Wajib baca Novel Tawanan Dua Mafia.
Helena harus berjuang saat pria paling dicintainya dinyatakan tewas dalam pertempuran. Satu persatu orang yang disayangi Helena haeus tewas di depan matanya.
Helena harus tetap bertahan di saat situasi dan kondisi tidak lagi menguntungkan baginya.
Akankah Helena berhasil mengalahkan musuh yang tidak lain adalah sepupu suaminya sendiri?
"Strike, kau harus tetap hidup."
"Pergi, Nona. Pergi. Maafkan saya tidak bisa menjaga anda lagi."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sisca Nasty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 32
"Setelah belanja kita pulang ke Rio. Nggak ada tawar-menawar lagi, Helena."
Cindy menggandeng lengan Helena dan membawanya masuk ke salah satu pusat perbelanjaan. Dia harus menghibur Helena. Belanja merupakan salah satu cara untuk bersenang-senang. Hanya itu yang kini dipikirkan oleh Cindy.
Sudah dua hari mereka seperti ini. Belanja. Makan. Nonton. Melakukan segala kegiatan menyenangkan. Ide Cindy cukup berhasil. Helena seperti tidak lagi ingat dengan kesedihannya. Setiap kali air matanya hampir menetes. Dengan cepat Cindy muncul dan menghiburnya.
"Ya. Kita akan pulang ke Rio malam ini," sahut Helena. Dia menahan langkah kakinya. Memandang Strike yang berdiri tidak jauh di belakang mereka. Strike hanya sendirian sekarang.
Helena bisa merasakan kekhawatiran di dalam diri Strike. Musuh mereka bukan orang yang bisa dikalahkan hanya dalam waktu semalam. Mundur untuk maju lebih di depan.
Cindy tersenyum bahagia mendengarnya. Dia memeluk Helena dan mengusap punggungnya. "Good girl."
Strike merasa sedikit lega sekarang. Akhirnya Helena sudah mau pulang lagi ke Rio. Setelah keadaan aman, Strike akan kembali melakukan serangan. Mungkin mereka tidak bisa langsung menghabisi Robert. Tapi soal Clara. Strike sudah punya rencana sendiri untuk menghabisi nyawa wanita itu.
Cindy dan Helena masuk ke salah satu toko baju. Lumayan ramai karena hari itu hari minggu. Beberapa pengunjung yang ada di dekat Helena dan juga Cindy berlalu lalang. Begitupun dengan karyawan toko yang dengan setia melayani setiap pelanggan yang datang.
"Helena, lihatlah warna ini. Unik bukan? Tidak hijau juga tidak biru. Aku belum pernah memiliki baju warna seperti ini. Apa ini termasuk warna tosca?"
"Ambil aja Cindy jika kau suka. Aku akan membayarnya," sahut Helena dengan entengnya. Kini Helena memutar tubuhnya untuk memeriksa baju lainnya yang tergantung. Mencari-cari baju mana yang cocok dengannya.
Cindy mendengus kesal. "Tapi aku tidak suka. Hitam membuatku terlihat lebih seksi." Meletakkan kembali baju pada gantungan. Cindy memandang ke depan. Dia memperhatikan karyawan wanita yang kini berjalan mendekati Helena. Sangat mencurigakan.
Kedua mata Cindy melebar ketika melihat sebuah pisau baru saja dikeluarkan oleh wanita tersebut. "Helena!"
Mendengar teriakan Cindy membuat Helena berbalik. Strike yang ada di sana melirik ke arah Helena. Karyawan wanita itu memasukkan kembali pisaunya. Dia berputar dan memandang Cindy. Dia berjalan maju dengan tenang.
Helena mengernyitkan dahinya. "Cindy, ada apa?"
Cindy diam mematung. Memandang wanita yang kini berdiri di hadapannya. Napasnya tersengal. Dia masih belum mengeluarkan satu katapun.
Wanita itu tersenyum sebelum berlari kencang. Bersamaan dengan itu, Cindy terjatuh. Perutnya sudah dipenuhi dengan darah segar. Helena melebarkan kedua matanya.
"Cindy!"
Strike mengangkat senjata apinya dan menembak wanita pembunuh itu. Namun tembakannya lolos. Lokasi yang ramai membuat Strike tidak bisa menembak sembarangan.
"Cindy." Helena menarik kepala Cindy. Menepuk pipinya agar wanita itu segera menyahut. "Dengarkan aku. Cindy, bangun."
Cindy membuka matanya perlahan. "Aku sudah bilang akan mati tahun ini."
"Apa yang kau bicarakan? Kau akan selamat. Ayo kita ke dokter." Helena semakin panik. "Strike, bawa Cindy ke rumah sakit. Cepat."
Cindy menggeleng. Mengusap pipi Helena dengan tangannya yang berlumuran darah. "Berjanjilah untuk tetap hidup, Helena. Aku menyayangimu." Tangan Cindy tergeletak di lantai. Wanita itu tidak sadarkan diri lagi.
"Cindy. Bangun Cindy. Bangun!" Helena semakin histeris.
Strike memeriksa denyut nadi Cindy. Masih ada. Mereka masih bisa menolongnya. "Nona, kita akan membawanya ke rumah sakit."
Helena mengangguk. Pipinya telah basah karena menangis. Dia memegang jaket Strike dan mengikutinya dari belakang.
"Kau harus selamat, Cindy. Jangan tinggalkan aku. Aku mohon ...."
Kedua tangan Helena terasa begitu dingin. Dia berusaha kuat. Ya, dia harus kuat. Cindy pasti selamat hiburnya di dalam hati.
