Judul buku "Menikahi Calon Suami Kakakku".
Nesya dipaksa menjadi pengantin pengganti bagi sang kakak yang diam-diam telah mengandung benih dari pria lain. Demi menjaga nama baik keluarganya, Nesya bersedia mengalah.
Namun ternyata kehamilan sang kakak, Narra, ada campur tangan dari calon suaminya sendiri, Evan, berdasarkan dendam pribadi terhadap Narra.
Selain berhasil merancang kehamilan Narra dengan pria lain, Evan kini mengatur rencana untuk merusak hidup Nesya setelah resmi menikahinya.
Kesalahan apa yang pernah Narra lakukan kepada Evan?
Bagaimanakah nasib Nesya nantinya?
Baca terus sampai habis ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Beby_Rexy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Meski rasa tak percaya itu masih menggelayuti hatinya, Nesya masih tetap ingin mengedepankan keselamatan Kiki. Bersama para petugas medis di rumah sakit, Nesya ikut mendorong brangkar yang membawa tubuh Kiki mengikuti arahan sang dokter hingga tiba di depan suatu ruangan.
“Maaf Nyonya Maris, Anda hanya boleh mengantar sampai disini saja, selanjutnya serahkan pada kami, ya,” ucap satu orang dokter laki-laki kepada Nesya.
Mau tak mau Nesya mengiyakan saja dan membiarkan Kiki di bawa masuk ke ruang tindakan bersama dengan para petugas medis.
Saat tiba di rumah sakit itu Nesya sempat mendaftarkan Kiki, namun ia kebingungan ketika di mintai tanda pengenal sebagai penjamin pasien, meski begitu petugas administrasi mengenali dirinya sebab pernikahan Nesya dan Evan sempat tersiar di media. Nesya pun mengatakan bahwa Kiki bekerja di rumahnya, para petugas administrasi langsung melakukan tugas mereka tanpa membuat Nesya kesulitan.
Di samping memikirkan keadaan Kiki, saat ini Nesya juga terus teringat pada nama Tuan Baskara yang tertulis di buku kehamilan milik Kiki, membuatnya tak bisa duduk sama sekali.
“Apa benar itu adalah Ayah Baskara? Apa benar mereka berselingkuh dari Ibu Rosaline?” Nesya bergumam, sambil bergerak mondar mandir dan melipat kedua tangannya di depan dada. Penampilannya benar-benar seadanya tanpa berhias sedikitpun, padahal sebagai istri seorang Evan seharusnya Nesya mengedepankan fashion-nya.
Sedang ayik dalam pikiran kacaunya tersebut, Nesya yang tengah berdiri itu menengok ke bagian ujung lorong yang terdapat kaca pembatas yang tembus pandang. Di balik kaca tersebut ada seseorang yang menarik perhatiannya, dia adalah Baskara tampak sedang berjalan bersama dengan dua orang pria di kedua sisi tubuhnya.
Nesya tak bisa untuk tak terpana ketika memperhatikan Baskara berbelok dan memang mengarah ke tempat dia berdiri, semakin yakinlah Nesya bahwa keberadaan lelaki itu disana adalah untuk menemui Kiki yang tengah sakit akibat pendarahan karena mengandung benih seorang Baskara.
Nesya terus memandangi wajah dewasa yang meskipun sudah lanjut usia namun rambutnya masih hitam itu, wajahnya masih segar dan tubuhnya pun tegap dan kokoh. Melihat perawakan Baskara itu membenarkan kata pepatah bahwa usia hanyalah tentang angka.
Baskara yang selama ini Nesya lihat sangatlah ramah dan murah senyum kepada dirinya, berbicara lemah lembut dan juga sangat mencintai Rosaline selaku istrinya. Tak sedikitpun Nesya melihat kelainan yang menyimpang dari ayah mertuanya tersebut, memiliki seorang istri yang cantik dan juga kaya seperti Rosaline, seharusnya Baskara tidak sampai berkhianat seperti itu.
Semakin dekat Baskara semakin Nesya menjadi gugup, dia adalah tipe orang yang paling tidak bisa menutupi perasaan hatinya, jika ia tidak suka pada seseorang maka akan dia tunjukkan kepada orang tersebut. Dan saat ini dia melihat Baskara dengan tatapan jijik sekaligus mengintimidasi.
