Bagaimana jadinya jika seorang muslimah bertemu dengan mafia yang memiliki banyak sisi gelap?
Ketika dua hati berbeda warna dan bertemu, maka akan terjadi bentrokan. Sama seperti iman suci wanita muslimah asal Indonesia dengan keburukan hati dari monster mafia asal Las Vegas. Pertemuannya dengan Nisa membawa ancaman ke dunia gelap Dom Torricelli.
Apakah warna putih bisa menutupi noda hitam? Atau noda hitam lah yang akan mengotori warna putih tersebut? Begitulah keadaan Nisa saat dia harus menjadi sandera Dom Torricelli atas kesaksiannya yang tidak sengaja melihat pembunuhan yang para monster mafia itu lakukan.
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon Dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
LiBaW — BAB 27
HAK SUAMI
Dengan tatapan sinisnya, Campbell menyapa kepergian Ellie. Ya... Meski mereka berbeda jauh dari umur mereka masing-masing, namun persaingan menjadi kepala pelayan membuatnya tak bisa akur.
“Dasar tua menyebalkan!” gerutu Campbell dengan nada kesal setiap kali harus melihat dan berurusan dengan Ellie.
Sedangkan Ellie sendiri juga sama. Dia tahu bahwa Campbell adalah pelayan setia nyonya Ada yang jahat itu, dan dia yakin sudah berapa kali dia menuruti perintah jahat Ada.
Sementara di kamar mandi. Nisa baru saja menyadari adanya kotoran di ujung jubah putihnya. “Bagaimana mungkin?” gumamnya mencoba membersihkannya dengan air.
Dia tidak punya pakaian lagi, apalagi jujur saja, jubah yang Dom berikan itu sangat bagus, sayang jika harus diletakkan. Namun karena kotoran tadi yang membuat najis, setidaknya Nisa harus menyingkirkannya.
Tok! Tok! “Nyonya Nisa! Ini aku, Ellie. Aku datang membawakan pakaian untuk Anda atas perintah tuan Dom.” Jelas wanita tua tadi membuat Nisa lega.
Akhirnya dia punya pakaian ganti. “Ya, terima kasih, kau bisa meletakkan nya di sana.” Balas Nisa yang masih sibuk mencuci pakaiannya tadi hingga basah keseluruhan.
Dia pikir Ellie masih di sana, namun saat ia mendekati pintu dan membuka pintunya sedikit. “Bisa tolong, kau ambilkan satu pakaian untukku.” Pintanya dengan suara lembut.
Nisa berkerut alis saat dia tidak mendapatkan jawaban dari Ellie, namun tiba-tiba pintu tersebut diterobos oleh seseorang yang lebih besar darinya sehingga Nisa hampir terjatuh ke belakang. “Hey, apa yang— ”
Wanita itu tercengang dan langsung berbalik menahan handuk yang terlilit di tubuh moleknya dengan rambut basah saat tahu bahwa Dom yang masuk sembari membawakan satu set jubah.
“Pakaianmu.” Ucap pria itu yang masih berdiri di belakang Nisa.
“Ke-kenapa kau yang masuk, harusnya Ellie.”
“Untuk apa meminta bantuan ke Ellie jika suami mu ada.” Jelas Dom meletakkan pakaian tadi ke atas meja handuk, lalu kembali berdiri menatap ke istrinya yang masih membelakangi nya.
“Kenapa kau diam. Pakai itu dan keluarlah.” Ujar Dom.
“Bagaimana bisa aku memakainya jika kau masih di dalam sini.” Kesal Nisa. Oh benarkah, apakah dia lupa akan ucapannya sendiri yang setuju menjadi istri seorang Dom Torricelli.
Namun saat ini Nisa malah membelakanginya dan membuat Dom menyeringai kecil mendekati nya hingga berdiri tepat di belakangnya.
“Apa dosa melihat istri telanjang. Tell me! (Katakan padaku)!” goda pria itu dengan sengaja sedikit berbisik ke telinga Nisa.
Oh sungguh, merasakan itu semua membuat Nisa tak bisa bernapas normal saat ini. Dan kedua tangannya masih meremas kuat handuknya.
“Kau tidak bisa menjawabnya?”
Rasanya ingin marah, namun Nisa tidak ingin menjadi wanita ahli neraka dengan membantah, membentak ataupun memusuhi suami, karena mereka benar-benar sudah sah. Jika saja Nisa masih seperti dulu, mungkin dia sudah mendorong keluar pria itu dengan kasar.
“Tidak ada.” Jawab Nisa dengan terpaksa.
“Kalau begitu pakailah, biarkan aku melihatmu.” Ujar Dom dengan sengaja selalu membawa hukum Islam karena dia tahu, Nisa tidak akan berbohong soal hukum Islam yang hara dan halal, seperti itulah.