***
Helena tidak lagi bisa bernapas dengan tenang. Dia duduk di kursi yang ada depan ruang operasi. Dokter dan tim medis lainnya sedang berupaya untuk menyelamatkan nyawa Cindy. Mereka semua berjuang.
Tangan Helena gemetar. Dia bahkan tidak bisa mengeluarkan satu katapun lagi saat ini. Kepalanya menunduk. Rasa bersalah kembali menghantui Helena. Belum ada dua minggu dia kehilangan Clous. Belum ada sebulan dia kehilangan Aberzio. Kenapa kejadian seperti ini terulang kembali?
Strike berdiri di samping Helena. Hanya dia yang bisa menjaga Helena. Sendirian. Sebenarnya saat ini Strike cukup mengutuk dirinya karena gagal menjaga Cindy. Bukan hanya Cindy. Mungkin tadi Helena akan celaka jika Cindy tidak berteriak.
Strike butuh anggotanya. Tapi mereka semua harus menjaga Rio. Menjaga markas dan mansion. Sekarang Strike hanya bisa sendirian menjaga Helena. Tidak ada yang bisa dia handalkan lagi saat ini. Semua anak buahnya yang setia sudah dibantai habis oleh Clara dan Robert. Strike benar-benar harus berjuang sendirian.
Dokter keluar dari ruang operasi. Membuka maskernya dan memandang ke depan. Helena beranjak dari duduknya. Dia berlari menghampiri dokter bedah di depannya.
"Dok, bagaimana Cindy? Operasinya berjalan lancar?"
Dokter itu menggeleng. "Kondisi Nona Cindy sangat lemah. Kami tidak bisa menyelamatkan nyawanya, Nona. Maafkan kami."
Helena mematung. Air mata yang sejak tadi di tahan agar tidak menetes kini mulai membasahi pipinya. Kedua kakinya lemas. Kenapa dia harus mendengar kata-kata menakutkan itu? Lagi! Untuk ketiga kalinya. Dalam waktu dekat dia harus kehilangan orang-orang yang dia sayangi.
Strike memandang ke depan dengan tangan terkepal kuat. Pria itu juga menyalahkan dirinya sendiri. Seceroboh itu. Bodoh! Strike bahkan ingin memukul dirinya sendiri. Menampar wajahnya.
"Cindy pergi?" Helena menangis setelahnya.
Strike menangkap tubuh Helena yang hampir terjatuh. Helena menangis sejadi-jadinya. Dia melampiaskan kesedihannya. Wanita itu berteriak. Dia tidak siap kehilangan Cindy. Hanya Cindy satu-satunya penyemangat hidup Helena saat ini. Kenapa dia juga harus pergi.
"Nggak! Cindy nggak boleh mati. Cindy! Kau harus tetap hidup. Temani aku!" teriak Helena hingga memenuhi seisi lorong rumah sakit.
"Cindy, jangan pergi. Aku membutuhkanmu. Hanya kau yang aku miliki Cindy."
Strike memeluk Helena dari belakang ketika wanita itu berontak. Menahannya. Helena pasti akan menghancurkan benda apa saja yang ada didekatnya. Strike tidak akan membiarkan itu terjadi. Helena hanya akan menyakiti dirinya sendiri.
"Clara brengsek! Aku akan membunuhmu. Aku akan menusuk jantungmu berulang kali sampai kau merasakan sakit yang selama ini aku rasakan. Aku akan menyiksamu wanita sialan!" teriak Helena penuh emosi. Kini dendamnya semakin menggunung. Clara harus mati di tangannya. Apapun itu harus di tangannya. Helena begitu dendam.
"Cindy ...." Helena kembali menangis setelahnya. "Maafkan aku, maafkan aku."
"Maafkan saya, Nona. Saya telah gagal menjaga Nona Cindy."
Helena memegang tangan Strike. Menatapnya. "Aku mohon. Kembalikan Cindy. Hanya dia saudaraku yang tersisa. Strike, lakukan apapun. Buat Cindy hidup lagi. Apa dia sedang bercanda? Dia pasti sengaja mengerjaiku. Kita harus menemuinya."
Helena berlari dan menerobos masuk ke dalam. Strike segera mengejar Helena. Beberapa perawat berusaha menghalangi Helena. Akan tetapi mereka juga tidak tega melihat kesedihan di wajah Helena.
"Cindy, bangun. Nggak lucu!" Helena membuka kain yang menutupi wajah Cindy. Wanita itu tersenyum. Dia pergi dengan membawa kebahagiaan.
"Jangan bercanda. Kita akan ke Rio. Aku akan memberimu hadiah yang banyak. Ayo kita pulang." Helena menggenggam tangan Cindy. Siap untuk menariknya.
Dengan cepat Strike menahan tangan Helena. Melepas genggamannya. Pria itu menarik Helena dan memeluknya. Tidak ada mengeluarkan satu katapun.
Helena kembali meneteskan air mata. Dipandangnya sekali lagi wajah Cindy yang sudah tidak dialiri darah lagi.
"Apa aku sedang bermimpi?"
kenapa harus dirahasiakan dr helena
klo jason tdk seposesif robert
🫂🫂🫂helena km pasti bisa jgn menyerah dulu...tunggulah aberzio kembali
jangan dulu jatuh ke pria lain mending jadi single mom aja sembari ngumpulin kekuatan n strategi baru king tiger yg udah bercerai berai ulah si clara..
emang selalu ada kejutan distiap novel²nya kak sis😲😯
klo aberzio beneran mati nasib helena y jadi tahanan berstts istri robert😭
jgn sampe jjson juga dilenyapkan si robert
jeson ben kalian dimana😭