“Apakah Ibu Rosaline mengetahui hal itu? Bahwa suaminya telah berkhianat di belakangnya?” Gumam Nesya di dalam hati.
Nesya masih berdiri menatap Baskara yang saat itu masih belum menyadari kehadiran dirinya karena tengah sibuk berbicara dengan pria di sebelahnya sambil terus melangkah maju. Dua orang pria itu tampak sangat bengis dan membuat Nesya sedikit ciut, sempat terpikir oleh Nesya tentang bagaimana reaksi Baskara jika Nesya mengetahui rahasianya?
Saat masih sibuk dalam pikirannya itu Nesya di buat terkejut ketika datang seseorang yang berdiri di hadapannya dari arah samping. Kedua mata Nesya membola saat melihat keberadaan Evan yang tiba-tiba saja langsung menarik tubuhnya pergi dari tempat tersebut.
“Evan?” Tanya Nesya namun hanya bisa terucap di dalam hati.
Evan tak mengucap satu patah kata pun saat dirinya terus menggiring tubuh Nesya hingga keluar dari rumah sakit tersebut, sedangkan Nesya antara senang dan juga terkejut sampai tak bisa berkata-kata selain diam sampai dirinya di bawa masuk ke dalam sebuah mobil.
Sesaat setelah Evan menyusul masuk ke dalam mobil itu, dia menengok kearah Nesya, memindai penampilan istrinya yang sangat sederhana layaknya seorang remaja. Nesya hanya mengenakan dress piyama di tutupi oleh cardigan rajut dan sandal jepit untuk alas kakinya.
Menyadari tatapan dari suaminya itu Nesya pun merapatkan bagian cardigan nya yang memang tak memiliki kancing. Hal itu menarik perhatian Evan sehingga tatapannya mengarah ke bagian dada Nesya.
“Apa kamu tidak mengenakan pakaian dalam?” Pertanyaan Evan membuat Nesya mendelik.
Akhirnya suara berat yang selalu berkata ketus kepadanya itu terdengar juga di telinga Nesya. Tak bertemu selama satu minggu nyatanya Nesya rindu.
“Aku pakai, jangan lihat aku seperti itu,” sahut Nesya tak kalah ketusnya, seperti biasa setiap kali ia berbicara dengan suaminya. Bukan salah Nesya bersikap seperti itu terhadap suaminya, jika saja Evan tidak semena-mena pada Nesya tentu gadis itu bisa lebih menghargai Evan.
Evan tak lagi melanjutkan pembicaraan dan memilih untuk melajukan mobilnya, berkendara beberapa saat dan berhenti di sebuah tempat yang cukup jauh dari keramian.
Saat itu Evan menyandarkan punggungnya lalu kembali menengok ke samping, menatap wajah Nesya dari samping hingga gadis itu menyadarinya dan membalas tatapannya.
“Apa yang sedang kamu lakukan di sana tadi?” Tanya Evan, dengan nada pelan bahkan agak lembut hingga membuat dada Nesya berdesir.
“Aku sedang menemani Kiki, dia pingsan karena pendarahan, ternyata dia sedang hamil dan…” Nesya gugup dan tak sanggup melanjutkan perkataannya, tak kuasa untuk mengatakan pada Evan bahwa Kiki berselingkuh dengan ayahnya.
Namun jawaban Evan malah mengejutkan Nesya. “Aku sudah tahu lebih dulu darimu, tentang perselingkuhan yang menjijikkan itu.” Ada kilatan amarah yang terlihat di mata Evan.
Nesya jadi kasihan, jika berada di posisi Evan dirinya pun pasti akan sangat-sangat kecewa. Ibunya menikah dengan lelaki lain berharap dapat mengobati kesedihan setelah ditinggal mati oleh cinta pertama namun malah berakhir di khianati. Membayangkannya saja Nesya tak sanggup.
“Maafkan aku,” ucap Nesya lirih.
“Maaf untuk apa?”
“Karena telah mengetahui hal itu, maaf jika kamu merasa malu, aku juga tak sengaja mengetahuinya.”
Evan mendenguskan napasnya pelan. “Untuk apa aku malu? Bukan aku yang berselingkuh.”
“Ya, benar juga,” gumam Nesya dengan polosnya.
“Dengar, mulai saat ini aku tak ingin lagi melihatmu terlibat dengan pelayan palsu itu. Jauhkan dirimu darinya dan tak perlu menjadi akrab dengannya, meski dia meregang nyawa sekalipun, aku ingin kamu tutup mata dan telingamu itu.” Kali ini Evan berkata dengan wajah yang serius dan tegas.