Tak ada pilihan lain, bos melirik ke kanan lalu tersenyum tipis saat dia mendapatkan ide.
“Baik, tetaplah di sana. Kau ingin melihatku, maka aku tidak masalah!” ucap wanita cantik itu tersenyum hingga terlihat lesung pipi sebelah kiri. Mungkin karena Dom tak pernah melihatnya tersenyum seperti itu.
Nisa meraih jubah indah berwarna hitam dengan corak dan gaya ala Timur Tengah, sangat bagus dan dia yakin harganya sangat mahal. Namun Nisa tak peduli dan mulai memakai nya tanpa melepaskan handuk yang masih melilit di tubuhnya.
Sementara Dom yang melipat kedua tangannya di dada, pria itu mengangkat satu alisnya. Cara yang bagus untuk tetap menutupi tubuhnya.
Setelah mengenakan jubah tersebut, barulah Nisa menarik handuknya dari bawah.
“See! (Lihat)!” dengan senyum kecil puasnya, Nisa menunjukkan kepada suaminya bahwa dia bisa memakai pakaiannya tanpa harus menunjukkan tubuhnya.
Sementara Dom mengangguk-anggukkan kepalanya kecil dan melangkah mendekatinya, memperhatikan dari ujung rambut hingga ke bawah. “Kau melupakan sesuatu?”
Nisa berkerut alis mendengar ucapan itu.
“Aku tidak melupakan apapun.” Balasnya dengan sangat yakin.
Seketika Dom menarik pinggang Nisa sehingga tubuh mereka berdempetan, dan membuat Nisa terkaget.
“Kau sedang apa, lepaskan...”
Seketika tangan Dom bergerak dari pinggang ke punggung Nisa secara perlahan. “Ada sesuatu yang kau lupakan, sekarang kau bisa merasakannya?” ucap Dom terdengar sensual hingga Nisa sadar dengan sesuatu yang terlupakan itu.
Saat hendak mendorong tubuh Dom, pria itu masih menahan nya. Oh itu sangat memalukan ketika Nisa tidak mengenakkan pakaian dalam—cd dan bra.
Tubuhnya yang benar-benar menempel ke tubuh keras Dom benar-benar dapat dirasakan secara jelas.
“Hentikan, ini sangat memalukan.” Lirih Nisa yang berpaling menyembunyikan rona merah sekaligus kekesalannya yang membuat kedua alisnya berkerut.
“Aku hanya membantu mu mengingatkan. Kau tidak ingin mengatakan sesuatu?”
“Thank you. Sekarang kau bisa melepaskan ku dan pergilah.”
Pria itu masih menatapnya lekat dan tajam hingga pria itu melepaskannya saat itu juga. Tentu, Nisa melangkah mundur dan menyilangkan kedua tangannya ke dadanya yang mungkin saja tercetak. Itu sangat memalukan.
Dom masih diam menatapnya lekat, lalu melenggang pergi.
“Hhffuuu...” Nisa memejamkan matanya saat dia benar-benar berdegup dan takut jika pria itu akan menciumnya lagi.
Dengan segera dia mengenakan pakaiannya lengkap, lalu keluar dalam keadaan rambut panjangnya yang sedikit mengering.
Tidak ada siapapun di sana. “Ke mana dia pergi?” gumam bisa terheran dan mengangkat kedua bahunya.
.
.
.
“Tunggu!” Pinta Ada mengentikan langkah Ellie yang membawa sebuah nampan berisi makanan dan minuman.
Tentu saja wanita itu berhenti dan menunduk. “Apa ada sesuatu Nyonya?”
Ada memperhatikan Ellie, dia tahu wanita itu kepala pelayan di mansion Dom. Dengan berkerut alis, wanita itu berjalan mendekati nya. “Kenapa kau di sini?” tanya nya heran.
“Tuan Dom yang menyuruh saya untuk menemani nyonya Nisa selagi dia sibuk di sini.” Jelas Ellie.
-‘Jadi mereka akan menginap?’ pikir Ada yang selalu ingin tahu soal Dom.
“Maaf Nyonya, saya harus mengantar makanan siang ini. Permisi!”
Tak ada penahanan lagi dari Ada. Wanita itu hanya diam dan melihat kepergian Ellie tadi. “Bagus! Wanita itu mendapat pelayanan vip di sini, Cih!” gumam sinis Ada.
Hingga Ellie yang mengetuk pintu dan masuk dengan bantuan penjaga yang di ada di depan pintu kamar, namun langkahnya terhenti saat dia melihat Nisa sedang bersujud.
“Amm...” hendak membuka suara, Ellie mengurungkan kembali niatnya dan memilih menunggunya.
Setidaknya dia harus bersikap toleransi bukan.
aduhh makin bagus ceritanya
Apakah itu Malfoy?