Tiga tahun Arunika rela menjadi istri yang sempurna. Ia bekerja keras, mengorbankan harga diri, bahkan menahan hinaan dari ibu mertua demi menyelamatkan perusahaan suaminya. Namun di hari ulang tahun pernikahan mereka, ia justru dipaksa menyaksikan pengkhianatan paling kejam, suami yang ia cintai berselingkuh dengan sahabatnya sendiri.
Diusir tanpa belas kasihan, Arunika hancur. Hingga sosok dari masa lalunya muncul, Rafael, pria yang dulu pernah dijodohkan dengannya seorang mafia yang berdarah dingin namun setia. Akankah, Rafael datang dengan hati yang sama, atau tersimpan dendam karena pernah ditinggalkan di masa lalu?
Arunika menyeka air mata yang mengalir sendu di pipinya sembari berkata, "Rafael, aku tahu kamu adalah pria yang kejam, pria tanpa belas kasihan, maka dari itu ajari aku untuk bisa seperti kamu!" tatapannya tajam penuh tekad dan dendam yang membara di dalam hatinya, Rafael tersenyum simpul dan penuh makna, sembari membelai pipi Arunika yang basah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25. Roman menyerang
Ruang kerja Roman, malam hari. Asap rokok mengepul tipis di udara. Roman duduk di kursi empuknya dengan wajah merah padam. Remote televisi di tangannya hancur karena terlalu keras diremas.
“Rafael…” gumamnya, rahangnya mengeras. “Jadi, kau benar-benar berpihak padanya. Bocah sialan itu berhasil menjinakkanmu.”
Zhilo yang berdiri di sampingnya hanya menunduk, tak berani ikut bicara. Namun, suara langkah berderap mendekat, pintu terbuka, dan muncullah Aurel dengan gaun hitam elegan, sorot matanya penuh permainan.
“Kau terlihat … putus asa, Roman,” sindir Aurel sambil tersenyum tipis. “Tak kusangka, putri kecil yang kau besarkan akhirnya justru berdiri di sisi musuhmu.”
Roman menatap tajam. “Dia bukan putriku. Dan sekarang dia sudah terlalu jauh melawan. Kau harusnya melihat dirimu di cermin. Anak yang kau anggap hebat justru menikammu,"
"Diam!" bentak Aurel.
Aurel melangkah masuk lebih dekat, menyandarkan tubuhnya di meja kerja Roman.
“Kita punya tujuan yang sama. Aku juga tak sudi Rafael jatuh cinta pada gadis itu. Kita bisa bekerja sama. Aku ingin memisahkan mereka, dan kau ingin menyingkirkannya. Bukankah itu kesepakatan yang indah?”
Roman terdiam sejenak, lalu akhirnya mengangguk pelan, meski sorot matanya masih penuh bara. “Baik ... tapi kali ini, kita lakukan dengan cara yang tidak bisa ditebak Rafael.” Aurel tersenyum puas, matanya berkilat tajam.
Keesokan harinya, Perusahaan Arummuda.
Lobi perusahaan penuh sesak. Wartawan, pegawai, bahkan tamu undangan sudah memenuhi ruangan. Suasana riuh itu berubah hening ketika Arunika melangkah masuk dengan langkah mantap. Penampilannya anggun, matanya tajam, penuh wibawa. Di sampingnya, Rafael berjalan tegap, wajah dingin dan protektif, menatap semua orang dengan aura ancaman.
Begitu tiba di ruang rapat besar, kamera televisi sudah menyorot. Siaran langsung ditayangkan ke berbagai media. Arunika berdiri di podium, mikrofon di tangannya, sementara semua mata tertuju padanya. Dengan suara tegas, ia membuka pengumuman.
“Mulai hari ini, kepemilikan perusahaan Arummuda secara resmi berpindah atas nama saya, Arunika Arummuda. Semua hak waris, aset, dan kekuasaan yang sebelumnya dipegang Roman … saya cabut. Tidak ada lagi nama Roman dalam garis warisan keluarga ini.”
Ruangan bergemuruh. Bisikan-bisikan terdengar di mana-mana, wartawan langsung mengangkat kamera, menyorot wajah dingin Arunika. Rafael melangkah maju, berdiri di sisinya.
“Dan saya akan memastikan keputusan ini berjalan tanpa gangguan. Siapa pun yang mencoba melawan, akan berhadapan dengan saya.” Suaranya berat, dingin, membuat ruangan terdiam.
Sementara itu, di kediamannya, Roman menyaksikan siaran langsung itu melalui televisi. Tangannya mengepal, urat di lehernya menegang.
“Arunika…” desisnya penuh amarah. “Kau berani mencoret namaku begitu saja?”
Di belakangnya, Aurel tersenyum miring. “Kau lihat? Inilah alasan kita harus menjatuhkannya segera. Gadis itu baru saja mendeklarasikan perang terhadapmu … dan juga terhadapku.”
