mobil rolls royce nya. Dia jadi marah dan mukulin aku pake stick golf ".
" Astaga. Serius? ". Mata Alea membelalak kaget, dia mendekat pada lengan William untuk melihat lebih jelas. " Kamu bilang kamu udah nggak dipukulin ayah kamu lagi ".
" Iya emang, tapi ngerusakin mobil kesayangan dia adalah perkara lain. Gue juga kalau jadi bapak-bapak, anak gue ngerusakin mobil gue sleding palanya ".
Alea menatap ngeri.
" Kamu lebih mentingin mobil daripada anak kamu? ".
" Bercanda. Mentingin anak lah. Kalau gue punya anak nanti, gue nggak mau anak gue jadi kayak gue ".
" Emangnya kamu kenapa?".
William diam tidak menjawab, ekspresinya langsung datar.
" Itu lebam di muka kamu sakit nggak? ".
" Kalau sekarang udah enggak lagi, tapi pas kejadian ya sakit. Sakit banget malah, tapi sepadan lah sama hasilnya. Orang yang gangguin kamu udah nggak muncul lagi,kan? Aku dengar kaki mereka pada patah ".
"Liam ". Jantung Alea berdegup cemas. Dia tidak tahu kalau ternyata apa yang laki-laki itu lakukan juga memiliki imbas lain terhadap dirinya.alea belum pernah bertemu dengan ayah william, tapi dari apa yang alea lihat, sepertinya ayah william bukan orang yang ramah. Lebih ke abusive.
Ada perasaan kasihan dan bersalah dari Alea terhadap william. Kalau saja waktu itu dia mengadu dengan alasan sama yang dia katakan pada kak Aiden, william pasti tidak akan dipukuli ayahnya karena merusak mobil.
" Maafin aku, ya". Kata Alea pelan. Suara gadis itu bergetar.
William yang sedang sibuk sendiri pikiran cabulnya kaget sendiri melihat Alea yang tiba-tiba menangis.
" Eh, kenapa? Jangan nangis. Gue udah nggak apa-apa kok. Lagian juga udah lama, santai aja lagi. Anak laki-laki emang biasa digebukin".
" T-tapi kamu dipukulin ayah kamu gara-gara aku ".
" Enggak apa-apa. Udah cup, cup ". William memeluk Alea dan meletakkan wajah gadis itu di dadanya yang bidang. Mengelus sayang rambutnya yang beraroma lemon. " Anak laki-laki biasa digebuk sama bokapnya. Teman-teman gue juga sering kok kena gampar bokap nya. Itu bukan hal yang serius ".
" Tapi kamu dipukulin stick golf gara-gara aku. Itu pasti sakit ".
William melepas pelukannya dan menatap alea dengan mata basah. Tangan laki-laki itu menghapus sayang air mata kekasihnya. " Ini nggak seberapa dibandingkan rasa sakit gue ngeliat lo nangis disakitin orang lain. Cuma gue doang yang boleh nyakitin lo karena lo milik gue sampai kapanpun ".
" Kenapa sih kamu selalu bilang kalau aku milik kamu?".
" Karena gue suka sama lo".
Alea sudah sering mendapat pernyataan suka dari lawan jenis. Sejak masih sekolah menengah pertama, ada banyak laki-laki yang baru puber menjadikan alea sasaran perasaan mereka. Alea yang merasa kalau hubungan percintaan tidak akan membawa keuntungan apapun mengabaikan mereka.
Karena hal itu juga sering mendapat masalah, maka dari itu dia semakin yakin menutup dirinya sendiri. Tidak berdandan dan tampil apa adanya, tapi karena memang secara fisik alea menarik, pasti selalu saja tetap ada yang menyatakan cinta.
Namun itu semua berbeda dengan william. Saat laki-laki itu menyatakan dia suka pada alea, jantung alea jadi berdebar tidak nyaman. Dia merasa organ pemompa darah itu berdenyut tidak sesuai ritme nya. Belum lagi saat william menatap wajah Alea, rasanya alea memasak di tempat karena merasa panas diperhatikan william.