Setelah pernikahan yang penuh kekerasan, Violet meninggalkan segala yang lama dan memulai hidup baru sebagai Irish, seorang desainer berbakat yang membesarkan putrinya, Lumi Seraphina, sendirian. Namun, ketika Ethan, mantan suaminya, kembali mengancam hidup mereka, Irish terpaksa menyembunyikan Lumi darinya. Ia takut jika Ethan mengetahui keberadaan Lumi, pria itu akan merebut anaknya dan menghancurkan hidup mereka yang telah ia bangun. Dalam ketakutan akan kehilangan putrinya, Irish harus menghadapi kenyataan pahit dari masa lalunya yang kembali menghantui.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maple_Latte, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EP: 12
Ternyata Irish tidak hanya sudah menikah, dia juga sudah memiliki anak pikir Ethan!. pikir Ethan.
Ethan tertawa dingin.
"Irish, bukankah kehidupanmu sangat baik? Bahkan sudah menikah dan punya anak. Apa lagi yang kau ratapi dari masa lalu? Jika tadi kau langsung setuju menerima uangku, bukankah kita sudah impas?"
Tapi, bagus juga jika sekarang Irish sudah menikah. Dia bisa mengantarkannya pulang, sekalian bicara dengan suaminya. Kalau bisa, dia akan membuat suami Irish menerima uang kompensasi itu dan membawa Irish pergi dari kota itu!
"Aku tahu harus bagaimana." Setelah mengambil keputusan, Ethan langsung menggendong Irish dan melangkah menuju mobil.
Setelah memasukkan Irish ke dalam mobil, Ethan menatapnya dengan sorot mata yang sulit diartikan, lalu duduk di kursi kemudi.
"Ini di mana? Keluarkan aku! Keluarkan aku!" Irish yang mabuk benar-benar tak sadar bahwa demi pekerjaan, dirinya hampir dijebak oleh Direktur Anton. Kini dia hanya tahu mengamuk di dalam mobil Ethan.
"Diam." Ethan mengemudi sambil memperingatkan dengan suara dingin agar Irish tak lagi bergerak sembarangan. Sudah untung dirinya menyelamatkannya dari Direktur Anton yang licik itu!
Kalau dia terus berulah, Ethan bisa saja menurunkannya di jalan!
Irish terdiam tiga detik karena teriakan Ethan, lalu kembali memukuli jendela dan berteriak, "Keluarkan aku! Ini di mana?!"
"Irish!" Ethan membanting setir dan menghentikan mobil di pinggir jalan. Setelah menarik napas panjang, ia melepas sabuk pengaman, turun, lalu membuka pintu belakang dan menarik lengan Irish.
"Turun!"
"Aku juga tidak minta kamu membawaku pulang!" Irish masih mabuk dan keras kepala. Ia bahkan tak sadar dirinya berada di tengah jalanan. Meski begitu, Ethan merasa dia lebih baik berada di sini daripada di tangan Direktur Anton!
Wajah Ethan mengeras. Tadinya dia hanya ingin membuat Irish sadar dan tenang, bukan benar-benar menurunkannya. Tapi dia benar-benar keras kepala!
Akhirnya Ethan memutuskan, dia melepas tangan Irish dan berbalik untuk membuka pintu mobil, bersiap meninggalkannya.
Namun belum sempat ia masuk kembali, suara Irish kembali terdengar dari belakangnya, masih terus berteriak dan mengoceh tak jelas. Ethan mengepalkan tangannya, mencoba menahan amarahnya, lalu berbalik dan membentak, "Cukup, Irish! Aku seharusnya membiarkanmu di tangan pria tua itu!"
"Siapa suruh kamu sok jadi pahlawan? Aku tidak butuh bantuanmu!" Irish mengibaskan tangannya sembarangan, lalu menatap Ethan dengan mata berkaca-kaca.
"Ethan, aku katakan padamu, aku tidak butuh bantuan mu!"
Ethan memejamkan mata, menahan emosi. Lalu dengan nada lebih datar, ia berkata, "Baiklah. Anggap aku tak pernah muncul malam ini."
Ia lalu menarik napas dalam, menoleh lagi ke arah Irish yang tampak kelelahan, kemudian kembali masuk ke dalam mobil dan menyalakan mesin.
Dalam perjalanan, Irish tak lagi memaki, tapi mulai meracau, "Air... aku haus..."
Ethan melihat wajah Irish melalui kaca spion. Ia mendengus, lalu tetap memfokuskan pandangan ke jalan. Ia sudah tahu alamat Irish. Yang perlu ia lakukan sekarang adalah mengantarnya pulang, lalu berbicara dengan suaminya. Setelah itu, bereskan semuanya.
Begitu tiba di apartemen Irish, Ethan turun lebih dulu. Ia mendongak ke arah bangunan, lalu menggeleng pelan. Tempat ini bahkan tidak sebanding dengan rumah paling kecil yang ia miliki.
Tapi tak peduli. Ini urusan Irish sekarang.
Ia membuka pintu mobil, menatap Irish yang tertidur, dan menepuk pipinya, "Bangun! Suruh suamimu keluar menjemputmu!"