“Apa maksudmu? Jika ada seseorang yang jatuh sakit di depanku tentu aku akan menolongnya, bagaimana jika aku yang sakit maka aku juga berharap di tolong, bukan?” Tolak Nesya sambil mengerutkan kedua alisnya.
“Nesya, menurutlah karena aku tak sebaik itu maka jangan pernah membuatku marah.”
Kali ini Nesya yang mendengus kesal. “Bukankah sudah sejak awal mengenalmu aku hanya melihat sikap tak baik darimu?” Cibirnya.
Evan masih menatap Nesya dengan tajam, satu tangannya memegang kemudi lalu mengatakan hal yang menyakiti hati Nesya. “Aku akan mengantarmu pulang malam ini, saat ini juga, ke rumah ibumu.”
Raut wajah Nesya berubah seketika, dadanya terasa perih dan kedua tangannya langsung berkeringat. “Ada apa denganku? Bukankah seharusnya aku senang? Ini yang aku inginkan sejak awal, tapi kenapa saat dia mengucapkannya terasa sakit di hati ini?”
Sejenak, Evan dan Nesya saling menatap dalam diam, kedua mata Nesya yang berkaca-kaca di lihat oleh Evan sehingga membuatnya merasa jahat.
“Maaf, aku memutuskan hal ini demi keselamatanmu. Ayah Baskara adalah orang yang mengerikan, dia sudah mengetahui kalau kamu mendengar percakapannya dengan Arjun di rumah besar, dan saat ini kamu juga mengetahui perihal perselingkuhannya. Maka posisimu sangat terancam, aku memulangkanmu dengan penjagaan dan aku yakin kamu lebih aman disana. Yang terpenting lagi kamu bisa melanjutkan hidup seperti yang telah kamu impikan.”
Nesya menarik napas dalam lalu menghembuskannya perlahan, berusaha menguasai diri dan bersikap biasa saja. “Memangnya kenapa kalau aku tahu semua itu? Apakah dia akan membunuhku?”
“Ya.”
Jawaban singkat dan sangat jelas dari Evan itu menyurutkan wajah Nesya yang awalnya berniat untuk berkelakar namun ternyata benar. Nesya pun terdiam dengan raut wajah kagetnya.
“Ayah Baskara adalah seorang mafia, dia menikahi ibuku dan mengeruk hartanya demi memperbesar bisnis gelapnya. Misinya menikahi ibu adalah untuk bisa menguasai perusahaan peninggalan ayahku, namun ibu sudah mengetahuinya sehingga tak membiarkan Baskara memimpin perusahaan,” terang Evan, sambil menahan amarahnya.
“Apakah karena itu dia melenyapkan Kak Erwin?” Tanya Nesya.
Anggukan kepala Evan membuat Nesya memekik pelan dan menutup mulutnya dengan kedua tangan, dia sangat terkejut setelah mengetahui fakta tentang sebegitu mengerikannya seorang Baskara.
“Kenapa tidak lapor polisi saja?”
Evan merubah posisi duduknya menjadi tegak menghadap ke depan sebelum menjawab. “Sebagai seorang mafia dan juga uang yang banyak, tentu dia punya relasi kuat dari para pemimpin negara ini untuk menutupi bisnis haramnya dengan suap. Saat ini dia tengah mengincar ku dan ingin melakukan hal sama seperti kakakku, tapi sayangnya aku berbeda dari Kak Erwin yang baik dan juga sangat jujur itu.”
Sambil menolehkan kepalanya kearah Nesya, Evan tersenyum licik lalu berkata, “aku akan membunuhnya lebih dulu sebelum dia berhasil menyentuh kulitku.”
𝚜𝚞𝚊𝚖𝚒𝚗𝚢𝚊 𝚔𝚊𝚗 𝚙𝚎𝚖𝚋𝚒𝚜𝚗𝚒𝚜 𝚍𝚒 𝚒𝚖𝚋𝚊𝚗𝚐𝚒 𝚍𝚒𝚔𝚒𝚝 𝚌𝚎𝚠𝚛𝚔𝚗𝚢𝚊 𝚜𝚎𝚍𝚒𝚔𝚒𝚝 𝚋𝚊𝚍𝚊𝚜 𝚝𝚑𝚞𝚛