Monica Harvey memiliki berat badan hampir 100 kg karena kebiasaan makannya yang tidak teratur, dia tak peduli meski dia sering di bandingkan dengan sang kakak Alexa yang mempunyai body yang sekssiii dan berwajah cantik.
"Mo, jika kau gendut tidak akan ada yang mau menikah denganmu"
"Maka aku tidak akan menikah.." namun seolah dunia mengejeknya belum genap 24 jam dia bicara, Monica harus menerima pernikahan yang tidak di inginkannya.
Marvin Alfaro terpaksa menikah dengan gadis gendut pilihan kakeknya sebelum sang kakek meninggal dunia , lalu memilih mengabaikannya setelah menikah, dengan dirinya yang tinggal di kota berbeda, namun betapa terkejutnya tiga tahun kemudian dia melihat sebuah dokumen perceraian dari istrinya yang hampir dia lupa keberadaannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bunga Lily
"Kenakan sabuk pengamanmu!" Marvin berkata tanpa menoleh ke arah Monica.
Monica menipiskan bibirnya lalu menarik sabuk pengaman untuk mengenakannya, namun karena badannya yang besar dia harus berusaha lebih keras.
Marvin mendengus dalam hati, lihat apa dia tidak merasa repot dengan berat tubuhnya, dan yang pasti dia membuang waktu Marvin.
Marvin melajukan mobilnya setelah Monica berhasil memakai sabuk pengamannya.
"Mengenai pernikahan.." Monica membuka suara, bukankah mereka memang sudah menikah, ada banyak yang harus mereka diskusikan.
"Tidak usah khawatir fokuslah pada kuliahmu, lakukan apa yang kau suka, aku akan memberikan nafkah setiap bulan.." Monica mendongak.
"Aku tinggal di luar kota, dan tak bisa seterusnya berada disini.." Monica mengerjapkan matanya.
"Apa artinya kita tidak akan tinggal di rumah yang sama?"
"Ya, bukankah kau juga harus menyelesaikan kuliahmu?" Monica memekik dalam hati, baguslah jika begitu dia bisa tetap tinggal bersama Ayahnya.
"Ya.. kau benar" Akhirnya Monica bisa bernafas lega, setelah semalaman dia merasa dilema.
"Aku sudah menyiapkan rumah untukmu" Monica menoleh..
"Apa?"
"Kau tidak berencana terus tinggal dengan ayahmu bukan?"
"Kau masih bisa mengunjungi ayahmu kapan pun, hanya saja kau tinggal di rumah kita.." Monica masih mengerjap tak percaya, jika mereka tidak tinggal bersama untuk apa membeli rumah, Monica menghela nafasnya lalu melihat ke arah depan dimana mobil yang membawa ayahnya dan Alexa melaju, benar ini seharusnya tidak mereka bicarakan sekarang, dia tak mau moodnya berantakan saat pernikahan Alexa.
Mata Monica tak lepas dari mobil di depannya di mana kakak dan Ayahnya berada hingga tiba- tiba Marvin menghentikan mobilnya mendadak, saat sesuatu menghantam mobil yang membawa Alexa dan Albert..
Brak..
Brak..
Brak..
Duagh..
Disusul teriakan nyaring dari Monica..
Aaaaahkkk..
Mobil yang membawa Alexa dan Albert berguling setelah di hantam sebuah truk besar dari sebelah kiri.
Monica berteriak dengan tangan di kepalanya, dengan gemetar Monica keluar dari mobil dan berlari, di susul Marvin yang segera menghubungi ambulans..
Suasana kacau, jalanan terhenti dan mereka berkerumun melihat korban kecelakaan, Monica bersimpuh saat melihat gaun putih pernikahan kakaknya berlumuran darah, dengan mata terpejam.
Monica melihat Ayahnya di keluarkan dengan tragis karena posisinya terjepit, disusul Alexa yang sudah tidak bernyawa, posisi Alexa yang duduk di sebelah kiri dimana arah truk menghantam membuat Alexa tak bisa di selamatkan lagi, Alexa meninggal di tempat.
Monica menangis di depan Alexa, apa yang terjadi apakah ini mimpi..
"Ale, ayo bangun.. ini hari pernikahanmu, kenapa jadi begini.."
Monica memeluk Alexa, "Ayah.." Monica melihat sang Ayah yang akan di masukan ke dalam ambulans juga tidak berdaya namun air matanya mengalir di pipinya melihat Alexa sudah tidak bernyawa.
....
Monica rasa dia bermimpi, tadi pagi dia masih tertawa dan memuji Alexa yang cantik dengan gaun pengantinnya.
Tapi kini dia melihat Alexa telah rapi dengan peti yang membalut dirinya, kakak cantiknya meninggal saat akan melangsungkan pernikahan, hari yang harusnya penuh kebahagiaan kini berubah menjadi hari penuh duka.
Monica melihat calon suami Alexa menangis tanpa suara, dan bersimpuh di depan peti Alexa, Monica tahu bagaimana pria itu tergila- gila dan mencintai Alexa, hingga mungkin dia sangat terpukul sama sepertinya.
Monica tak lagi menangis dia lelah menangis semalaman, belum lagi kondisi ayahnya yang belum melewati masa kritisnya, namun Monica juga tak bisa terus diam saat Alexa juga butuh dirinya.
Bunga lily kesukaan Alexa, Monica sematkan di atas makam Alexa.
"Bunga lily.." Monica mendongak melihat Andrew calon suami kakaknya.
"Kau tahu kenapa dia suka bunga lily?" Andrew tidak mengalihkan pandangannya dari tanah yang menenggelamkan kekasihnya.
"Katanya bunga lily adalah lambang kesucian dan cinta yang tulus seperti itu juga dia menyayangi orang di sekitarnya, kau, ayah.. dan.. aku.." Andrew berkata lirih..
Monica tau, karena itu Alexa selalu suka saat orang memberinya bunga lily, karena itu berarti orang tersebut menyayanginya dengan tulus.
Marvin masih berdiri di sisi Monica, bagaimanapun bukankah Marvin adalah suami Monica, jadi dia berusaha untuk menghibur, meskipun Marvin tak tahu cara menghibur Monica, ayolah mereka bahkan tidak dekat.
Ponsel Marvin berbunyi, dan Monica mendongak melihat Marvin yang melihat layar ponselnya lalu kearah Monica.
"Hallo.." Monica bangun dan menegakkan dirinya saat melihat raut tegang dari Marvin, perasaanya mulai tak enak.
"Baiklah.." Marvin menutup telponnya lalu menghela nafasnya.
"Ayahmu.."
"Apa yang terjadi dengan Ayah?" Marvin memejamkan matanya saat melihat mata bulat Monica menatapnya sayu, gadis ini sudah menangis semalaman dan kelelahan kini dia harus kembali menangis mendengar berita yang baru saja dia terima.
Monica menggelengkan kepalanya, tidak jangan.. jangan sampai terjadi sesuatu pada Ayahnya "Ayahmu sudah tiada.." Monica jatuh tak sadarkan diri.
....
Like..
Komen..
Vote..