Roman menoleh, matanya merah penuh kebencian. “Kalau begitu, biarkan dia merasakan apa artinya kehilangan segalanya. Aku akan pastikan dia menyesali keputusan ini.”
Hening sejenak setelah pengumuman Arunika. Lalu suara kamera berderak Wartawan berebut mengabadikan momen bersejarah itu.
“Luar biasa … nona muda Arummuda akhirnya mengambil tindakan besar,"
“Dia cantik, karismatik, dan tegas. Inilah pewaris sejati Arummuda!”
Bisikan-bisikan memuja Arunika terdengar di berbagai sudut ruangan. Bahkan beberapa karyawan yang semula ragu kini menundukkan kepala, memberi hormat. Aura Arunika yang sebelumnya tak pernah mereka lihat, kini benar-benar menyerupai sosok pemimpin muda.
Sementara itu Rafael, berdiri kokoh di sampingnya. Tatapan matanya tajam, seolah menantang siapa pun yang berniat mengganggu. Hanya dengan keberadaannya, semua yang mencoba menentang langsung terdiam.
Seorang wartawan memberanikan diri bertanya, “Nona Arunika, apakah keputusan ini berarti Tuan Roman sudah tidak memiliki kuasa sedikit pun atas Arummuda?”
Arunika menatap lurus ke arah kamera, matanya dingin namun penuh keyakinan.
“Mulai hari ini, Roman hanyalah masa lalu. Arummuda akan berdiri tanpa bayang-bayangnya. Perusahaan ini kembali ke tangan keluarga yang sah.”
Rafael melanjutkan dengan suara berat, “Dan siapa pun yang berusaha mencampuri, termasuk Roman sendiri, harus siap menghadapi saya.”
Riuh tepuk tangan menggema, bahkan beberapa karyawan berdiri memberi dukungan.
Di kediaman Roman.
Roman menyaksikan semua itu dengan wajah penuh kebencian. Suara televisi menggaung memenuhi ruangan. Tangannya menghantam meja kaca hingga retak.
“Dasar anak kurang ajar! Aku yang membesarkan dia, aku yang menanggung beban semua ini, dan sekarang dia berani menyingkirkanku?!”
Zhilo menunduk, takut membuka mulut. Namun, Aurel berdiri dengan penuh percaya diri di samping Roman, kedua lengannya terlipat, matanya tajam menatap layar.
“Kau lihat sendiri, Roman. Dunia kini mengagung-agungkan Arunika. Satu langkah lagi, Rafael akan menjadi pelindung resmi pewaris Arummuda. Jika itu terjadi, semua yang kau bangun akan hilang dalam sekejap.”
Roman menoleh dengan wajah murka. “Aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Sekalipun dia darah daging Tuan Arum, aku akan pastikan gadis itu jatuh. Aku akan hancurkan segalanya yang dia cintai!”
Aurel tersenyum tipis, suaranya dingin. “Biarkan aku yang urus Rafael. Dia anakku, aku tahu titik lemahnya. Kau fokus menjatuhkan Arunika. Kita mainkan permainan ini dengan dua sisi, kau di perusahaan, aku di hati Rafael.”
Roman menatapnya lama, lalu akhirnya mengangguk. “Kalau begitu, kita mulai sekarang. Tidak ada belas kasih. Aku ingin gadis itu berlutut, menyesali keputusannya.”
Aurel tertawa kecil, melangkah mendekat. “Percayalah, Roman. Pada akhirnya, Arunika akan membenci Rafael … sama seperti aku membencinya.”
Kembali ke perusahaan.
Setelah rapat selesai, Rafael menuntun Arunika keluar dari ruangan yang masih penuh kamera. Begitu berada di lorong yang sepi, Rafael menatapnya serius.
“Kau sadar apa yang baru saja kau lakukan, Aru? Ini bukan hanya pengumuman … ini deklarasi perang. Roman dan ibuku tidak akan diam saja.”
Arunika menatapnya balik, sorot matanya keras tapi sedikit bergetar. “Aku tahu, Rafael. Tapi selama ini aku hidup dalam kebohongan. Aku lelah ditipu. Jika Roman benar-benar bukan ayahku, jika dia hanya merawatku untuk kepentingannya … maka aku harus merebut kembali apa yang seharusnya milikku dan milik orang tuaku.”
Rafael menarik napas panjang, menahan gejolak di dadanya. Ia mendekat, menunduk hingga wajahnya sejajar dengan Arunika.
“Apa pun yang terjadi … kau tidak akan sendirian. Aku di sini, bersamamu. Bahkan jika itu berarti melawan ibuku sendiri.”
Salam sehat ttp semangat... 💪💪😘😘
Salam kenal Thor.. 🙏🏻
mikir nihh